🥰🥰Happy Reading🥰🥰
Perkenalkan ini Abi Maulana Dirgantara saat usia 16 Tahun yah guys, ini visualnya yah.
Nanti kalau usia Abi menginjak 20 tahun, akan Autor kasih lagi visualnya.
Kalau ini visual dari Ibu Ningrum Cantika Maharani yah guys.
Semoga kalian suka dengan Visualnya yah Terima kasih.🙏🙏🙏
*******
Para tamu undangan sontak saja semua mendadak gaduh, saat melihat Pengantin wanita tergulai lemas jatuh kelantai. Begitu pula dengan Abi, sontak saja tangan Abi terulur untuk menyentuhnya. Namun tindakannya itu, mendapat penolakan dari suaminya, yaitu Ustad Rizal Ahmad.
"Maaf mas, istri saya jangan disentuh. Biar saya suaminya, yang akan mengangkat tubuhnya." Ujar Ustad Rizal, yang menolak bantuan Abi, kemudian mengangkat tubuh Ibu Ningrum ke ruang kamar pengantin.
Orang tua Ibu Ningrum dan Ustad Rizal sangat panik, lalu ikut menyusul kedalam kamar pengantin. Sedangkan para tamu sebagian ada yang ikut masuk kedalam rumah Ibu Ningrum, ada juga yang menunggu di luar. Banyak tamu yang bertanya-tanya heran, lalu berpikir yang aneh-aneh menurut pemikirannya masing-masing.
Panitia acara Pernikahan, kemudian mengambil alih sebagai Tuan rumah, dengan memberi instruksi kepada para tamu undangan.
"Dimohon kepada para tamu undangan, untuk kembali ketempatnya yang sudah kami sediakan. Kami mengharapkan saudara dan saudari untuk tetap tenang, demi kelancaran acara resepsi ini. Terima kasih saya ucapkan atas pengertiannya." Ujar Panitia acara dengan jelas.
Akhirnya para tamupun, mengikuti intruksi dari Panitia Acara Pernikahan tersebut.
Dikamar Pengantin, Ibu Ningrum masih dalam keadaan pingsan. Suaminya mencoba membangunkan Ibu Ningrum, dengan memberikan minyak aroma therapy. Minyak itu dia tempelkan dihidungnya, agar efek bau dari minyak itu bisa tercium oleh Ibu Ningrum.
Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya Ibu Ningrum perlahan mulai bergerak dengan menggumamkan nama seseorang, namun belum sepenuhnya sadar dari pingsannya.
"A... bi..." Gumam Ibu Ningrum lirih, namun masih sayup terdengar oleh suami dan orang tuanya. Sontak saja Mama Anita dan Papa Bondan terkejut dan panik, saat teringat dengan nama yang digumamkan anaknya itu.
Ustad Rizal yang melihat kepanikan dan keterkejutan dari mertuanya, seketika dia melontarkan pertanyaan kepada mereka.
"Abi? Siapa Abi? Apakah Mama dan Papa mengenal nama Abi?"
"I.. iya Nak Ustad Rizal, A.. abi adalah anak murid sekolah dari istri kamu Nak." Sahut Mama Anita jujur, yang di ikuti Papa Bondan seraya mengangguk pelan.
"Anak murid istri saya? Ada hubungan apa, istri saya bisa sampai menggumamkan namanya disaat tidak sadarkan diri?"
Kedua orang tua Ibu Ningrum hanya menggelengkan kepalanya pelan dan menunduk pasrah.
"M.. mama... P.. papa.. " Panggil Ibu Ningrum saat tersadar sepenuhnya dari pingsannya.
Mendengar nama mereka dipanggil oleh anaknya, kemudian mereka langsung berhambur memeluk anaknya dengan derai air mata.
"Kamu sudah sadar Cantika sayang? Kenapa kamu bisa sampai pingsan seperti ini?" Tanya Mama Anita khawatir, dan perasaan tidak karuan sedang menghantui Mama Anita.
"I.. tu Mama, Papa, mungkin Cantika terlalu lelah dengan persiapan kemarin, hingga Cantika merasa lemas, 'kan Cantika baru saja sembuh dari sakit DBD." Sahut Ibu Ningrum jujur, pasalnya semenjak keluar dari rumah sakit itu, napsu makan dia berkurang. Lalu saat melihat Abi, tubuhnya semakin merasa lemas dan hatinya merasa bersalah.
"Oooh.. iya Cantika sayang, kamu baru 3 hari yang lalu keluar dari Rumah sakit." Ucap Mama Anita lega, pasalnya bukan karena anak itu penyebabnya.
Ustad Rizal ingin menanyakan soal nama Abi yang digumamkan istrinya itu saat tadi tidak sadarkan diri, namun dia urungkan niatnya itu mengingat banyak tamu yang sedang menunggu mereka di luar.
"Kamu sudah siap untuk kembali ke pelaminan, sayang?" Tanya Ustad Rizal.
"Iya.. Kak, tapi saya sangat lapar, kepingin makan dulu." Sahut Ibu Ningrum jujur, memang dirinya saat ini sungguh sangat lapar, perutnya yang kosong sejak tadi pagi, hingga hampir sore baru makan sedikit nasi tumpeng, saat acara prosesi adat pernikahan.
