Kekesalan Dinda

🥰🥰Happy Reading🥰🥰

Para rombongan guru dan murid akan berpamitan kepada kedua mempelai pengantin, untuk kembali ke Jakarta. Semua mengucapkan salam perpisahan dengan haru biru.

"Ibu guru Ningrum Cantika Maharani, Abi pamit yah, sampai jumpa di lain waktu dan tempat yang berbeda. Tolong jaga kesehatan Ibu, dan jangan pernah lupakan kami murid-murid Ibu yang selalu sayang kepada Ibu guru." Pamit Abi dengan pesan gamblangnya, seraya tersenyum bahagia dengan penuh ikhlas.

"Iya Abi, anak murid Ibu yang paling nakal namun genius, Ibu akan selalu ingat pesan Abi." Sahut Ibu Ningrum dengan senyum mengembangnya, meski hatinya sakit mengingat Abi yang dia campakkan.

"Maaf, saya baru sempat ucapkan selamat yah Pak Ustad atas pernikahannya, semoga selalu berbahagia. Saya berpesan, untuk selalu sayang dan setia kepada istri Bapak yah. Jangan pernah sakiti Ibu Ningrum, jangan pernah buat Ibu Ningrum menangis dan jangan pernah berpoligami yah Pak Ustad." Ucap Abi tegas, seraya berpesan untuk kebaikan Ibu Ningrum.

Sontak saja Ibu Ningrum dan Ustad Rizal tertawa, mendengar celotehan Abi yang seperti orang dewasa dengan pesan berantainya.

"Ha.. ha.. ha.." Tawa mereka bersamaan.

Abi hanya terkekeh dengan ucapannya sendiri, namun Abi tulus mengucapkannya dan sungguh-sungguh atas pesan permintaannya itu.

"Terima kasih doa dan pesannya Nak. Siapa namanya Nak, tadi Bapak kurang begitu jelas?" Sahut Bapak Ustad senang, seraya bertanya nama anak itu.

"Iya Pak, nama saya Abi Maulana Dirgantara." Sahut Abi dengan nama lengkapnya.

"A.. bi..?" Tanya Pak Ustad Rizal terkejut, namun seketika bergeming menatapnya.

"Iya Pak." Sahut Abi cepat, seraya mengerutkan keningnya heran, lalu dia berjalan gontai turun dari panggung pelaminan, karena masih banyak tamu yang mengantri, untuk memberi selamat kepada Kedua Mempelai Pengantin sekaligus berpamitan.

"Kenapa Kakak? Kakak baik-baik saja, bukan?" Tanya Ibu Ningrum heran dengan perubahan sikap suaminya yang tiba-tiba terdiam.

"E.. engga apa-apa." Sahutnya cepat, secara dia masih shock mendengar nama anak itu.

Ibu Ningrum hanya mengerutkan dahi, dan tersenyum canggung, dengan jawaban suaminya yang mendadak dingin.

Para tamu yang masih mengantripun, melanjutkan acara bersalaman dengan kedua Mempelai Pengantin, memberikan selamat dan sekaligus berpamitan.

Pak Sabar sudah bersiap-siap mengarahkan para rombongan guru, dan murid-murid untuk menaiki kendaraannya masing-masing. Lalu mengabsen siapa saja yang sudah ada dan yang masih belum ada. Setelah di rasa lengkap dan siap, Pak Sabar bersiap memimpin jalannya rombongan dari depan.

Para rombongan mobil, dan motorpun berjalan beriringan dengan teratur. Tanpa ada halangan, akhirnya merekapun sampai kerumahnya masing-masing, saat sudah sampai di Jakarta.

Abi mengantar Mitha pulang dulu kerumahnya, namun saat dirumah Mitha, waktu hampir menunjukkan pukul 6 Petang, saatnya Azan magrib berkumandang.

"Abi mampir dulu, masuk kerumahku, sudah waktunya sholat magrib, kamu bisa sholat disini." Tawar Mitha dengan hati begitu senang, karena seharian ini dia bisa bersama Abi terus.

