Sembilan

"Rey berhenti, kamu membuat aku takut" Dara bergerak mundur ketika Rey merebahkan tubuhnya di ranjang. Ia hendak kabur namun Reynand berhasil menangkap tubuhnya dan pria itu malah menindihnya.

Dara panik namun berusaha untuk menenangkan dirinya, ia masih memiliki sedikit keyakinan bahwa Reynand tak akan sampai hati melakukan sesuatu di luar batas tanpa persetujuan dari nya. Ia bisa merasakan pria itu menyayanginya dan tak mungkin menyakitinya.

"Mau kemana sayang, mana Cellia ku yang begitu sangar dan bermulut tajam beberapa waktu yang lalu hem?" Dara menatap kesal pada Reynand yang menatap dalam dirinya.

"Uda ah main-main nya, aku mau istirahat Rey. Kalo kamu nggak mau lepasin aku, aku bakalan marah sama kamu" Dara berusaha melepaskan kedua tangannya yang digenggam erat oleh Reynand dan di letakkan di atas kepalanya, Dara hampir tak kuasa menahan gejolak dirinya yang nyaris tanpa jarak dengan pria itu. Bahkan saat Rey berbicara nafas hangat pria itu dapat ia rasakan menyapa wajahnya.

"Rasanya lebih baik kamu marah asalkan selalu ada di sisiku Cell, aku uda nggak sanggup lagi melepaskan kamu untuk ke sekian kalinya" Suara Reynand terdengar lirih dan memendam kepiluan. Tatapan matanya menyimpan kerinduan mendalam.

"Aku nggak akan ke mana-mana Rey, aku akan selalu ada di sisi kami sebagai sahabat. Aku sudah pernah bilang kan kalo kita akan jadi partner yang hebat di dalam pekerjaan?" Ucap Dara lembut, ia seolah tertular kelembutan Reynand.

"Tapi aku mau jadi partner hidup Cell, bukan partner kerja atau sahabat"

"Kamu tau itu nggak mungkin kan Rey?" Dara berusaha memberikan pengertian kepada Reynand yang begitu kukuh pada keinginan nya.

"Kenapa nggak mungkin sayang?" Reynand terlihat sangat rapuh.

"Kamu tau jawabannya Rey, aku milik Fabian dan kamu milik Alexa. Kita hanya ditakdirkan untuk menjadi sahabat Rey" Dara mengulas senyuman untuk meredam kegusaran yang Rey rasakan, meski dirinya juga merasakan hal yang sama.

"Tapi aku mau kamu Cell, mengertilah" Reynand mengiba.

"Kamu yang mengertilah Rey! kamu tau kita nggak mungkin sama-sama lagi sekarang. Kemana Reynand yang aku kenal begitu cerdas dulu? kenapa sekarang berubah sangat bodoh dan bebal huh?!" Reynand terkekeh melihat kekesalan di wajah Dara dan mendengar umpatan wanita itu. Ia begitu menyukai semua ekspresi yang Dara tunjukkan, selalu manis dan menggemaskan.

Hidup bersama Dara pasti akan terasa menyenangkan dan penuh warna. Membayangkannya membuat Reynand semakin tak berdaya melepaskan Dara.

"Kasih aku kesempatan untuk memiliki kamu Cell, kalaupun setelah nya kamu ingin membunuhku aku rela dan ikhlas sayang" Tatapan penuh harap Reynand membuat Dara terpana, ia seolah tenggelam dalam pusaran cinta yang terpancar di mata pria itu.

Tubuhnya terkunci hingga ia tak mampu menolak ketika Reynand menyatukan bibir mereka. Nafas pria itu terasa begitu hangat dan menggelitik. Dara pasrah dan memejamkan mata ketika bibir Reynand mulai bergerak, luma*an dan hisa*an bibir pria itu menerbangkan akal sehat Dara. Ia seakan dibuat lupa pada statusnya, ia lupa akan keberadaan Fabian yang memang selalu bersikap acuh padanya, Dara lupa bahwa dirinya adalah seorang ibu dari anak laki-laki berusia 3 tahun yang tengah menunggunya di rumah. Dan Dara lupa bahwa pria yang tengah menikmati bibirnya ini adalah seorang suami dan seorang ayah.