"Iya sudah, nanti Mama saja yang ambilkan nasi dan lauknya Cantika." Sahut Mama Anita, seraya menahan tawa dengan kelakuan anaknya itu.
"He.. he... he.. istriku ini polos dan menggemaskan." Kekeh Ustad Rizal, seraya mencium kening istrinya lembut.
"Eeehh.. " Ibu Ningrum tersentak, saat suaminya mencium keningnya tiba-tiba.
"Kenapa? Kenapa dengan wajahmu, sayang? Kamu itu sudah sah jadi istri saya, jangankan cium kening, cium bibir saja sudah boleh, bukan?" Tanya Ustad Rizal heran, melihat istrinya yang begitu terkejut saat dia mencium keningnya. Padahal dirinya sudah halal, untuk melakukan perihal itu.
"B.. bukan seperti itu Kak, t.. tapi malu sama Mama dan Papa kita." Sahut Ibu Ningrum polos, dengan wajah bersemu merah.
"He.. he.. he.. mereka juga pernah muda, sayang." Kekeh Ustad Rizal mengelak.
"He.. he.. he.." Ibu Ningrum hanya ikut terkekeh.
"Ha.. ha.. ha.." Orang tua merekapun ikut tertawa puas.
Mama Anita datang membawakan nasi satu piring, dan lauk beserta sayurnya satu piring. Lalu diberikan kepada anaknya, dan juga menantunya.
"Mama, Apa ini engga salah, banyak banget nasi dan lauknya?" Tanya Ibu Ningrum heran, melihat isi piring yang dipegangnya.
"Mama sengaja kasih banyak, biar kalian makan berdua. Pasti menantu Mama juga lapar, bukan?" Ujar Mama Anita tepat.
"Iya Mam, Rizal juga lapar. Mari, Kakak suapin yah sayang." Sahut Ustad Rizal seraya mengambil piring nasi dari tangan istrinya.
Orang tua mereka akhirnya meninggalkannya berdua saja di dalam kamar, sebelum menutup pintu kamar, Mama Anita berucap.
"Kalau sudah selesai makan, jangan lupa balik ke pelaminan yah sayang."
"Iya Mam." Sahut keduanya bersamaan.
Merekapun menyantap makan siang yang hampir kesorean, dengan lahap dan romantis. Ustad Rizal menyuapi istrinya dengan telaten, dan penuh cinta. Meskipun pernikahan mereka terbilang dijodohkan tanpa rasa cinta, namun Ustad Rizal merupakan anak yang selalu menuruti keinginan kedua orang tuanya.
Hanya dengan melihat photo Ibu Ningrum, awal perjodohan itu, Ustad Rizal langsung tertarik dan menyukainya. Menurut Ustad Rizal, kebahagian orang tuanya adalah yang terpenting. Terlebih lagi dua hari sebelum Pernikahan, Ustad Rizal bertemu dengan Ibu Ningrum, hatinya semakin mantap untuk menikahinya.
"Sayang, padahal nasi dan lauk tadi banyak sekalih, tapi ternyata habis juga yah. Perut kita benar-benar seperti kelaparan, he.. he.. he.." Ujar Ustad Rizal terkekeh, lalu istrinyapun ikut terkekeh.
"Sekarang kamu sudah siap menemui para tamu undangan, sayang?" Tanya Ustad Rizal hati-hati.
"Eeemm.. sudah Kak, 'kan sudah kenyang perutnya dan sudah tidak lemas lagi." Sahut Ibu Ningrum jujur.
"He.. he... he.. iya yah, kenapa Kakak lupa?"
Akhirnya mereka keluar kamar untuk kembali ke kursi pelaminan untuk menyambut para tamu kembali yang belum sempat mengucapkan selamat.
Para guru dan murid Ibu Ningrum, serta tamu undangan yang lain, ikut bahagia melihat Ibu Ningrum yang sudah sadar kembali, dan berjalan mesra dengan suaminya naik ke kursi pelaminan.
Begitu juga Abi dan Pak Sabar, yang hatinya ikut senang, melihat wanita yang dicintainya berbahagia dengan suaminya.
Pesan bijak!
Cinta tidak harus memiliki, ketika cinta harus berlabuh dengan hati yang lain, maka ikhlaskanlah. Cinta tidak pernah salah, cinta tidak mengenal usia, dan cinta tidak mengenal tempat. Maka berbahagialah, jika kita masih memiliki cinta.
--BERSAMBUNG--
...Jangan lupa kasih like, favorite, vote dan tips komentar yah. Terima kasih......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Febi Febrianto
terkadang cinta itu ,tak selamanya harus memiliki
biarkan mereka bahagia
kita hanya bisa mendoakan
semoga pernikahan Bu Ningrum & pak ustad langgeng
2022-08-26
1
Rendy Chrisnanto
bener kata author cinta itu tidak harus memiliki tetapi cukup melihat orang yang kita cinta i tersenyum bahagia kita juga harus bahagia...kasihan banget pak sabar sama abi
2022-08-17
1
tiya amelia
ku kira visual nya berhijab,soalnya nikahnya sama ustadz terkenal.
2022-05-19
1