"Sepertinya tidak perlu Mitha, gue bisa sholat magrib di jalan, nanti gue cari Musholah." Tolak Abi seraya memberi alasan.

"Memangnya kamu engga mau masuk dulu, untuk kenal orang tuaku Bi?" Tanya Mitha sedikit memaksa.

"Lain kali saja Mitha." Sahut Abi yang sepertinya sudah tidak ingin berlama-lama berbicara dengan gadis itu.

"Mitha.. apakah itu kamu, sayang?" Panggil Momie Nani, dari jauh yang semakin mendekat.

"Iya Momie, ini Mitha baru saja sampai." Sahut Mitha yang langsung berhambur memeluk Momienya itu.

"Ini siapa Mitha?" Tanya Momie Mitha penuh selidik.

"Ini Abi, teman sekelas Mitha Momie." Jelas Mitha, seraya memperkenalkan Abi kepada Momienya.

"Ooh namanya Nak Abi?" Tanya Momie Nani ramah, seraya tersenyum hangat.

"Iya Tante, nama saya Abi." Sahut Abi juga ramah.

"Mau mampir dulu Nak Abi?" Tawar Momie Nani berbasa-basi.

"Tidak Tante, terima kasih lain kali saja." Tolak Abi dengan cara baik-baik.

"Ooh.." Hanya itu yang bisa Momie Nani ucapkan.

"Abi permisi dulu Tante, Mitha." Pamit Abi, yang langsung melesat menjauh dengan kecepatan motornya.

"Iya." Sahut Momie Nani dan Mitha bersamaan.

Abi mampir dulu di musholah yang dia temui dekat dengan jalan raya, lalu diapun berganti baju di kamar mandi Musholah untuk melaksanakan shollat Magrib 3 Raka'at. Setelah mengambil wudhu, tidak sengaja dia bersentuhan dengan seorang gadis belia, dia baru saja akan keluar dari Musholah tatapi sangat tergesah-gesah.

"A.. duh.. maaf mas, engga sengaja jadi kesentuh yah, masnya harus wudhu lagi dong? Maaf yah mas sekali lagi." Sesal gadis belia itu gugup meminta maaf tulus, tanpa berkedip sedetikpun.

"Iya Mba, engga apa-apa, engga sengaja juga, bukan?" Ucap Abi santai, seraya kembali mengambil air wudhu.

Gadis belia itu berjalan gontai kearah parkiran, masih terbayang dengan cowok yang baru saja dia temui.

"Sepertinya gue pernah ketemu dengan orang itu, tapi dimana yah? Ayo, Dinda ingat-ingat." Bathin gadis itu bermonolog.

Setelah Dinda berpikir keras akhirnya dia mengingatnya. "Ooh... dia 'kan cowok yang bayarin ongkos angkot gue saat itu, iya benar, engga salah lagi, memang dia, cowok itu. Cowok yang dingin, namun nyaris tanpa noda sedikitpun diwajahnya." Gumam Dinda pelan seraya tersenyum.

Akhirnya Dindapun memutuskan untuk kembali ke Musholah itu, dan menunggu cowok itu keluar dari dalam Musholah. Setelah beberapa saat menunggu, Abi muncul dengan wajah cerah terpancar dari cahaya air wudhunya.

Dinda yang melihat wajah Abi dengan begitu cerah dan bersinarnya seketika lupa dengan tujuannya.

"Hei.. kenapa loe masih disini? Bukannya loe tadi sedang tergesah-gesah, hendak pulang? Tapi kenapa belum pergi juga?" Tanya Abi aneh, dengan gadis yang ditemuinya itu.

"Eeeh.. iya.. itu.. gue mau balikin hutang gue sama loe." Sahut Dinda gugup.

"Hutang?" Tanya Abi heran, pasalnya dia tidak pernah memberi pinjaman uang, kepada gadis itu.

