"Kamu benar-benar yakin sama keputusan kamu Cell?" Tanya Reynand saat mereka berjalan ke arah luar bandara. Pria itu masih menunjukkan ketidak relaan nya melepas Dara.
"Keputusan yang mana?" Dara pura-pura tak mengerti walaupun sebenarnya ia paham apa yang Rey maksud. Hanya saja ia belum menemukan jawaban yang benar-benar sesuai keinginan hatinya.
"Kamu tau yang aku maksud Cell" Ucap Rey sambil menghela nafasnya. Reynand menyadari setelah kaki mereka melangkah keluar bandara dan kembali ke rumah mereka masing-masing semua akan berubah. Pria itu memutuskan untuk menuruti apa yang Dara minta meski hatinya menolak untuk menyerah, tapi cinta mematahkan egonya. Ia tak mau menyiksa wanita yang ia cintai dengan terus menekan dan memaksakan kehendak. Reynand tau Dara juga masih mencintainya, namun Dara sangat memegang teguh komitmen pernikahannya. Mau tidak mau Reynand harus menerima dan menghargai itu.
"Aku yakin Rey" jawab Dara di tengah kebimbangannya. Reynand menatap sedih pada Dara, namun pria itu memaksakan dirinya untuk tersenyum agar Dara bisa tenang.
"Baiklah, aku terima keputusan kamu" Reynand berulang kali menghela nafasnya menandakan perasaannya tidak baik-baik saja dengan keputusan Dara.
"Cell, kamu tau harus pergi ke mana dan mencari siapa kalau seandainya Fabian tak kunjung memberi kamu kebahagiaan." Reynand mengusap rambut Dara lalu berjalan cepat meninggalkan wanita yang ia cintai itu.
Dara menatap kelu pada Reynand yang semakin menjauh dan hilang dibalik pintu mobil yang akan membawa pria itu kembali ke tempat di mana ada Alexa yang sudah menunggunya.
Hati Dara terasa remuk, air matanya menetes begitu saja. Ada ketidak relaan yang ia rasakan, namun akal sehat terus saja menamparnya meminta Ia sadar bahwa Reynand milik Alexa dan ia tak memiliki hak apapun atas pria itu. Sementara takdirnya yang nyata adalah Fabian meski mungkin pria itu tak menantikannya seperti halnya Alexa yang selalu menunggu Reynand dengan setia.
Dengan gontai Dara melanjutkan langkahnya, sudah saatnya ia kembali pada kehidupan nyata. Seperti apapun sikap Fabian, seperti apapun perasaan nya, ia sudah memilih dan memutuskan. Sekarang saatnya bertanggung jawab pada pilihannya sesakit dan seberat apapun itu. Setidaknya pilihan yang ia jatuhkan tak menghancurkan sebuah keluarga.
Dara merogoh ponselnya, sejak tadi ia masih mengaktifkan mode pesawat terbang. Beberapa saat menunggu tak ada pesan yang Fabian kirimkan untuknya padahal Dara sudah memberi tahu akan pulang hari ini, bahkan sebelum naik pesawat Dara juga sudah mengabari Fabian. Namun tak ada inisiatif dari suaminya untuk menjemput dirinya atau hanya sekedar mengucapkan hati-hati seperti manusia normal lainnya.
Dara memanggil taksi, ia terlalu lelah untuk bersedih dan meratapi sikap cuek suaminya. Menelan sendiri semua kepahitan yang ia rasakan adalah satu-satunya pilihan yang tersedia untuknya saat ini.
"Aku sayang dan cinta sama kamu seperti apapun sikap ku Dara, aku emang nggak bisa seperti orang-orang yang bisa bersikap lemah lembut dan penuh perhatian pada pasangannya, menurut aku itu juga nggak terlalu penting. Tapi bukan berarti aku nggak sayang sama kamu"
Jawaban Fabian selalu seperti ini saat dulu Dara melayangkan protes atas sikap suaminya. Karena tak kunjung ada perubahan apapun meski Dara telah menyampaikan semua keinginannya membuat Dara menyerah dan berusaha menerima semua sikap Fabian dengan lapang dada.
Saat tiba di rumah, Dara melihat sang suami tengah menonton televisi.
"Aku pulang" ucap Dara pelan. Ia sengaja menunjukkan rasa lelahnya agar Fabian bisa sedikit iba padanya. Meski ia sudah tau Ending nya.
