Genggaman Tangan

🥰🥰Happy Reading🥰🥰

Abi memutuskan untuk menginap saja di Rumah Sakit, karena dia tidak tega jika harus meninggalkan Ibu Ningrum sendiri. Bagaimana jadinya nanti, jika Ibu Ningrum butuh sesuatu atau merasa kesepian seperti yang sering Abi rasakan selama ini, semenjak Mamanya pergi meninggalkannya.

"Iya Ibu guruku, Abi mau menginap di Rumah Sakit ini, mana mungkin Abi biarkan Ibu guru yang Abi sayang, harus dirawat sendiri tanpa ada yang menemani." Ujar Abi beralasan.

"T.. tapi Abi, ada Suster jaga dan juga nanti orang tua Ibu pasti datang kesini untuk menjenguk Ibu." Sahut Ibu Ningrum gugup.

"Engga apa-apa Ibu guruku, biarkan untuk satu malam ini saja, Abi menemani Ibu guru disini, Pleas!" Pinta Abi memohon.

"Iya sudah kalau itu mau Abi, tapi nanti Abi tidurnya engga nyaman? Soalnya Abi harus tidur disofa yang kecil itu." Ujarnya pasrah mengikuti kemauan anak muridnya itu.

"He.. he.. he.. terima kasih Ibu guruku, masalah tidur Abi engga pusingin Ibu guru, bisa di sofa, bisa di kursi ini tempat Abi duduk, atau juga bisa disamping Ibu kalau boleh." Kekeh Abi bercanda.

"Aiish.. kamu Abi benar-benar yah, itu sih maunya kamu! Masih kecil sudah mesum, iishh.. iisshh.. iisshh..." Hardik Ibu Ningrum menggelengkan kepalanya heran.

"I.. ibu jangan salah paham, Abi hanya bercanda, siapa juga yang mesum? Dan ingat satu lagi yah Bu guru, Abi itu bukan anak kecil, tapi Abi itu anak remaja yang beranjak dewasa." Sarkas Abi, menyangkal ucapan Ibu Ningrum.

"Aiiish.. iya deh anak murid Ibu yang akan beranjak dewasa." Sahut Ibu Ningrum membenarkan ucapan Abi.

"He.. he.. he... Yah itu baru benar." Kekeh Abi senang, seraya mengacungkan kedua jempol tangannya.

"Ha.. ha.. ha.." Akhirnya Ibu Ningrum dan Abipun tertawa lepas dengan obrolan-obrolan ringan mereka.

Hening untuk beberapa saat, disaat suasana dingin ruang rawat inap itu menyeruak kepori-pori kulit mereka.

"Eemm.. Ibu belum mengantuk?" Tanya Abi, yang sudah melihat angka jam 12 malam, di jam tangannya.

"B.. belum Abi, habis Ibu tadi siang kebanyakan tidur sepertinya." Sahut Ibu Ningrum gugup.

"Huuammm.." Abi menguap panjang.

"He.. he.. he.. sepertinya Abi mengantuk, bukan?" Tanya Ibu Ningrum terkekeh, ketika melihat Abi menguap.

"Iya.. Ibu guruku, tapi Abi masih bisa menahan kantuk Abi, sampai menunggu Ibu guru tidur." Sahut Abi jujur, seraya tersenyum mengembang.

"Oooh.. manisnya." Gumam Ibu Ningrum pelan namun masih didengar oleh Abi.

"Memang manis Bu guru, ibu baru sadar kalau Abi manis? Sebenarnya bukan cuma manis Bu guru tapi Abi juga tampan, bukan? He.. he.. he.." Ucap Abi membanggakan diri, seraya terkekeh.

"Aiishh.. sombong." Gerutu Ibu Ningrum.

"Drrt.. drtt.. drtt... " Bunyi getar ponsel Abi.

Ibu Ningrum tanpa ragu langsung mengambil ponsel Abi, yang memang terletak disampingnya sedari tadi. Dia langsung mengusap gambar call yang tertera di layar ponselnya.

