Temptation

Temptation

Satu

Dara memasukkan botol susu milik Dion anak laki-lakinya yang masih berusia 3 tahun ke dalam tas. Perlengkapan lain yang balita itu butuhkan selama ia bekerja telah ia masukkan ke dalam tas yang sama.

Adhara Cellia wanita cantik berusia 29 tahun itu bekerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan besar yang cukup menyita waktunya sehingga sehari-hari anaknya dititipkan pada baby sitter, jika Dara dan Fabian suaminya sedang bekerja baby sitter akan mengasuh anaknya di rumah mertuanya untuk mengawasi agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

"Mas, aku berangkat dulu" Dara menghampiri Fabian suaminya yang sedang sarapan. Suaminya bekerja sebagai pegawai tata usaha di sebuah sekolah dasar, ia memiliki jadwal kerja yang tidak sepadat istrinya, bahkan cenderung santai. Sesekali jika tidak ada pekerjaan yang mengharuskannya berada di sekolah Fabian bisa bersantai di rumah sambil menjaga Dion

"Dion biar aku aja yang antar ke rumah mama, aku ke sekolah nya agak siang hari ini nggak ada kerjaan yang mengharuskan aku untuk datang pagi" Sepertinya Fabian iba melihat Dara yang diburu waktu.

"Beneran mas bisa?" Tanya Dara dengan wajah berbinar.

"Iya beneran" Jawab Fabian disela kunyahan nya.

"Dion ke rumah oma bareng papa ya sayang, mama berangkat ke kantor dulu oke?" Dara menatap Dion yang berada di gendongan pengasuhnya

"Iya" Jawab Dion sambil menganggukkan kepalanya, bulu mata lentik dengan tatapan polos itu membuat Dara tak bisa menahan senyum, ia mencium Dion dengan gemas. Balita itu tidak pernah rewel saat Dara akan berangkat bekerja, seolah telah memahami kesibukan sang mama.

Sebenarnya Dara merasa sedih hari-harinya dihabiskan dengan bekerja. Dion lebih banyak diasuh oleh orang lain bukan dirinya sebagai seorang ibu. Dara biasanya berangkat jam 7.30 dan pulang paling cepat jam 4 sore. Ia baru akan tiba di rumah hampir jam 5 karena dihadang macet. Ia baru bisa berinteraksi dengan Dion jam 6 sore sementara balita itu akan tidur di jam 8 malam. Karena itu meski capek Dara sebisa mungkin menggunakan waktu 2 jam bersama Dion dengan maksimal. Karena di waktu-waktu tertentu Dara kadang pulang saat matahari sudah tenggelam dan sang buah hati telah terlelap.

Dara kerap kali mengeluhkan hal ini, Hatinya sungguh ingin mengabdikan diri sebagai seorang istri dan ibu yang baik. Sering kali ia mengutarakan pada Fabian niatnya untuk berhenti bekerja namun suaminya selalu melarang, pria itu merasa gaji nya tidak seberapa ia takut tidak bisa memenuhi biaya keluarganya. sementara gaji Dara 3 kali lipat dari gajinya sendiri.

Padahal Dara yakin gaji suaminya cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka, tentu saja mereka harus hidup sederhana menyesuaikan dengan gaji Fabian tiap bulannya dan Dara sama sekali tidak keberatan untuk itu.

Namun Fabian tetap melarang, pria itu beralasan tidak ingin mereka hidup kekurangan.

"Aku berangkat mas" Dara mengulurkan tangan nya ketika berpamitan. Fabian mengusap kepala istrinya saat wanita itu mencium tangannya.

"Hati-hati sayang" Dara merasakan sebuah kecupan singkat di kening nya. Ia menganggukkan kepala sambil tersenyum. Ia melangkah ke luar rumah menuju mobil nya. Syukurlah hari ini Dara tidak perlu merasa khawatir akan terlambat.

****

Dara fokus pada tablet di tangannya untuk memastikan bahwa tidak ada jadwal yang terlewat. Ia memeriksanya dengan teliti sebelum ia melaporkan pada atasannya tentang kegiatan nya hari ini.

"Selamat pagi Dara" Pak Hartono pemimpin perusahaan tempat Dara bekerja menyapa wanita itu. Dara mengangkat wajahnya seraya berdiri untuk membalas sapaan atasan nya.

wanita cantik itu kaget saat mendapati seseorang yang berada di belakang pak Hartono, namun ia berusaha menguasai keadaan nya lebih cepat.

"Selamat pagi pak." Dara membungkukkan badannya.

"Semua jadwal saya sudah siap hari ini?"