"Iya hutang gue satu minggu yang lalu, saat loe sama gue naik angkot. Loe bayarin ongkos gue, karena gue engga punya uang receh. Loe masih inget engga sama gue? Loe pake seragam sekolah SMA Nusantara, bukan?" Jelas Dinda seraya bertanya kepada Abi.

"Iya gue ingat kalau itu, tapi gue engga lihat wajah gadis itu." Sahut Abi santai, namun membuat hati Dinda sedikit kesal oleh ucapannya.

"Iya.. gue tahu, loe engga lihat wajah gue, orang loe sombong saat itu." Ucap Dinda jujur.

"He.. he.. he.. sudah tahu sombong, kenapa loe temuin?" Kekeh Abi, bertanya heran.

"Eemm.. gue 'kan punya hutang sama loe, jadi gue masih mau temuin loe." Ujar gadis itu jujur, memang gadis itu terpesona melihat ketampanan Abi, namun tujuan dia yang utama yah mengganti ongkos tersebut.

"Ooh.. gitu yah, ya sudah hutangnya gue ikhlas engga usah diganti. Sekarang gue mau lewat, loe jangan halangin jalan gue." Ujar Abi jelas, dengan wajah dinginnya.

Dinda bergerak memberi jalan Abi untuk lewat, namun setelah itu dia berbalik ke arah Abi. "Tunggu.. jangan pergi dulu." Panggil Dinda seraya berjalan kearah Abi.

Abipun menghentikan langkahnya, lalu berbalik menghadap Dinda dengan wajah dinginnya. "Apa lagi?" Tanya Abi singkat.

"Kenalin.. nama gue Dinda, kalau boleh gue mau traktir loe, itung-itung salam perkenalan." Ucap Dinda, seraya mengulurkan tangannya kearah Abi.

Abi hanya tersenyum kecut, tanpa memperdulikan Dinda, diapun pergi meninggalkannya sendiri.

"Huuh.. dasar, cowok sombong." Omel Dinda kesal, tidak terima dengan perbuatan Abi kepadanya. Bukan hal aneh lagi, jika Abi bersikap dingin terhadap semua gadis. Sikapnya yang hangat hanya dia tunjukkan untuk Mamanya, dan Ibu Ningrum saja selama ini.

--BERSAMBUNG--

...Jangan lupa kasih like, favorite, vote dan tips komentar yah. Terima kasih....

Terpopuler

Comments

Febi Febrianto

Febi Febrianto

tunjukan pd semua org Abi, buatlah mereka bangga, gapailah cita 2mu
pokus masa depan, lupakan masalah cinta

2022-08-26

1

Rendy Chrisnanto

Rendy Chrisnanto

semangat ya abi kamu belajar dulu yang bener baru ngurusin masa depan...salut bnget sama abi meskipun dia tidak suka masih bersikap ramah...tapi sama orang yg baru kenal dia dingin bnget kaya es batu