"Hallo Mama, Assalamu'alaikum, ini Cantika Mam..."

"Hallo, Cantika sayang, Wa'alaikumsalam, kamu sakit apa sampai bisa dirawat? Maaf Cantika sayang, Mama baru melihat ponsel, dari sore tadi dirumah ada tamu spesial untuk kamu Cantika."

"Deg.."

"Maksud Mama?"

"Calon suami kamu!"

"A.. apa?"

"Iya calon suami kamu, namanya Ustad Rizal Ahmad, anak dari seorang ulama besar yang tersohor di Bogor."

"U.. hukk.. u.. hukk.."

Abi langsung mengambilkan air botol mineral, yang berada di atas nakas samping Ibu Ningrum.

"Minumlah Ibu guru." Tawar Abi, seraya menyodorkan air botol mineral ke tangan Ibu Ningrum.

"Terima kasih Abi." Ucap Ibu Ningrum, lalu meminum air minum itu terburu-buru, hingga airnya sedikit tercecer di bajunya.

"Ibu pelan-pelan minum airnya, sampai tumpah gitu, ini pakai tisu, Ibu guru." Ujar Abi, seraya memberi tisu ke tangan Ibu Ningrum.

"Eeehh.. iya Abi, terima kasih." Hanya itu yang bisa Ibu Ningrum ucapkan.

"Hallo.. hallo.. Cantika kamu kenapa, sayang?"

"Hallo.. Mama, engga kenapa-napa, tadi hanya terbatuk saja."

"Kamu siapa yang menemani di Rumah Sakit? Kenapa Ibu mendengar suara anak laki-laki, yang memberikan kamu minum dan tisu?"

"Ooh.. iya itu Abi namanya, anak murid Cantika Mam, dia yang membantu Cantika di bawa ke Rumah Sakit, dan sekarang sedang menemani Cantika disini."

"Kenapa dia sangat baik dan perduli sama kamu Cantika?"

"Deg.."

"Hallo.. hallo Cantika?"

"Iya Mam."

"Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan Mama, Cantika?"

"Itu.. Abi.. emang baik orangnya Mam, iya sudah yah Mam, Cantika mau tidur dulu sudah mengantuk, harus banyak istirahat, huuaammm."

"Baiklah kalau begitu kirimkan alamat Rumah Sakitnya."

"Iya Mam, nanti Cantika kirim alamatnya lewat WA yah Mam."

"Ya sudah, lekas sembuh yah Cantika sayang."

"Iya Mam, terima kasih."

"Assalamu'alaikum... sayang."

"Wa'alaikumsalam.. Mam."

Setelah menutup sambungan telponnya, kemudian Ibu Ningrum mengirim alamat Rumah Sakit ke WA Mamanya.

"Abi.. ini ponselnya, terima kasih." Ucap Ibu Ningrum, seraya tersenyum mengembang.

"Sama-sama Ibu guku sayang." Sahut Abi, seraya membalas senyuman Ibu guru.

"Aiishh.. panggil-panggil sayang, pelanggaran ini sih namanya, he.. he.. he.." Omel Ibu Ningrum terkekeh.

"Ibu Cantika, Abi mau sholat Isya dulu yah, sekalian sholat tahajud, siapa tahu saja dibukakan pintu hati Ibu, biar mau terima Abi, he.. he.. he.." Selorohnya tanpa sungkan lagi.

"Haah..? Dasar anak murid Ibu yang nakal, bisa-bisanya panggil nama kesayangan Ibu waktu kecil." Omel Ibu Ningrum, seraya menggelengkan kepalanya heran.

Abipun akhirnya pergi ke Musholah untuk menjalankan Sholat Isya 4 raka'at dan tahajud 2 raka'at. Selesai menunaikan Sholat, Abi langsung berdoa untuk kebaikan kedua orang tuanya, kebaikan dirinya, kebaikan Ibu Ningrum dan kebaikan teman-temannya juga kebaikan Pak Wahyu dan Ibu Tami.

