"Dara mau pisah dari Fabian ma" ucap Dara pada mama nya ketika sang mama mempertanyakan dirinya yang tak kunjung pulang. Sudah satu minggu Dara menenangkan diri di rumah orang tuanya. Dara sengaja menghindari suaminya karena saat melihat Fabian hatinya seolah tak berhenti berdarah karena dalam benak Dara Fabian adalah pembunuh putranya.
"Kamu ngomong apa nak? Kenapa tiba-tiba ingin berpisah" Mama Dara sangat terkejut karena selama ini Dara tak pernah mengeluhkan sikap ataupun sifat Fabian padanya, Dara selalu menampilkan keharmonisan bersama suaminya di depan keluarga besar. Mama Dara mengira bahwa putrinya sangat bahagia dalam pernikahannya. Mendengar Dara yang ingin berpisah tentu adalah berita yang sangat mengejutkan baginya.
"Dara uda nggak kuat ma, setelah kepergian Dion rasanya tak ada alasan lagi untuk Dara tetap bertahan di sisi Fabian" Dara menggenggam tangan sang mama. Menatap mata teduh wanita yang melahirkannya membuat Dara mendapatkan sedikit ketenangan.
"Dara, harusnya kamu dan Fabian saling menghibur dan saling menguatkan dalam kondisi seperti ini karena perasaan kalian itu sama, bukan malah seperti ini. Mama nggak bisa bayangin betapa sedihnya Dion jika tau orang tuanya malah berpisah selepas kepergiannya. Dion pasti akan merasa sangat sedih nak" sang Mama balas menggenggam tangan Dara dan mengusapnya lembut.
"Tapi setiap kali melihat Fabian Dara merasa terluka. Dara terus berfikir bahwa Fabian adalah penyebab kematian Dion. Dara nggak sanggup ma. Bersama Fabian hanya akan membuat Dara semakin tersiksa. Dara nggak yakin bisa menjalankan peran Dara sebagai istri Fabian setelah ini, bukankah itu artinya Dara akan menjadi istri yang buruk? jadi lebih baik Dara pisah aja ma biar Fabian bisa mendapatkan wanita lain, Dara ingin berpisah sama Fabian bukan semata karena menuruti ego Dara sendiri. Dara melakukannya juga demi Fabian ma." Semua sikap cuek Fabian selama ini padanya sama sekali tak ada apa-apanya dibandingkan dengan luka kehilangan Dion akibat kelalaian Fabian. Hatinya masih terus mengutuki suaminya yang terlambat membawa Dion ke rumah sakit hingga putra satu-satunya yang menjadi penguatnya harus direnggut paksa dengan cepat dari sisinya.
"Jangan mengambil keputusan saat sedang emosi Dara. Tenangkan diri kamu sayang. Satu hal yang harus kamu ingat Fabian itu adalah ayahnya Dion, mama yakin dia sama terlukanya dengan kamu. Semua ini terjadi karena memang jalan nya seperti itu, jangan saling menyalahkan. Buka hati kamu seluas-luasnya untuk ikhlas dan memaafkan agar beban kamu berkurang. Ini sudah menjadi bagian dari jalan hidup yang harus kalian lewati." Mama Dara beralih mengusap lengan putrinya.
"Dara uda coba tapi tetap nggak bisa ma, susah. Rasanya sakit banget di sini" keluh Dara sambil menepuk dadanya yang teramat sesak.
"Bersabarlah Dara, jangan pernah berhenti berusaha sayang. Ini ujian dalam rumah tangga kalian. Kamu harus bisa melewatinya sebaik mungkin, bukan malah menyerah dan mengakhiri pernikahan kalian. Dion pasti tak menginginkan kedua orang tuanya bercerai" Wanita paruh baya itu membawa Dara ke dalam pelukannya.
🍁🍁🍁
Fabian menggenggam tangan Dara setibanya mereka di rumah. Pria itu menjemput Dara setelah 10 hari sang istri menenangkan diri di rumah orang tuanya.
"Kamu istirahat dulu ya" ucap Fabian lembut sembari mengusap rambut Dara yang sudah duduk di ranjang kamar mereka.
