Ketika Benci Jadi Rindu

Ketika Benci Jadi Rindu

Hawa

Hari ini tepat hari ulang tahunnya Hawa yang ke 26 tahun. Gadis cantik yang terlahir dari pasangan Riziq dan Aisyah. Hawa juga mempunyai saudara kembar bernama Adam. Adam sudah menikah lebih dahulu dan kini sudah mempunyai 3 orang anak. Jihan dan Jinan (kembar) dan anak sambungnya bernama Ali.

Hawa mempunyai prinsip kalau dirinya mau menikah diusia 26 tahun, meskipun sahabat sahabatnya sudah berkeluarga dan mempunyai seorang anak. Tinggal dia yang belum menikah. Kini saat usianya 26 tahun, namun jodohnya Hawa belum juga terlihat. Sebenarnya bukan belum terlihat, hanya saja Hawa selalu menutup matanya ketika ada lelaki yang menyukainya sejak dulu.

Akmal atau biasa dipanggil AL yang kini sudah berusia 24 tahun, sudah menjadi seorang polisi di Jakarta, ia sudah lama memendam perasaannya terhadap Hawa, kebetulan AL adalah tetangga satu kampung di wilayah pesantren. Ayahnya Hawa dan ayahnya AL sudah bersahabat sejak dulu.

Hawa tidak pernah merespon perasaannya AL hanya karena AL usianya lebih muda darinya. Hawa tidak suka dengan berondong, meskipun ayahnya lima tahun lebih muda dari usia ibunya.

Hari itu Hawa sedang menyapu di halaman rumahnya, ia melihat Silmi dan Anum sahabatnya berjalan sambil menggendong anak masing-masing, mereka sering dibilang trio kwek-kwek.

"Assalamualaikum, kalian mau pada kemana?" tanya Hawa.

"Kita mau ke posyandu Wa, kau mau ikut?" ajak Anum. Hawa hanya menggeleng.

"Ya sudah kita duluan ya Wa, takut keduluan Tante Ira, nanti dia bikin rusuh di posyandu." ujar Anum. Hawa hanya mengangguk.

"Assalamualaikum." pamit Anum dan Silmi.

"Waalaikumussalam."

Hawa menatap kepergian mereka. Awalnya Hawa merasa nyaman dengan kejombloan nya, namun akhir-akhir ini saat dirinya menginjak usia 26 tahun, ia mulai risih dengan setatusnya itu, apalagi kadang ia suka diejek tidak laku, padahal dia termasuk gadis cantik yang baik hati. Sebenarnya bukan tidak laku, hanya saja Hawa selalu menutup diri pada lelaki hingga usianya 26 tahun, barulah sekarang ia mulai membuka hatinya, ia merasa diusia 26 tahun sudah cukup untuk menikah.

Aisyah dan Riziq kini menatap putrinya itu yang kini sedang menatap kepergian Anum dan juga Silmi sambil memegang sapu. Sebagai seorang ibu, Aisyah merasa sedih melihat Hawa yang masih sendiri padahal sahabat-sahabatnya itu sudah berumah tangga, bahkan sudah mempunyai seorang anak.

"Le, aku kasihan melihat putri kita, kapan ya jodohnya Hawa akan datang?" tanya Aisyah.

Riziq pun terdiam, ia juga merasa sedih melihat putrinya masih sendiri padahal Adam saudara kembarnya Hawa sudah mempunyai 3 orang anak.

"Si Hawa ini sedikit jual mahal Uni, padahal sudah jelas terlihat kalau putranya ustadz Ibrahim itu menyukainya, bahkan sekarang dia sudah menjadi seorang polisi. Cuma gara-gara usia, si Hawa tidak mau dekat dengan si AL." tutur Riziq.

"Iya padahal si AL itu ganteng, macho kaya bapaknya, hanya gara-gara usianya lebih muda darinya, si Hawa jadi menolak. Padahal aku saja lima tahun lebih tua darimu ya Le." ucap Aisyah.

"Siapapun jodohnya Hawa, mudah-mudahan dia lelaki sholeh yang bertanggung jawab."

"Aamiin."

Riziq dan Aisyah pun masuk. Kini Hawa sudah menyelesaikan pekerjaannya, halaman rumahnya sudah bersih. Hawa pun ikut masuk kedalam rumahnya. Bibirnya langsung cemberut ketika melihat orang tuanya sedang main genit-genitan didalam rumah.

"Si umi sama si abi gak peka banget deh, udah tau putrinya sedang jomblo, mereka malah asik main genit-genitan begitu." gerutu Hawa dalam hatinya.

Hawa nyelonong masuk dan langsung pergi ke kamarnya sambil membanting pintu.

JEBREEED.

"Astaghfirullah alazim."

Aisyah dan Riziq terkejut hingga mereka hampir meloncat dari tempat duduknya. Mereka sudah saling lirik ketika melihat putrinya masuk kedalam kamar sambil membanting pintu.

"Uni, si Hawa kenapa itu?"