"Sudah pak" Dara berusaha fokus pada pak Hartono dan mengabaikan sosok yang terus menatapnya dengan senyum tipis menghiasi bibir nya.

"Baiklah 10 menit lagi ke ruangan saya"

"Baik pak" Ucap Dara sambil menyuguhkan senyum terbaik miliknya. Meski otaknya terus berfikir mengenai keberadaan sosok yang tak lepas memandangnya itu.

Pak Hartono melangkah masuk ke ruangannya diikuti pria yang datang bersamanya. Pria itu melempar senyum dan tatapan yang tidak Dara mengerti sebelum ia hilang di balik pintu ruangan pak Hartono.

10 menit berlalu, Dara merapikan blouse Mocha yang melekat indah di tubuhnya yang ia padukan dengan rok hitam selutut. Penampilan Dara terlihat anggun, dengan make up tipis yang disempurnakan dengan rambut bergelombang yang ia ikat ekor kuda.

Ia melangkah masuk ke ruangan pak Hartono, Dara menatap sekilas pada pria yang sejak tadi terus memenuhi otaknya.

"Sebelum kamu sebutin jadwal saya hari ini saya mau memberitahu kamu mulai sekarang asisten saya yang menggantikan Anthoni adalah dia pak Reynand" Ucap pak Hartono seraya menunjuk pria yang tengah menyunggingkan senyum pada Dara.

"Kalian sudah saling kenal bukan? saya rasa itu sangat bagus karena kalian akan sering berkoordinasi nantinya"

"Iya pak" Dara kembali tersenyum tipis.

"Dara, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik. Senang sekali bisa kerja bareng lagi" Ucap Reynand masih dengan senyum penuh arti yang membuat Dara membalas dengan senyum masam.

"Ya selamat datang pak Reynand" Jawab Dara singkat. Ia kemudian mengalihkan pandangan pada Pak Hartono dan mulai menyebutkan jadwal yang harus di jalani oleh atasannya hari ini.

***

Dara memeluk Dion yang sudah terlelap. Hari ini pekerjaan nya begitu padat hingga ia baru tiba di jam 9 malam. Lagi-lagi Ia melewatkan kesempatan bercengkrama dengan Dion.

Dara menghembuskan nafas lelah saat mengingat pertemuan nya dengan Reynand hari ini. Meskipun mata Rey hampir tak pernah lepas menatapnya sepanjang hari namun Dara beruntung pekerjaan yang padat membuat mereka tak memiliki kesempatan untuk membahas hal diluar pekerjaan.

Sepanjang hari mereka memang bersama, menemani pak Hartono ke beberapa lokasi untuk melakukan meeting. Kali ini penat di tubuh Dara terasa dua kali lipat karena keberadaan Rey, namun anehnya Dara tak melihat itu pada diri Reynand. Pria itu tampak segar dan energik hingga akhir, stamina nya tetap kuat meski seabrek pekerjaan telah mereka lewati.

Dara keluar dari lamunan nya saat ia merasakan pergerakan pada ranjang dan tangan yang melingkar di tubuhnya.

"Aku kangen" bisik Fabian, Dara mengerti apa yang Suaminya inginkan. Tak akan ada pelukan tanpa diminta jika Fabian tak menginginkan tubuhnya. Pria itu terlalu cuek, baginya sentuhan dan rayuan pada Dara cukup ia lakukan saat akan melakukan hubungan intim, setelah nya ia akan kembali pada mode cueknya.

Meski penat sebisa mungkin Dara tetap melaksanakan kewajiban melayani kebutuhan ranjang suaminya. Ia berusaha menikmati meski letih tengah mendera tubuhnya, hingga akhirnya suaminya berhasil menuntaskan hasratnya.

Tak ada kecupan di kening dan tanpa ada ucapan mesra Fabian langsung bangkit untuk membersihkan diri. Setelahnya ia tertidur meninggalkan Dara yang masih setia membuka mata.

5 Tahun telah mereka jalani seperti ini, dan Dara terlalu lelah untuk terus melayangkan protes. Ia tau Fabian mencintainya, hanya saja pria itu terlalu kaku untuk menunjukkan perasaan nya.

🍁🍁🍁

Ini cerita uda lama banget terbit di salah satu platform. Tapi nggak semangat buat dilanjut di sana, mau coba-coba lanjut di sini siapa tau kalian suka 🤭

Terpopuler

Comments

elen situmorang

elen situmorang

mampir

2024-02-15

0

Erni Fitriana

Erni Fitriana

simak

2023-06-28

0

Yani Cuhayanih

Yani Cuhayanih

Apakah Fabian akan selingkuh.

2023-06-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!