Dara memegang kepala dengan kedua tangan nya, Ia tengah kalut mendapati perintah dari pak Hartono untuk mengawasi perkembangan pembangunan resort di luar kota.
Ia tak akan sesetres ini andai ia harus pergi sendiri atau dengan pak Hartono. Nyatanya ia harus pergi berdua dengan Reynand, yah hanya berdua. Sayangnya pak Hartono tak menerima penolakan hingga Dara mau tidak mau harus ikut. Dara hanya bisa berharap Reynand berhalangan hingga bisa digantikan dengan orang lain.
"Mas, Lusa aku harus berangkat ke luar kota selama 1 minggu. Aku sedih harus pisah lama dari Dion. Gimana kalau aku berenti aja kerja nya mas?" Selain itu tentu saja perasaan nya pada Reynand adalah alasan utamanya.
"Harus berapa kali aku bilang sama kamu Dara, tolong kasih aku waktu sampai aku bisa mendapat penghasilan lebih. Setelah itu kamu boleh berhenti kerja. Tolong mengertilah Dara bahwa pengeluaran kita itu besar, sementara gaji aku hanya bisa mencover kebutuhan kita kurang dari 10 persen aja" Dara menangkap kilatan emosi di mata Fabian, kali ini Dara benar-benar ingin menangis.
Haruskah Dara mengungkapkan isi hatinya segamblang mungkin? mungkinkah Fabian akan langsung menyetujui keinginan nya andai ia mengatakan bahwa ia takut hatinya akan berubah haluan pada Reynand? Dara sangat menyadari kelemahan hatinya. Ia tidak ingin takabur dengan mengatakan bahwa ia tak akan tergoda, karenanya sebelum semua nya hancur Dara ingin segera menarik diri.
Fabian meninggalkan Dara yang masih dihantui dilema, tidak ada pelukan untuk menenangkan wanitanya yang sedang menangis putus asa. Tidak ada belaian lembut dan kata-kata mesra untuk meyakinkan Dara bahwa semua akan baik-baik saja.
Dara beranjak menuju kamar Dion yang sudah terlelap. Wanita itu menciumi dan mengusap rambut putranya yang begitu lelap. Ia merasa bersalah pada perasaan nya yang masih belum tuntas di masa lalu.
"Mama sangat menyayangi kamu nak" Bisik Dara, Ia harus bisa menahan diri dari godaan masa lalu demi Dion. Atau dirinya akan kehilangan semuanya
***
"Rey, please kamu cari ganti orang lain aja, jangan kamu yang pergi" Dara menatap penuh permohonan pada Rey, dan itu membuat hati Reynand seperti diremas dengan kuat.
"Kenapa? apa aku seburuk itu sampai kamu nggak sudi dinas luar sama aku?" Entah kenapa kata-kata dengan anda kecewa yang meluncur dari mulut pria itu menggoreskan rasa bersalah yang dalam di hati Dara.
"Bukan gitu Rey" Dara tak melanjutkan ucapan nya, Ia tak menemukan kata yang tepat untuk menjelaskan ketakutan di hatinya.
"Jangan larang aku Cell, Jika pak Hartono tidak menunjuk aku untuk tugas itu aku akan melakukan segala cara agar tugas itu tetap diberikan ke aku itu artinya aku menginginkan pekerjaan ini, lebih tepatnya sangat menginginkan untuk pergi berdua sama kamu" Reynand tersenyum kemudian meninggalkan Dara yang tampak tertegun mendengar ucapan nya.
Dara menghela nafas lemah, ia hanya bisa pasrah ke depan nya dan terus berusaha menguatkan hati agar tak jatuh dalam pesona Reynand.
***
"Indah banget ya Cell" Keduanya sedang melihat Villa yang akan mereka tinggali selama di sana. Jika menatap ke luar villa itu mereka akan disuguhkan pemandangan luar biasa yang memanjakan mata mereka.
"Kenapa kita tinggalnya di sini Rey. Kenapa nggak di hotel aja" Meski terdapat beberapa kamar Dara tidak nyaman jika hanya berdua dengan Rey di sini. Pegawai Villa hanya bekerja siang hari dan akan pulang di malam hari.
"Villa ini milik perusahaan, jadi kantor nggak perlu ngeluarin biaya penginapan. Lagian malah bagus kan, kita bisa berduaan di sini. Bisa bermain peran sebagai suami istri. Aku uda lama banget memimpikan nya"
Dara tersenyum masam mendengar celotehan Reynand yang menyebalkan namun berhasil membuat dadanya bergemuruh.
