Dara merasa nelangsa saat membuka mata, ia berharap apa yang ia alami adalah mimpi buruk yang akan usai saat ia terjaga.
Namun semua adalah nyata, Dion nya benar-benar telah pergi untuk selama-lamanya, tak hanya membawa separuh namun menerbangkan seluruh jiwanya. Dara merasakan kesakitan luar biasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Luka yang menderanya demikian hebat, kehilangan belahan jiwanya membuat Hidup Dara seolah berhenti.
"Cell kamu uda sadar?" Suara Reynand membuat Dara terkejut. Seingatnya tadi ia terakhir kali bersama Fabian di pemakaman Dion. Melihat wajah Reynand membuat Dara merasa senang namun panik secara bersamaan. Tak ia pungkiri keberadaan Reynand saat ini membuatnya memiliki pegangan.
"Rey? kamu kenapa di sini?" Dara meneliti sekelilingnya, ternyata saat ini dia sedang berada di rumah sakit.
"Tadi aku sengaja mengawasi kamu dan Fabian Cell, saat kamu pingsan aku nggak bisa menahan diri, aku langsung menemui Fabian dan memintanya langsung membawa kamu ke rumah sakit. Fabian nggak akan salah paham kan?" ucap Reynand.
"Tenang aja, Fabian nggak cemburuan kok orang nya. Sekarang di mana dia? uda berapa lama aku di sini?" Tanya Dara menatap wajah Rey yang tampak khawatir.
"Fabian lagi ke kantin, katanya dari pagi dia belum makan sama sekali. Kamu uda tidur selama 3 jam" Dara sempat sadar beberapa waktu yang lalu, namun karena kondisi nya yang lemah dokter memberi Dara obat tidur agar ia bisa beristirahat lebih lama untuk memulihkan perasaan nya.
"Bawa aku ke makam Dion Rey, kasihan dia sendirian. Dia pasti ketakutan karena gelap Rey" Lirih Dara. Sebelumnya Ia sempat melirik jam, Dara resah karena hari sudah malam.
"Enggak Cell, Dion nggak sendirian. Dion sudah bahagia di sana kamu nggak usah khawatir" Reynand menggenggam erat tangan Dara. Ia merasa pilu melihat kehancuran wanita yang ia cintai itu.
"Benarkah Dion sudah bahagia Rey? Yah tentu saja Dion sudah bahagia. Dion emang nggak bahagia sama aku, sudah seharusnya dia ninggalin aku, wajar Dion pergi ke tempat di mana dia diterima dengan baik. Bukan di sisiku yang selalu terabaikan" Ceracau Dara, air matanya kembali berhamburan.
"Enggak Dara, bukan karena itu Dion pergi." Rey mengusap wajah Dara, ia tak bisa terima melihat penderitaan Dara.
"Lantas karena apa? Dion pasti sudah terlalu lelah menunggu aku Rey. Dion capek terus berharap aku ada di dekatnya. Akhirnya dia memilih pergi setelah aku tak kunjung memenuhi harapannya" Dara terus menumpahkan kesahnya pada Reynand. Meski kesedihannya tak berkurang banyak namun setidaknya rasa sakit itu tak hanya mengendap dan meracuni jiwa rapuhnya. Pada Reynand ia merasa memiliki tempat mengadu yang sebenarnya
"Aku nggak sanggup hidup lagi Rey, rasanya ingin mati saja. Aku nggak kuat, rasanya sakit banget Rey. Aku mau mati aja Rey supaya aku bisa bersama Dion lagi. Aku nggak sanggup menahan kerinduan aku padanya" Keluhan Dara lebih terdengar seperti rintihan yang memilukan. Ia kehilangan arah, sumber kebahagiaan yang menjadi tujuan hidupnya sudah tidak ada.
"Kamu kuat Cell, cobaan ini menimpa kamu karena kamu sanggup menerimanya. Meski menyakitkan tapi pasti ini yang terbaik. Tak apa menangis, aku tau kamu hancur dan seandainya ini menimpaku belum tentu aku sekuat kamu. Tapi ku mohon bertahanlah sayang, jangan pernah berfikir untuk mengakhiri hidup kamu. Dion pasti tak menginginkan kamu menyerah. Aku yakin Dion bangga terlahir dari rahim kamu, dia pasti sangat bahagia memiliki ibu seorang wanita yang begitu kuat. Seandainya Dion di suruh memilih ke dua kalinya aku yakin Dion akan tetap memilih kamu untuk menjadi ibunya. Jangan berkecil hati, kamu sudah menjalankan peran mu dengan baik Cellia percayala" Reynand terus membisikkan kata-kata yang ia harapkan bisa membangkitkan dan menguatkan Dara.