2022-08-17

1

Author yang kece dong

Author yang kece dong

Semangat kak abi 👍

2022-05-16

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Ultimatum Ibu Ningrum
3 Anak Genius
4 Benci Tapi Rindu
5 Rumah Sakit
6 Remaja Baliq
7 Naik Angkot
8 Belajar Bersama
9 Demam Berdarah
10 Menjaga Ibu Ningrum
11 Di Tembak Anak SMA
12 Menginap di Rumah Sakit
13 Genggaman Tangan
14 Pupus
15 Pernikahan
16 Jatuh Pingsan
17 Kekesalan Dinda
18 Keluarga Baru
19 Sarapan Pagi
20 Misi Lusia
21 Masa Lalu Lusia
22 Turnamen Balap Motor
23 Runner Up
24 Menginap
25 Balapan Liar
26 Pondok Pesantren
27 Sebuah Fakta
28 Melepas Rindu
29 Wanita Itu
30 Menjadi Imam Shalat
31 Mempelajari Materi Islam
32 Arisan Sosialita
33 Fakta Lusia
34 Isi Hati Melia
35 Niat Baik Abi
36 Surat Untuk Abi
37 Penjelasan Abi
38 Malam Pinangan
39 Pengusiran Lusia
40 Talak Tiga
41 Perginya Lusiana
42 Ijab Qabul
43 Suami Istri
44 Sepiring Berdua
45 Humaira dan Al-habib
46 Mengunjungi Pondok Pesantren
47 Pertemuan Tidak Terduga
48 Selalu Salah Paham
49 Kata Rujuk
50 Takdir
51 Kuliah Kerja Nyata
52 Pupus
53 Pertemuan Yang Mengharukan
54 Surprise
55 Makan Malam Istimewa
56 Cita-cita Abi
57 Mengantar Abi
58 Rumah Kita
59 Makanan Kesukaan
60 Sumedang
61 Berdiskusi
62 Menikah Diam-Diam
63 Semua Karena Zainap
64 Air Terjun
65 Tuntutan Lusiana
66 Hasil Persidangan
67 Rindu Berat
68 Teringat Cinta Pertama
69 Masakan Ibu RT
70 Janji Robby
71 Penyatuan Cinta
72 Mandi Bersama
73 Tadarusan
74 Manjanya Abi
75 Peletakan Batu Pertama
76 Rindu Berat
77 Hari Terakhir KKN
78 Menjemput Abi
79 Ijab Qobul
80 Tamu Tidak Di Undang
81 Menginap Di Hotel
82 Mual dan Mabuk
83 Kebahagiaan Keluarga Besar Abi
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Prolog
2
Ultimatum Ibu Ningrum
3
Anak Genius
4
Benci Tapi Rindu
5
Rumah Sakit
6
Remaja Baliq
7
Naik Angkot
8
Belajar Bersama
9
Demam Berdarah
10
Menjaga Ibu Ningrum
11
Di Tembak Anak SMA
12
Menginap di Rumah Sakit
13
Genggaman Tangan
14
Pupus
15
Pernikahan
16
Jatuh Pingsan
17
Kekesalan Dinda
18
Keluarga Baru
19
Sarapan Pagi
20
Misi Lusia
21
Masa Lalu Lusia
22
Turnamen Balap Motor
23
Runner Up
24
Menginap
25
Balapan Liar
26
Pondok Pesantren
27
Sebuah Fakta
28
Melepas Rindu
29
Wanita Itu
30
Menjadi Imam Shalat
31
Mempelajari Materi Islam
32
Arisan Sosialita
33
Fakta Lusia
34
Isi Hati Melia
35
Niat Baik Abi
36
Surat Untuk Abi
37
Penjelasan Abi
38
Malam Pinangan
39
Pengusiran Lusia
40
Talak Tiga
41
Perginya Lusiana
42
Ijab Qabul
43
Suami Istri
44
Sepiring Berdua
45
Humaira dan Al-habib
46
Mengunjungi Pondok Pesantren
47
Pertemuan Tidak Terduga
48
Selalu Salah Paham
49
Kata Rujuk
50
Takdir
51
Kuliah Kerja Nyata
52
Pupus
53
Pertemuan Yang Mengharukan
54
Surprise
55
Makan Malam Istimewa
56
Cita-cita Abi
57
Mengantar Abi
58
Rumah Kita
59
Makanan Kesukaan
60
Sumedang
61
Berdiskusi
62
Menikah Diam-Diam
63
Semua Karena Zainap
64
Air Terjun
65
Tuntutan Lusiana
66
Hasil Persidangan
67
Rindu Berat
68
Teringat Cinta Pertama
69
Masakan Ibu RT
70
Janji Robby
71
Penyatuan Cinta
72
Mandi Bersama
73
Tadarusan
74
Manjanya Abi
75
Peletakan Batu Pertama
76
Rindu Berat
77
Hari Terakhir KKN
78
Menjemput Abi
79
Ijab Qobul
80
Tamu Tidak Di Undang
81
Menginap Di Hotel
82
Mual dan Mabuk
83
Kebahagiaan Keluarga Besar Abi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!