"Hai sayang, aku kangen. Aku uda nungguin kamu dari tadi" ucap Fabian antusias. Pria itu menarik dan memeluk istrinya.
Dara tersenyum getir, ia sudah bisa menebak Fabian menginginkan sesuatu darinya. Penuntasan hasrat tentu saja! Mana mungkin pria itu bersikap semanis ini jika tak menginginkan hal itu darinya. Andai setiap saat Fabian bersikap seperti ini ia yakin sedikitpun tak akan goyah oleh rayuan Reynand atau siapapun itu.
"Kenapa nggak jemput kalo uda nungguin?" Dara tersenyum kecut pada sang suami yang sama sekali tidak terlihat merasa bersalah.
"Kamu kan bisa naik taksi Dara, aku tau kok istriku ini sangat mandiri dan nggak manja. Lagipula aku capek banget abis lembur ngurusin dokumen siswa yang mau ujian" ucap Fabian beralasan.
"Dion mana mas?" Percuma mengeluh, Fabian tetaplah Fabian. Keluh kesahnya tak akan mengubah apapun. Fabian terlalu kuat mempertahankan karakternya.
"Aku titipin di rumah mama" Fabian tersenyum penuh arti, Dara sudah bisa menebak ke mana alurnya. Ia sudah begitu hapal pada sikap dan perilaku suaminya.
Dara pasrah, tak menolak namun tak juga membalas sentuhan yang Fabian lakukan. Toh pria itu juga tak terlalu memusingkan respon dirinya. Ia hanya mengejar kenikmatan nya sendiri, lalu setelah hasratnya tuntas maka sikap manis seperti yang ia tunjukkan sebelumnya akan hilang tanpa jejak.
Dara menarik selimut untuk menutupi bagian bawah tubuhnya yang terbuka. Ia lelah dan memutuskan untuk langsung tidur tanpa membersihkan diri.
"Aku jemput Dion dulu ya?" Pamit Fabian setelah membersihkan diri setelah selesai menuntaskan hasratnya. Dara mengangguk dengan mata terpejam. Ia merasa benar-benar lelah!
"Cell kamu uda sampe rumah?"
Sebuah pesan yang Reynand kirimkan memaksa Dara mengurungkan niatnya untuk beristirahat. Ia berfikir sejenak, menimbang apa yang harus ia lakukan. Membalas pesan tersebut atau mengabaikannya.
"Uda Rey"
Dara memutuskan untuk membalas pesan dari Reynand, karena ia tau Rey tak akan tenang sampai mengetahui keadaan nya.
"Syukurlah, istirahat Cell. Jaga kesehatan"
Dara tersenyum pahit, kenapa suami orang lain bisa begitu perhatian sementara suaminya sendiri seperti tak peduli. Entahlah, kadang Dara bertanya-tanya adakah arti dirinya bagi Fabian?
Mungkin karena Fabian adalah putra bungsu di keluarganya sehingga ia terbiasa diperhatikan dan dimanja hingga ia tak paham cara memperhatikan dan memanjakan istrinya sendiri.
"Makasih Rey, kamu juga"
Padahal belum satu jam mereka berpisah, Dara sudah sangat merindukan Reynand. 3 Hari bersama, Dara kembali merasakan candu pada sikap lembut serta perhatian Reynand padanya seperti saat dulu sebelum masing-masing dari mereka menikah.
"Ini aku juga mau istirahat Cell"
Dara menutup ponselnya setelah membaca pesan dari Rey. Ia tak membalas lagi pesan itu, karena Reynand tidak akan pernah mengabaikan pesan darinya. Jika Dara tak lebih dulu berhenti mengirimkan pesan maka jangan harap Rey akan berhenti.
Dara kembali berusaha memejamkan matanya, ia butuh istirahat untuk mengisi tenaganya. Besok ia sudah harus kembali bekerja seperti biasa. Ia juga butuh tenaga untuk menghadapi kenyataan hidupnya yang begitu rumit.
🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Dende Kesie
ah dara aq merasa kita diposisi yg sama.. tetap bersabar ya..
2022-11-13
1
nonsk2711
Dara di anggap Fabian sbagai pelampiasan nafsu n pencetak uang,klo aku di posisi Dara lbh baik pisah aja drpd rumtang ga sehat,menyakitkan
2022-08-09
2
Julio Stevaning
Fabian gak ada pengertian sama sekali,, egois
2022-06-20
0