Sekembalinya Abi ke ruang rawat, Ibu Ningrum ternyata sudah terlelap damai dalam tidurnya. Abi memandang takjub wajah Ibu Ningrum yang natural tanpa makeup.

"Ibu guruku sayang, Abi sungguh-sungguh menyukai Ibu, Abi tidak akan pernah berpaling kelain hati, Abi mohon Ibu Cantika mau menunggu Abi sampai usia Abi 20 tahun, Abi akan menikahi Ibu Ningrum Cantika Maharani." Gumam Abi lirih seraya menggenggam tangan kanan Ibu Ningrum, lalu menciumnya lembut, dan dengan songongnya Abi mengecup kening Ibu guru, tertahan cukup lama disana.

Abi terduduk dikursi samping Ibu Ningrum, membawa tangan Ibu Ningrum dalam genggamannya, hinga Abipun tertidur pulas disampingnya.

*******

Mama Anita dan Papa Bondan datang untuk menjenguk anak gadisnya yang sedang dirawat di Rumah Sakit Jakarta, mereka sampai di Rumah Sakit pukul 5 pagi, karena sengaja mereka berangkat pukul 3 pagi agar tidak terkena macet di jalan.

Sesampainya di sana betapa terkejutnya mereka, melihat seorang Pemuda yang sedang tertidur dikursi samping anaknya, seraya menggenggam tangan anak gadisnya, dalam pelukan pemuda itu.

"Cantika.... apa-apaan ini maksudnya?" Teriak Mama Anita marah pada pemuda itu dan anak gadisnya.

Seketika mereka terbangun cepat, lalu Ibu Ningrum menyadari jika tangannya masih dalam genggaman Abi, sontak saja dia langsung menarik paksa tangannya dari genggaman Abi.

"Mam.. C.. cantika bisa jelaskan ini semua, ini bukan seperti yang Mama dan Papa pikirkan." Jelas Ibu Ningrum gugup, sedang Abi masih terkejut dengan kedatangan orang tua Ibu Ningrum yang tiba-tiba.

--BERSAMBUNG--

...Jangan lupa kasih like, favorite, vote dan tips komentar yah. Terima kasih......

Terpopuler

Comments

Febi Febrianto

Febi Febrianto

Abi & Ningrum terkejut, dgn suara mama Ningrum yg br dtng
apa lagi saat tertidur tangan Abi memegang tangan Ningrum
pastilah mereka gugup & bingung

2022-08-26

1

Rendy Chrisnanto

Rendy Chrisnanto

ada saingan baru nie abi...bukan hanya pak sabar ini seorang ustad ....mana abi main pegang tangan dan cium kening gadis orang lagi...ketahuan mama nya bingung kamu jawab apaan nanti

