🥰🥰Happy Reading🥰🥰
Ibu Sari dan Abi menunggu di ruang UKS, Ibu Ningrum sedang diperiksa oleh Team Medis dari Sekolah. Setelah menunggu beberapa menit kemudian, salah satu Team Medis itu menemui mereka.
"Maaf Ibu guru, sepertinya Ibu Ningrum, tadi jatuh pingsan di sebabkan oleh demam yang sangat tinggi." Ujar pak Sabar, salah satu Team Medis Sekolah.
"Ooh.. Iya Pak Sabar, tadi saya sempat menyentuh kening Ibu Ningrum, memang sangat panas." Sahut Ibu Sari jujur.
"Kalau begitu, kita harus bawa Ibu Ningrum ke rumah sakit sekarang juga, menurut saya Ibu Ningrum sepertinya terkena tipus, tapi harus di chek di lab dulu sample darahnya untuk memastikan." Ajak Pak Sabar, kepada Ibu Ningrum.
"Iya.. Pak Sabar, mari saya ikut mengantar." Sahut Ibu Sari.
"Maaf, Ibu Sari, bukannya Ibu sedang ada tugas kelompok untuk kelas saya Bu? Biarkan saya saja yang temani Ibu Ningrum di Rumah Sakit. Ibu kembali mengajar saja, kalau tugas saya bisa menyusul." Sela Abi untuk menggantikan menjaga Ibu Ningrum.
"Kalau begitu siapa yang akan menemani saya ke Rumah Sakit?" Tanya Pak Sabar.
"Saya saja Pak." Sahut Abi bersemangat.
"Iya baiklah Abi, kalau begitu Ibu balik ke kelas. Kasihan Ibu Ningrum, di Jakarta hidup sendiri, keluarganya tinggal di Bogor." Ucap Ibu Sari pasrah dan meratapi nasib teman mengajarnya.
"Oooh.. orang tuanya di Bogor, tapi tidak begitu jauh, bukan? hanya dua jam jarak tempuh, sudah sampai Bogor." Ujar Pak Sabar menghitung jarak waktu.
"Iya sih Pak, tapi tetap saja, Ibu Ningrum ini 'kan seorang wa... " Ucap Ibu Sari terhenti ketika Abi memotong ucapannya.
"Maaf Ibu Sari, Pak Sabar, kapan Ibu Ningrum akan di bawa ke Rumah Sakitnya, kalau masih di sini terus?" Tanya Abi memotong obrolan mereka.
"Iya.. Abi kamu bisa bawa Ibu Ningrum ke mobil saya, Nanti saya ambil Mobil dulu." Pinta Pak Sabar.
"Baik, Pak." Sahut Abi, lalu menemui Ibu Ningrum di ruang UKS.
"Eeeh.. Ibu sudah bangun?" Tanya Abi terkejut, melihat Ibu Ningrum yang sudah sadar dari pingsannya.
"Iya, Abi. Sebenarnya apa yang terjadi pada Ibu? Kenapa Ibu ada di ruang UKS?" Tanyanya heran, melihat dirinya yang tiba-tiba ada diruang UKS.
"Ooh.. iya Ibu tadi jatuh pingsan, lalu kami membawa Ibu ke ruang UKS untuk di periksa, dan Pak Sabar meminta saya untuk membawa Ibu ke Rumah Sakit sekarang juga." Sahut Abi jujur seraya berjalan menghampiri Ibu Ningrum lebih dekat.
"E.. engga usah ke Rumah Sakit, nanti juga saya sudah baikkan Abi. Cukup minum obat, dan istirahat yang cukup saja." Ujar Ibu Ningrum gugup, menolak ajakan Abi.
"Tapi Ibu Ningrum itu tadi demam tinggi, sampai tidak kuat akhirnya jatuh pingsan. Makanya Pak Sabar meminta saya membawa Ibu ke Rumah Sakit, jika di biarkan berbahaya Ibu." Jelas Abi meyakinkan Ibu Ningrum, untuk mau ke Rumah Sakit.
"T.. tapi.." Ucapan Ibu Ningrum terhenti, ketika Abi langsung menggendong Ibu Ningrum ala Bridal Style ke luar ruang UKS.
"Eeh.." Ibu Ningrum kaget, saat tubuhnya terasa melayang dia angkat oleh Abi.
"Ibu pegangan ke leher Abi, nanti jatuh." Ucap Abi berbisik ditelinga Ibu Ningrum, sontak saja tangannya langsung melingkar indah di leher Abi yang kuat.
"Deg..."
Jantung Ibu Ningrum berdetak hebat, dan wajahnya sudah bersemu merah menahan malu. Seumur-umur baru kali ini dia mendapatkan perlakuan seperti ini dari seorang pria, sayang dia hanya seorang anak muridnya saja. Saat Abi mulai berjalan lagi, kesadarannya mulai kembali dari lamunannya.