"Sepertinya si Hawa ngambek deh lihat kita duduk bermesraan disini, padahal dia lagi jomblo. Uni pikir si Hawa masih nyapu di depan. Kau sih Le tidak peka sama putri kita." ucap Aisyah menyalahkan suaminya.

Kini Riziq sudah mengernyit, ia tidak terima jika dirinya dibilang biang kerok.

"Enak saja Uni kau menyalahkan ku, lalu siapa tadi yang nempel-nempel terus padaku, pake bersandar dipundaku pula. Kau kan emang ratunya genit Uni." gerutu Riziq.

Kini giliran Aisyah yang tidak terima.

"Kenapa jadi menyalahkan ku, kau yang menarik tanganku untuk duduk di pangkuanmu, pake bisik-bisik rayuan pula." gerutu Aisyah.

"Idiiih kau tidak mau disalahkan."

"Idiih emang aku tidak salah."

"Idiiih"

"Idiiih"

"Ikh, kenapa kita jadi main idih idihan begini sih. Aku mau nemuin Hawa dulu, sepertinya dia sedang ngambek." ujar Aisyah yang kini langsung pergi ke kamarnya Hawa. Sebelum masuk, Aisyah pun mengetuk pintu dahulu sambil membukakan pintu sedikit.

Tok tok tok.

"Boleh Umi masuk?"

Terlihat Hawa sedang duduk melamun dipinggiran tempat tidur. Ia mengangguk ketika Aisyah meminta izin untuk masuk.

Aisyah masuk dan duduk disebelahnya. Sementara Riziq mengintip dari balik pintu. Aisyah mengusap lembut kepala putrinya itu.

"Kenapa?, sepertinya kau sedang sedih?" tanya Aisyah.

"Aku tidak apa-apa Umi."

"Apa kau sudah ingin menikah?"

Pertanyaan Aisyah membuat Hawa terkejut. Dari mana uminya itu tau jika dirinya kini sudah siap untuk menikah. Bukannya menjawab, Hawa malah menunduk malu. Wajahnya nampak memerah, selama ini dia tidak pernah dekat dengan lelaki.

"Usiamu sudah 26 tahun, bukankah kau ingin menikah diusia itu?"

Hawa mengangguk.

"Kalau begitu menikahlah." ujar Aisyah.

Hawa langsung terdiam, bukannya tidak siap untuk menikah, hanya saja sekarang dia belum mempunyai calon.

"Aku kan belum mempunyai calon Umi, jadi mau menikah sama siapa."

"Bukankah ada putranya ustadz Ibrahim yang menyukaimu." ujar Aisyah. Hawa langsung mengernyit.

"Si Akmal maksud Umi?, ikh gak mau, diakan usianya lebih muda dariku. Aku maunya lelaki yang lebih dewasa dariku." tegas Hawa.

"Usia itu cuma angka Hawa, yang penting kan dia bertanggung jawab, apa kau tidak terpesona melihat si AL yang gagah, macho kaya ustadz Ibrahim, apalagi kalau melihat si AL menggunakan seragam polisi, wah tambah keren pastinya." tutur Aisyah

Riziq yang mendengar pun langsung menyipitkan matanya.

"Si Uni sempat-sempatnya memuji laki-laki lain. Awas saja malam ini tidak akan kubiarkan dia tidur sampai pagi" batin Riziq menggerutu.

"Umi jangan suka bahas si AL, lagi pula dia kan sekarang ada di Jakarta."

"Tapi kata Tante Anisa, si AL akan dipindah tugaskan disini, di kota A." ucap Aisyah memberitahu. Hawa langsung menganga mendengarnya.

"Apaaaaa!, jadi putranya ustadz Ibrahim itu mau dipindah tugaskan di kota A???. Ikh jangan sampai deh. Kalau si AL dipindahkan kesini, nanti dia sering ke pesantren, atau juga nanti dia tinggal di rumahnya ustadz Ibrahim, aku males ketemu dia tiap hari." tutur Hawa sambil cemberut. Aisyah malah tersenyum-senyum.

"Hati hati loh Wa, kata orang rasa benci sama rasa cinta itu bedanya tipis, tipis pake banget, terus abis itu tumbuh deh rasa rindu." goda Aisyah. Hawa malah semakin cemberut.

"Umi jangan menakut-nakuti ku. Ingat ya Umi, aku hanya mau menikah dengan laki-laki DE WA SA, bukan berondong kaya si AL." tegas Hawa. Aisyah hanya mengangguk-ngangguk sambil tersenyum-senyum, ia merasa gemas dengan putrinya itu.

Terakhir kali Hawa bertemu dengan AL, diacara resepsi pernikahan Silmi sahabatnya, setelah itu AL kembali ke Jakarta dan belum kembali ke kota A.

Terpopuler

Comments

Suharnani

Suharnani

Hadir kembali kakak author. lama tidak berkunjung ke karyamu

2024-03-21

0

Jusmiati

Jusmiati

kayaknya seru nih ceritanya...

2023-06-15

1

Neulis Saja

Neulis Saja

love at sight first

2022-12-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!