2022-08-17

1

Author yang kece dong

Author yang kece dong

Semangat kakak bagus

2022-05-16

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Ultimatum Ibu Ningrum
3 Anak Genius
4 Benci Tapi Rindu
5 Rumah Sakit
6 Remaja Baliq
7 Naik Angkot
8 Belajar Bersama
9 Demam Berdarah
10 Menjaga Ibu Ningrum
11 Di Tembak Anak SMA
12 Menginap di Rumah Sakit
13 Genggaman Tangan
14 Pupus
15 Pernikahan
16 Jatuh Pingsan
17 Kekesalan Dinda
18 Keluarga Baru
19 Sarapan Pagi
20 Misi Lusia
21 Masa Lalu Lusia
22 Turnamen Balap Motor
23 Runner Up
24 Menginap
25 Balapan Liar
26 Pondok Pesantren
27 Sebuah Fakta
28 Melepas Rindu
29 Wanita Itu
30 Menjadi Imam Shalat
31 Mempelajari Materi Islam
32 Arisan Sosialita
33 Fakta Lusia
34 Isi Hati Melia
35 Niat Baik Abi
36 Surat Untuk Abi
37 Penjelasan Abi
38 Malam Pinangan
39 Pengusiran Lusia
40 Talak Tiga
41 Perginya Lusiana
42 Ijab Qabul
43 Suami Istri
44 Sepiring Berdua
45 Humaira dan Al-habib
46 Mengunjungi Pondok Pesantren
47 Pertemuan Tidak Terduga
48 Selalu Salah Paham
49 Kata Rujuk
50 Takdir
51 Kuliah Kerja Nyata
52 Pupus
53 Pertemuan Yang Mengharukan
54 Surprise
55 Makan Malam Istimewa
56 Cita-cita Abi
57 Mengantar Abi
58 Rumah Kita
59 Makanan Kesukaan
60 Sumedang
61 Berdiskusi
62 Menikah Diam-Diam
63 Semua Karena Zainap
64 Air Terjun
65 Tuntutan Lusiana
66 Hasil Persidangan
67 Rindu Berat
68 Teringat Cinta Pertama
69 Masakan Ibu RT
70 Janji Robby
71 Penyatuan Cinta
72 Mandi Bersama
73 Tadarusan
74 Manjanya Abi
75 Peletakan Batu Pertama
76 Rindu Berat
77 Hari Terakhir KKN
78 Menjemput Abi
79 Ijab Qobul
80 Tamu Tidak Di Undang
81 Menginap Di Hotel
82 Mual dan Mabuk
83 Kebahagiaan Keluarga Besar Abi
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Prolog
2
Ultimatum Ibu Ningrum
3
Anak Genius
4
Benci Tapi Rindu
5
Rumah Sakit
6
Remaja Baliq
7
Naik Angkot
8
Belajar Bersama
9
Demam Berdarah
10
Menjaga Ibu Ningrum
11
Di Tembak Anak SMA
12
Menginap di Rumah Sakit
13
Genggaman Tangan
14
Pupus
15
Pernikahan
16
Jatuh Pingsan
17
Kekesalan Dinda
18
Keluarga Baru
19
Sarapan Pagi
20
Misi Lusia
21
Masa Lalu Lusia
22
Turnamen Balap Motor
23
Runner Up
24
Menginap
25
Balapan Liar
26
Pondok Pesantren
27
Sebuah Fakta
28
Melepas Rindu
29
Wanita Itu
30
Menjadi Imam Shalat
31
Mempelajari Materi Islam
32
Arisan Sosialita
33
Fakta Lusia
34
Isi Hati Melia
35
Niat Baik Abi
36
Surat Untuk Abi
37
Penjelasan Abi
38
Malam Pinangan
39
Pengusiran Lusia
40
Talak Tiga
41
Perginya Lusiana
42
Ijab Qabul
43
Suami Istri
44
Sepiring Berdua
45
Humaira dan Al-habib
46
Mengunjungi Pondok Pesantren
47
Pertemuan Tidak Terduga
48
Selalu Salah Paham
49
Kata Rujuk
50
Takdir
51
Kuliah Kerja Nyata
52
Pupus
53
Pertemuan Yang Mengharukan
54
Surprise
55
Makan Malam Istimewa
56
Cita-cita Abi
57
Mengantar Abi
58
Rumah Kita
59
Makanan Kesukaan
60
Sumedang
61
Berdiskusi
62
Menikah Diam-Diam
63
Semua Karena Zainap
64
Air Terjun
65
Tuntutan Lusiana
66
Hasil Persidangan
67
Rindu Berat
68
Teringat Cinta Pertama
69
Masakan Ibu RT
70
Janji Robby
71
Penyatuan Cinta
72
Mandi Bersama
73
Tadarusan
74
Manjanya Abi
75
Peletakan Batu Pertama
76
Rindu Berat
77
Hari Terakhir KKN
78
Menjemput Abi
79
Ijab Qobul
80
Tamu Tidak Di Undang
81
Menginap Di Hotel
82
Mual dan Mabuk
83
Kebahagiaan Keluarga Besar Abi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!