Dara hanya tau saat ini ia butuh sentuhan lembut penuh cinta yang tak ia dapatkan dari pria yang seharusnya, Dara butuh diperlakukan istimewa dan di sayangi, ia ingin dianggap berharga dan merasa diinginkan, dan semua itu hanya bisa ia dapatkan dari Reynand. Selama ini Fabian menyentuhnya hanya untuk kebutuhan pria itu saja, tak pernah memikirkan apa yang diinginkan oleh istrinya.

Melihat Dara yang pasrah, Reynand melepaskan genggamannya pada tangan Dara, ia merengkuh tubuh wanita itu dengan posesif seolah ingin menyatakan bahwa Dara adalah miliknya. Dara membalas pelukan Reynand dengan tak kalah erat, ia menghela nafas berat kala Reynand mulai melancarkan aksinya lebih jauh. Dara benar-benar pasrah hingga bayangan wajah Fabian dan Alexa melintas dalam benaknya. Membunuh semua angan indah yang sempat menguasainya.

Dengan refleks Dara mendorong tubuh Reynand hingga pria itu hampir terjatuh dari ranjang.

"Fabian dan Alexa Rey" Bisik Dara, bulir-bulir bening menyeruak dari mata indah nya. Hatinya terasa begitu sakit, kecewa dan marah pada kenyataan hidupnya yang begitu rumit.

"Lupakan mereka Cell" gumam Reynand, pria itu mendekati Dara lagi. Namun tetap menjaga jarak agar Dara merasa aman. Pria itu yakin Dara akan menolak sekecil apapun sentuhan darinya.

"Mana bisa Rey! mereka bagian dari hidup kita. Jangan lakukan ini lagi Rey, kita nggak boleh mengkhianati mereka. Ayolah Rey lupain perasaan kamu ke aku ya?" Air mata Dara semakin banyak dan melihat wanita nya menangis begitu menyakiti hati Reynand.

"Tapi aku cinta sama kamu Cell, aku nggak bisa menghilangkan perasaan ini. Aku uda coba Cell, kamu juga cinta sama aku kan sayang?"

"Cinta nggak harus memiliki kan Rey?"

"Iya, aku rela melepaskan kamu kalo Fabian bisa membahagiakan kamu Cell. Aku rela terluka kalo kamu bahagia. Tapi Fabian nggak bisa! kamu nggak bahagia sama dia Cell, mana mungkin aku bisa membiarkan kamu menderita sama dia" tegas Reynand yang membuat Dara begitu terkejut.

"Jangan tanya aku tau dari mana Cell, aku sangat memahami kamu melebihi dirimu sendiri. Meskipun kamu mencoba untuk menyangkal tapi mata kamu nggak pernah bisa bohong. Kamu nggak bahagia sama Fabian Cell" Di satu sisi Dara terharu, ia tak meragukan betapa Reynand memahami dirinya. Namun di sisi lain Dara merasa bersedih karena sampai kapanpun ia tak berhak atas pria itu.

"Udah Rey aku capek banget, aku lelah bahas ini terus. Kalo kamu emang sayang sama aku tolong jangan ikat aku dalam hubungan yang tak seharusnya"

"Oke kalo itu mau kamu Cell. Tapi aku mohon malam ini tidur sama aku ya?" ucap Reynand penuh harap.

"Tidur beneran sayang, aku cuma mau peluk kamu sepanjang malam sebelum benar-benar melepaskan kamu" Lanjut Reynand kala melihat keterkejutan di mata Dara mendengar permintaan nya.

"Tapi beneran nggak ngapa-ngapain kan?" Dara tak munafik meski ia tau tak seharusnya demikian, namun ia tak bisa mengelak bahwa dirinya membutuhkan pelukan Reynand saat ini.

"Iya aku janji Cell, hanya tidur" ucap Reynand sungguh-sungguh.

"Ya udah iya" Dara mengangguk dengan ragu.

Reynand tersenyum bahagia, pria itu langsung menarik Dara ke dalam pelukannya. Beberapa kali Reynand mendaratkan kecupan di puncak kepala wanitanya.

Reynand merebahkan tubuhnya dengan tetap memeluk Dara, menyesap aroma tubuh wanita itu sebanyak-banyaknya.

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

fanthaliyya

fanthaliyya

duhduhduh
kangen membawa sengsara
g bisa bersatu buat sekarang terhalang pasangan masing"

2022-12-25

0

Ning Vian

Ning Vian

dilema

2022-12-08

0

Evy Zaneta

Evy Zaneta

dilema....knp sih Cell km gk minta cerai aja kl gk bahagia,,

2022-07-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!