"A.. abi.. Stop." Ucap Ibu Ningrum gugup.
Abi langsung menghentikan langkahnya, lalu menatap Ibu Ningrum intens. Dengan jarak yang begitu dekat hanya berberapa centi saja, namun dengan tetap posisi yang sama.
"T.. tolong turunkan Ibu, biar berjalan saja, engga usah di gendong seperti ini, Ibu malu." Ucap Ibu Ningrum gugup.
"Kenapa Ibu harus malu? Ibu 'kan sedang sakit? Kalau Ibu malu, Ibu boleh sembunyikan wajah Ibu di balik dada Abi." Tanya Abi yang langsung memberi solusi.
"Deg.."
Ibu Ningrum bergeming, menatap wajah sayu Abi yang begitu tampan, dan memiliki rahang yang kuat. Meski Abi baru berusia 16 Tahun, tapi bentuk fisik tubuh, dan wajahnya terlihat seperti seorang pria sesungguhnya, bukan seorang anak remaja pada umumnya. Meski begitu Abi tetap memiliki suara anak muda pada umumnya, dan jangan lupakan wajah baby facenya.
"Ibu.." Panggil Abi membuyarkan lamunan Ibu Ningrum.
"I.. iya." Jawab Ibu Ningrum gugup.
"Saya terus jalan, atau bagaimana ini?" Tanya Abi yang menatap Ibu guru, terlihat lucu di matanya.
"Turunkan saya Abi." Sahut Ibu Ningrum, namun Abi menggelengkan kepalanya pelan.
Ibu Ningrum berusaha berontak agar diturunkan oleh Abi, namun kekuatan Abi limbung akhirnya.
"Bruuk.." Keduanya jatuh ke lantai, dengan posisi Ibu Ningrum berada diatas tubuh Abi.
"A.." Kata-kata Pak Sabar terhenti, ketika melihat adegan yang sangat memalukan menurut Pak Sabar.
Sontak keduanya langsung berdiri menghadap Pak Sabar, dengan menahan malu, namun Abi langsung menjelaskan kejadian yang sebenarnya kepada Pak Sabar. Lalu Ibu Ningrum membantu membenarkan ucapan Abi.
"Iya Pak Sabar, Apa yang di katakan Abi benar adanya. Saya yang tidak ingin di gendong oleh Abi, akhirnya terjatuh bersama yang posisinya seperti yang Bapak lihat tadi." Jelas Ibu Ningrum.
"Ya sudah Ibu kuat berjalan atau tidak?" Tanya Pak Sabar, untuk lebih yakin.
"K.. kuat, insya Allah kuat Pak." Sahut Ibu Ningrum ragu, pasalnya dia merasakan tubuhnya begitu lemah saat ini.
"Ya sudah, mari naik mobil saya Bu." Ajak Pak Sabar.
"I.. iya, Pak." Sahut Ibu Ningrum yang mulai melemah.
Abi yang melihat pergerakan Ibu Ningrum dari belakang, langsung menahannya ketika tubuhnya lunglai akan tersungkur ke lantai.
"Ibu, apa Abi bilang? Tubuh Ibu itu lemah, sudah di bilangin juga, masih saja Ibu ngeyel banget." Omel Abi cemas, disaat Abi berjalan menuju mobil Pak Sabar.
Akhirnya Ibu Ningrum pasrah, dan menurut apa kata Abi, dia membenamkan wajahnya di ceruk leher Abi agar tidak terlihat oleh orang lain, apa lagi semua anak muridnya. Abi tersenyum puas, melihat ketidakberdayaan Ibu Ningrum.
"Pak Sabar, kita mau ke Rumah Sakit mana?" Tanya Abi, yang sudah duduk di mobil bersama Ibu Ningrum, dikursi penumpang.
"Rumah Sakit yang terdekat di sini saja." Sahut Pak Sabar, seraya mengendalikan setirnya dengan aman.
"Ibu kalau masih lemas, Ibu boleh bersandar di bahu Abi." Tawar Abi tulus, namun Ibu Ningrum malu, dan hanya menggelengkan kepalanya pelan.
--BERSAMBUNG--
...Kasih Like dan Vote juga Komentarnya yah! Terima Kasih........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Setia
awwwww aku mesem2 sendiri
2022-09-04
1
Rendy Chrisnanto
hem kayanya seru nie ceritanya...seorang murid jatuh cinta sama gurunya.....abi bener pinter ya ngambil hati bu ningrum...sampe ibunya dibuat malu atas perlakuan manis abi🤣😂lanjut thorr
2022-08-14
1
Febi Febrianto
ada getar 2 perasaan di hati Bu ningrun saat Abi menggendongnya
jantung berdebar kencang, waktu Abi & Bu ningrun jatuh
2022-08-14
2