🥰🥰Happy Reading🥰🥰
Abi menemui Ibu Ningrum ke Rumah Sakit, dia memakai kemeja biru dengan motif garis, celana lepis, dan sepatu sneakers. Sungguh Abi tidak terlihat seperti anak sekolah, melainkan lebih mirip anak kuliahan.
Abi berjalan menuju ruang UGD, dimana terakhir tadi Ibu Ningrum berada di ruang itu. Namun saat dia masuk ruangan tersebut, ternyata Ibu Ningrum sudah tidak ada. Lalu dia berinisiatif untuk bertanya kepada Suster jaga disana.
"Permisi Suster, saya mau tanya, Pasien atas nama Ibu Ningrum sekarang dimana yah?"
Suster itu bergeming, menatap wajah tampan Abi yang menurutnya sangat maskulin.
"Hallo.. Suster!" Panggil Abi seraya melambaikan tangannya di depan wajah Suster tersebut.
"Oooh.. i.. iya, sebentar yah Mas, saya chek dulu." Ucap Suster itu gugup, ketara sedang melamun.
"Iya, Sus." Sahut Abi tersenyum mengembang.
"Duuh senyumnya..." Bathin Suster berucap.
Suster itu lantas mencari Pasien atas nama Ibu Ningrum, lalu dia menemukannya lalu berkata. "Pasien itu atas nama Ningrum Cantika Maharani, usia 25 tahun."
"Iya Sus." Sahut Abi singkat.
"Beliau dirawat di ruang Melati, nomor 9 Mas." Jelas Suster itu, seraya mencuri pandang wajah tampannya.
"Terima kasih Sus, atas informasinya."
"Sama-sama, ganteng." Ucap Suster itu keceplosan, sontak saja dia langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"OMG, gue ngomong apa barusan? Malu gue, mau ditaro dimana muka gue?" Bathin Suster itu menggerutu.
Abi hanya menoleh sekilas, lalu tersenyum, dan meninggalkan Suster itu yang masih membatu.
"Duuh senyumnya meresahkan." Gumamnya pelan.
"Siapa yang meresahkan Sus?" Tanya salah satu Dokter jaga di UGD.
"Eehh... e.. engga Dokter, cuma itu tadi ada Pasien meresahkan." Dusta Suster itu menutupi malunya.
"Ooohh.. kirain anak muda tadi yang meresahkan? Habis mukanya bersih banget, putih, hidung mancung, leher kokoh, dada bidang, dan tinggi ideal, pokoknya perfectionist banget." Ungkap Dokter jaga itu dengan gamblang.
"He.. he.. he.. Dokter dari tadi memperhatikan pemuda itu yah?" Tanya Suster itu kepo.
"Engga, hanya melihat sekilas saja, sudah yah saya kerja dulu." Sahut Dokter itu seraya pergi meninggalkan Suster itu.
"Iya.. Dokter." Ucap Suster itu malu.
*******
Ibu Ningrum masih tertidur pulas, mungkin efek tubuhnya yang lemas, dan dosis obat yang mengandung obat tidur, agar tubuh bisa beritirahat.
Pak Sabar duduk disamping Ibu Ningrum, dia memandangi wajah cantiknya Ibu Ningrum, dengan tatapan rasa cinta dan sayang.
"Ibu Ningrum, cepat sehat yah sayang, aku ingin kamu menerima cintaku, kenapa kamu selalu menolakku? Apa kurangnya diriku? Apa belum cukup kesetiaanku selama ini yang aku jaga untukmu? Apa belum cukup pengorbananku selama ini?" Ucap Pak Sabar lirih, namun terdengar jelas di telinga Abi, yang sedang berdiri di balik pintu ruang rawat Ibu Ningrum.
"Haah.. Pak Sabar mencintai Ibu Ningrum? Tapi kenapa dadaku terasa sesak mendengarnya? Kenapa dengan jantungku ini? Kenapa hatiku terasa sakit? Apa aku cemburu? Apa aku sudah jatuh cinta kepada Ibu Ningrum? Tidak-tidak, jangan gila kamu Abi." Bathin Abi bermonolog bingung.
"Permisi Mas, saya mau masuk kamar rawat ini." Ucap seorang Dokter yang membawa perlengkapan medisnya, dan di temani seorang Suster.
"Ooh.. iya, silahkan Dokter." Ujar Abi, seraya membukakan pintu untuk Dokter dan Suster tersebut.
"Terima kasih, Mas." Ucap Dokter itu ramah, sedang Suster itu hanya mengangguk kecil, dan tersenyum ramah.
"Sama-sama Dokter." Sahut Abi tidak kalah ramah, lalu membalas senyuman Suster itu. Namun Suster itu nampak merona merah.
Dokter dan Susterpun masuk ke ruangan Ibu Ningrum, dan Abi mengekori di belakang mereka. Pak Sabar sontak berdiri, saat Dokter, Suster, dan Abi memasuki ruangan.
"Saudari Ningrum sudah berapa lama tertidur, Pak?" Tanya Dokter itu ramah, seraya memeriksa keadaan Pasien, dan mengechek saluran infus Pasien. Sedangkan Suster mengechek suhu tubuh, dan tensi darah Pasien.