"Aku yakin kamu juga suka Cell, kita akan melewati malam-malam romantis di sini" Rey tersenyum dan menatap dalam pada Dara. Ia melangkah mendekat pada Dara yang terlihat salah tingkah. Dara dengan panik mundur beberapa langkah untuk menghindari Rey yang terus mendekat dengan tatapan yang tak berubah.
"Rey hentikan kamu mau apa" Ucap Dara dengan suara terbata, tubuhnya tak bisa lagi bergerak karena kini sudah terdesak pada dinding dan kedua tangan Reynand memenjarakan nya.
"Aku mau kamu Cell, mengertilah. Aku sangat menginginkan kamu" Sial, Dara memperhatikan gerakan bibir Rey yang terlihat begitu seksi dan mempesona. Mengingatkan kembali pada rasa kenyal dan aroma mint bibir itu saat menyesap bibirnya beberapa waktu lalu.
"Ingat Rey, aku ini perempuan bersuami. Nggak pantas kamu seperti ini. Ingat dua anak mu serta Alexa Rey" Ucap Dara setelah berhasil menguasai dirinya dari perasaan dan pemikiran gila.
"Harus berapa kali lagi aku menahan diri Cell. Harus berapa lama lagi aku harus hidup dalam dunia yang nggak aku inginkan. Aku menginginkan kamu untuk bersama aku menghabiskan sisah usia kita" Suara Reynand terdengar berat dan putus asa.
"Tapi kita uda nggak punya pilihan Rey. Mau nggak mau kamu harus menjalani pilihan kamu hingga akhir. Jangan munafik Rey, kedua anakmu adalah bukti bahwa kamu juga menginginkan kehidupan mu bersama Alexa. Dia akan merasa sakit kalo sampai dengar ucapan kamu" Tak peduli meski ucapan nya terdengar cukup kasar. Namun Dara hanya ingin segera terbebas, Dara tidak ingin kehilangan akal dengan menghambur ke dalam pelukan Rey.
Berada sedekat ini dengan pria itu membuatnya dilanda rasa rindu yang teramat besar. Kilasan masa lalu yang berhasil Dara kubur kini bangkit kembali.
"Cellia tidak bisakah kita egois? Mari hidup berdua Cell. Kita tinggalkan mereka, kita mulai semuanya dari awal. Sudah cukup waktu yang kita berikan untuk mereka" Rey menempelkan keningnya pada kening Dara, hal itu membuat jantung wanita itu semakin berdetak kencang.
"Jangan gila Rey. Aku nggak mungkin meninggalkan mereka. Dion dan Fabian adalah hidup aku. Aku nggak akan bisa hidup tanpa mereka" Dara memejamkan matanya tak sanggup bertemu tatap dengan mata tajam Rey yang begitu dekat.
"Tatap mata aku Cell" Suara serak Reynand serta hembusan nafas pria itu membuat Dara bergidik. Ia membuka matanya perlahan.
"Bilang bahwa kamu nggak mencintai aku Cell. Kalo aku yakin kamu nggak bohong aku akan menjauhi kamu" Suara Reynand terdengar mengintimidasi.
"Aku nggak cinta sama kamu Rey. Aku sangat mencintai Fabian dan Dion. Perasaanku ke kamu hanya sebatas rasa sayang pada sahabat" Dara berucap sambil memaksakan tersenyum.
Respon Reynand tak Dara duga, pria itu menyeringai dengan mata yang tak lepas menatap padanya.
"Sampai kapan mengingkari hati kamu yang sebenarnya sayang? aku bisa melihat dengan jelas di mata kamu bahwa apa yang terucap di bibir ini semuanya dusta" Rey mengusap lembut bibir Dara. Perlakuan pria itu membuat Dara membeku.
"Sebaiknya kamu istirahat dulu Cell, kamu butuh tenaga untuk bekerja, terlebih mengingkari perasaan mu sendiri juga membutuhkan tenaga yang tidak sedikit"
Rey mencium kening Dara dengan lama, dan Dara benci pada respon tubuhnya. Bukannya marah ia malah memejamkan matanya menikmati kelembutan bibir pria itu di keningnya.
"Aku akan terus berusaha membuat kamu berhenti mengingkari perasaan mu sayang" Bisik Reynand sebelum meninggalkan wanita itu dalam keterpakuan nya.
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
~jingGA
kenapa perjuangan itu gak dri dulu, kenapa baru sekarang dia berusaha mati matian. hadeh bikin dilema aja, 😒😟
2023-04-01
0
Ning Vian
lama" hanyut
2022-12-08
0
Nur Yanti
ini si Rey mau jadi pebinor terus ngajak Dara jadi pelakor.. ampun😒
2022-09-14
0