Dara cukup terkejut atas sikap Fabian padanya kali ini. Karena biasanya pria itu nyaris tak pernah bersikap dan berlaku demikian. Andai Fabian melakukannya sejak dulu dan saat Dion masih ada, sudah dipastikan Dara akan merasa sangat bahagia. Namun sekarang semua terasa hambar, perlakuan Fabian tak lagi menggetarkan hati Dara, hatinya seolah telah tertutup.
Dara setuju untuk pulang dan memutuskan kembali berfikir ulang mengenai keinginan nya untuk mengakhiri pernikahan nya dengan Fabian. Hal itu ia lakukan semata karena keinginan mamanya.
Sang mama terus menasehatinya agar lebih bersabar lagi dalam menjalani ujian pernikahan mereka. Ia memberi kesempatan pada pernikahannya semata karena ingin menjaga nama baik kedua orang tuanya, ia tak mau mama dan papanya di pandang gagal mendidik seorang anak oleh orang-orang di sekitar karena dirinya yang gagal mempertahankan rumah tangganya.
Berhasil atau tidaknya nanti, Dara berjanji tak akan lemah dalam mengambil keputusan. Jika Fabian tetap dengan sikapnya maka Dara tak akan segan untuk meninggalkan pria itu.
"Kamu mau makan? aku pesenin ya?" tanya Fabian lagi.
"Aku masih kenyang mas" Dara merebahkan tubuhnya yang lelah. Ia berusaha memejamkan mata, Dara lebih sering menghabiskan waktu dengan tidur. Bahkan tak jarang ia meminum obat saat dirinya mengalami kesulitan tidur. Karena hanya dalam keadaan terlelap lah ia mampu melupakan kepahitan hidupnya.
"Aku peluk ya?" bisik Fabian seraya mendekat pada istrinya lalu merebahkan diri di samping Dara yang tak menjawab ucapannya. Selama ini Dara seringkali meminta Fabian untuk memeluknya saat tidur. Namun entah sudah berapa lama rengekan itu tak pernah lagi terdengar dari bibir istrinya.
Dara merasakan tangan Fabian melingkar di tubuhnya, untuk pertama kalinya ia tak menyukai pelukan pria itu padanya. Padahal biasanya ia selalu mendamba pelukan dari suaminya tersebut. Tapi Dara tak sampai hati menolak, ia biarkan Fabian melakukan apa yang ia mau.
"Mas, aku capek dan ingin tidur. Ku mohon untuk kali ini saja biarkan aku tidur tenang" Ucap Dara saat merasakan hembusan nafas yang menerpa lehernya. Ia hapal gerak gerik suaminya jika sudah menginginkan dirinya.
Dara tersenyum getir, bodohnya ia sempat tertipu. Ia kira Fabian memeluknya tanpa diminta karena pria itu memang tulus ingin melakukannya. Namun ternyata dirinya salah, Fabian memeluknya karena memang Fabian sedang menginginkan tubuh nya. Tak heran karena ia sudah cukup lama tak melayani hasrat suaminya tersebut semenjak kepergian putra nya.
"Aku kangen kamu sayang" Fabian masih terus berusaha menyentuh Dara. Berharap sang istri akan tergoda dan sentuhannya mampu membangkitkan hasrat sang istri.
"Tapi aku benar-benar capek mas" Ucap Dara lemah. Ia berharap Fabian akan mengasihani dirinya sehingga ia tak perlu melayani pria itu.
"Ayolah Dara, Kita sudah lama nggak ngelakuin itu" Fabian mulai mengeratkan dekapannya. Tangannya mulai bertingkah dengan perlahan menyusuri bagian tubuh Dara.
Untuk saat ini Dara benar-benar muak pada Fabian. Ia tak sanggup melayani suaminya untuk kali ini.
"Mas please, aku benar-benar capek dan nggak enak badan." tolak Dara lagi.
Fabian akhirnya menyerah, pria itu mendengus kesal sembari melepaskan belitan tangannya pada tubuh Dara.
"Aku mau keluar, kamu beristirahatlah" Dara tau Fabian kecewa dan marah atas penolakannya. Namun kali ini Dara sama sekali tak peduli.
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Ning Vian
egois
2022-12-08
0
Julio Stevaning
dasar laki gak punya perasaan
2022-06-20
2
Tri Sulistyowati
wah wah wah.. suami macam apa.ini
2022-05-10
2