"Hampir dua jam Dokter, dari pukul satu siang sampai sekarang pukul 4 sore." Ujar Pak Sabar menjelaskan.
"Ooh.. mungkin Pasien benar-benar lemah kondisinya, Bagimana suster hasil suhu, dan tensi darahnya?" Ucap Dokter seraya bertanya kepada Suster hasil pengechekannya.
"Hasilnya lumayan bagus Dokter, suhu mulai turun diangka 37,5 C dan tensi darah masih 90/60 Dokter." Sahut Suster jelas.
"Terima kasih, Sus." Ucap Dokter.
"Sama-sama, Dokter." Sahut Suster.
"Maaf Bapak ini, dan mas ini siapanya Pasien?" Tanya Dokter sopan.
"Nama saya Sabar Sobari, saya rekan guru di tempat mengajar SMA Nusantara, Dokter" Sahut Pak Sabar jujur.
"Kalau saya anak muridnya Ibu Ningrum, Dokter." Sahut Abi sopan.
"Jadi Anda bukan keluarga Pasien? Kalau keluarga Pasien dimana?" Tanya Dokter lagi, untuk menemui keluarga pasien.
"Keluarga Pasien berada di Bogor Dokter, jadi beliau ini tinggal sendiri di Jakarta." Ujar Pak Sabar menerangkan.
"Jadi beliau tinggal sendiri di kota ini! Ya sudah berhubung hanya ada Saudara, saya ingin mengatakan hasil dari sample darah di lab menyatakan, jika Pasien terkena DBD. Beliau harus benar-benar dirawat secara intensive, jadi saya sarankan ada keluarganya di sini yang menjaganya." Jelas Dokter itu panjang lebar.
"DBD Dokter?" Tanya Pak Sabar dan Abi bersamaan.
"Iya, Beliau terkena penyakit DBD, makanya tubuh Beliau lemas, dan demamnya naik turun, sekarang Beliau sedang mengalami fase pertama yaitu fase demam, jika demamnya sudah mulai turun, harus lebih berhati-hati itu tandanya fase kritis. Di fase kritis Pasien harus benar-benar diperhatikan makanan dan cairannya yah Pak, hanya dua hari tahaf fase kritis gejalanya, setelah itu baru fase pemulihan. Setelah fase ini, pasien agak sedikit lebih tenang." Jelas Dokter lengkap.
"Terima kasih Dokter, atas penjelasannya." Ucap Pak Sabar, dan Abi bergantian.
"Iya Pak, Mas." Sahut Dokter itu seraya meninggalkan ruangan Pasien.
Abi berjalan mendekati Ibu Ningrum, dia menatap sendu guru matematikanya. Entah apa yang dia pikirkan saat ini, hatinya begitu sedih melihat Ibu Ningrum sakit.
"Andai aku bisa menggantikan sakitnya yang Ibu rasakan, aku rela untuk menjadi diposisi Ibu sekarang." Gumam Abi dalam hatinya.
"Nak Abi, silahkan duduk, jangan berdiri disitu terus, emangnya Nak Abi tidak merasa pegal?" Tanya Pak Sabar, seraya meminta Abi untuk duduk.
"Iya Pak, terima kasih." Sahut Abi sopan, kemudian duduk disamping Pak Sabar.
"Kamu sendiri saja kesini Nak Abi?" Tanya Pak Sabar ramah.
"Iya Pak." Sahut Abi.
"Kenapa kamu sangat perduli sama Ibu Ningrum?" Tanya Pak Sabar penasaran.
"S.. saya sangat sa..." Kata-katanya terhenti, saat Ibu Ningrum terbangun dari tidurnya.
"Eeemm.. jam berapa ini?" Tanya Ibu Ningrum, seraya mengerjap-ngerjapkan matanya, dan menguceknya pelan.
"Jam 4.30 Bu guru." Sahut Abi, seraya menghampiri Ibu Ningrum. Dia memandang wajah khas orang bangun tidur, sangat cantik dan alami.
Ibu Ningrum yang di tatap seorang Pria, seketika jadi salah tingkah. Meski hanya di tatap oleh anak muridnya, entah mengapa dia bisa salah tingkah begitu.
"Eemmm.. k.. kamu kenapa Abi? Kenapa melihat Ibu seperti itu?" Tanya Ibu Ningrum gugup.
--BERSAMBUNG-
...Jangan lupa kasih like, favorite, vote dan komentar yah. Terima kasih......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Febi Febrianto
Bu ningrum, jd salah tingkah ,saat Abi menatap ny
awal mula tumbuh benih 2 cinta
2022-08-25
2
Rendy Chrisnanto
suster aja meleh lihat senyum nya abi apa lagi bu ningrum ya pasti dibuat salah tingkah....abi diledekin sama temannya ajaa jeoulus apalagi mengetahui kalau pak sabar mencintai bu ningrum....ngomong2 sweet banget abi sampai2 membatin biar dia aja yang sakit jangan bu ningrum....ini namnya jatuh cinta akut
2022-08-16
1
Author yang kece dong
Muncul lagi wkwkwk
2022-05-16
1