Dengan berat hati Reynand harus melepaskan genggaman tangannya pada tangan Dara saat mendengar pintu yang terbuka. Saat menoleh Reynand mendapati Fabian yang masuk dan menatap ke arah Dara.
"Dara sudah bangun?" pria itu berjalan mendekat.
"Iya baru saja" Jawab Reynand. Ia kembali menatap pada Dara yang tampak menerawang, air mata terus mengalir dari sudut mata nya.
"Gimana perasaan kamu sekarang Dara?" Fabian menggenggam tangan Dara. Melihat itu Reynand mengepalkan tangan nya, ia mati-matian menahan rasa cemburu yang menggelegak. Jika tak berfikir bahwa Fabian adalah suami Dara dan pria itu sangat berhak untuk menyentuh Dara, Reynand ingin sekali menarik kerah baju Fabian dan memukulinya.
"Dara, jawab aku kenapa hanya diam?" Tanya Fabian lagi.
"Harusnya tanpa aku menjawab kamu sudah paham mas, aku hancur!" Lirih Dara. Kalau bisa, Dara tak ingin melihat Fabian dulu untuk beberapa waktu atau bahkan untuk rentang waktu yang cukup lama. Melihat Fabian saja sudah membuatnya sangat terluka, ia tak akan sanggup menerima luka-luka lainnya yang Fabian berikan dari sikap yang pria itu tunjukkan.
"Aku tau, aku pun sama hancurnya dengan mu Dara. Tapi kita nggak bisa berlarut-larut, semua sudah terjadi dan Dion tak akan pernah kembali lagi meski kita menangis darah sekalipun. Hidup harus berlanjut Dara, ikhlaskan Dion" ucap Fabian.
"Apa kesedihanku ini begitu mengganggumu mas? tolong jangan paksa aku menerima semuanya dengan cepat. Ini terlalu mengejutkan buat aku, beri aku ruang untuk memikirkan dan mencerna semuanya dengan baik. Dion pergi begitu tiba-tiba. Aku nggak memiliki persiapan apapun. Aku nggak nyangka sama sekali ini semua akan terjadi. Mengertilah mas, aku ini kehilangan anak bukan barang yang akan mudah mendapatkan gantinya" Ucap Dara dengan marah. Ia kesal pada Fabian yang terkesan menjajah perasaan nya.
Reynand menepuk pundak Fabian, memberi kode pada pria itu untuk mengajaknya berbicara berdua. Fabian mengangguk, dan mengikuti langkah Reynand keluar dari ruang perawatan setelah berpamitan pada Dara.
"Fabian, tolong beri Dara waktu, biarkan dia menikmati perasaan nya saat ini. Aku yakin kamu paham semua ini sangat tidak mudah karena kamu juga merasakannya. Jangan menekan dan menuntutnya untuk pulih dengan cepat. Itu akan semakin menyiksanya dan bahkan membuatnya merasa berkecil hati. Kuatkan dia Fabian, Kamu juga harus mengawasi Dara dengan baik. Karena saat ini Dara benar-benar rapuh, kepergian Dion membuatnya tak bisa berfikir jernih. Jangan sampai Dara menyakiti dirinya sendiri" Ucap Reynand. Ia berusaha menahan perasaan nya agar Fabian tak salah paham dengan sikapnya. Karena sebenarnya sejak tadi ia pun menahan kesal melihat sikap Fabian pada Dara yang begitu tanpa perasaan.
"Iya Rey terima kasih" Ucap Fabian sambil mengangguk.
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
fanthaliyya
😭😭😭😭
dah pisah sajah
2022-12-25
0
Dende Kesie
entahlah.. untuk saat ini dara hanya ingin sendiri, merenung dan mencoba untuk kuat, jadi jangan kamu ingatkan lagi dara akan kepedihan hatinya dg menyuruh mengikhlaskan kepergian Dion Febian...
2022-11-13
0
Evy Zaneta
Fabian itu manusia apa orang orangan sawah sih???pgen bgt bogem tu muka ,,,
2022-07-15
2