Keesokan harinya. Hawa baru saja pulang dari kelasnya, cuma dia yang masih belajar bersama santri putri yang lain, karena Silmi dan Anum sibuk dengan suami dan anak mereka masing-masing.
Saat itu Hawa berjalan pulang sendirian, tak sengaja bertemu dengan Zahira dan Yura.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
"Tante mau kemana, rapih bener kaya mau rapat dewan perwakilan emak-emak, pake baju baru ya." ucap Hawa.
"Tante mau ke butiknya Tante Anisa, ini baju baru yang dibelikan si Yuyu ku tersayang, tapi kekecilan, mau dibesarin dikit. Kau ikut ya, nanti jagain si Yura." pinta Zahira. Hawa mengangguk pasrah meskipun bibirnya cemberut. Zahira memberikan Yura ke gendongannya Hawa, dan mereka pun berjalan bersama menuju butiknya Anisa.
Tidak sengaja pula mereka bertemu dengan Anum dan Athar, tentunya juga dengan Hasbi.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
"Wa, tumben tumbenan kau menggendong si ratu manahong." ucap Anum hingga Zahira matanya mendelik.
"Gak usah jadi keponakan durjana yang berkepanjangan. Putriku ini bukan ratunya manahong, tapi dia si princess Yura." gerutu Zahira. Hawa hanya cekikikan sementara Anum sudah tertawa.
"Tidak usah mengeluarkan ilmu ajian menyebalkan begitu. Karena kalau Tantemu ini sudah mengeluarkan pesonanya, kalian berdua LEWAAAT." ucap Zahira menegaskan. Hawa dan Anum langsung mengernyit sementara Athar sudah menunduk menahan tawanya.
"Kumat" (Anum).
"Kumat" (Hawa).
"Ayo mas Athar kita pulang, jangan sampai Tante Ira ini mengeluarkan pesonanya, nanti bisa-bisa kita semua geger otak." Anum mengajak Athar untuk pergi.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
Hawa dan Zahira pun menatap kepergian Anum dan Athar.
"Itulah contoh orang-orang yang iri dengan kecantikan ku. Si Anum langsung pergi takut suaminya terpesona padaku." ucap Zahira dengan penuh percaya diri.
"Ingat umur Tante." ucap Hawa.
"Tante inget ko sama usia Tante. 25 tahun lebih." jawab Zahira.
"Lebihnya 25 tahun juga??????" tanya Hawa sedikit mengejek.
"Sssttthhh, yang jelas usiamu sudah 26 tahun, segeralah mencari jodoh." ucap Zahira sambil menggandeng Hawa pergi kembali menuju butiknya Anisa. Hawa hanya bisa cemberut.
Sesampainya ditepi jalan, mereka pun menyebrang namun kali ini Hawa kembali melihat Khaira sedang memberi makanan pada bapak tua pengemis yang kemarin ia lihat, yang jalannya pincang dan rambut
nya yang panjang hingga menutupi sebagian wajahnya. Hawa pun tersenyum lalu mengambil uang dari saku bajunya, ia hendak memberikan uang untuk bapak pengemis itu.
Hawa mendekatinya.
"Ini untuk bapak." ucap Hawa sambil menyodorkan uang miliknya, tentunya dengan memberikan senyum. Bukannya menerima uang itu, si bapak pengemis malah menatap Hawa, lalu meninggalkan nya. Hawa terdiam heran sambil menatap kepergian si bapak pengemis itu, begitu juga dengan Zahira yang melihatnya dari kejauhan.
"Aneh sekali si bapak pengemis itu, dia ko gak mau dikasih uang, padahal aku sering melihat dia menerima uang sama makanan dari Khaira. Apa uang yang kukasih kurang banyak???" batin Hawa.
Hawa kembali mendekati Zahira.
"Dia gak mau dikasih uang."
Zahira terus menatap bapak pengemis itu yang sedang berjalan menjauh sambil terpincang pincang.
"Tante kaya kenal pengemis itu, tapi siapa ya?, badannya terlihat gagah tapi kakinya kaya jinjet, pincang begitu." ucap Zahira yang kini mulai mengingat-ingat. Hawa langsung tersenyum penuh arti sambil menatap tantenya itu.
"Hayooooo, jangan-jangan si bapak pengemis itu mantannya Tante Ira ya." ucap Hawa.
"Sembarangan kalau ngomong." gerutu Zahira.
"Cuma si Yuyu cinta pertama dan terakhir ku." ucap Zahira kembali. Hawa mengangguk-angguk saja.
Ketika mau masuk ke butiknya Anisa, Zahira masih saja menatap si bapak pengemis itu, ia masih penasaran siapa lelaki itu. Hawa yang melihat tantenya itu kembali tersenyum.
"Cieee Tante Ira memandangi terus si bapak itu, apa dia mirip Om Yusuf ya." goda Hawa.
"Enak saja sembarangan." gerutu Zahira. Hawa hanya tertawa-tawa.
Mereka masuk ke butik itu.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
Butik terlihat ramai, banyak pengunjung berdatangan. Elina pun nampak sibuk melayani di kasir, sementara Bu Erni sibuk menjahit. Anisa mendekati dan langsung menggendong Yura.
"Hai Yura cantik." ucap Anisa sambil mencubit pipinya.
"Hai Mimi Nisa."
Yura sudah terlihat menggemaskan plus menyebalkan. Diam-diam Zahira mencolek pinggangnya Hawa.
"Apa?"
"Sungkeman dulu sama calon ibu mertua." bisik Zahira. Hawa malah mengerucutkan bibirnya.
"Tante Nisa aku mau komplen sama baju gamis yang kemarin yang dibeli kak Yusuf. Tuh lihat saja badanku terlihat sekali bodynya kalau gak ditutup kerudung. Kalau kata orang mah mere ke teng teng. Kak Yusuf yang melihat pun hampir saja menerkam ku." ucap Zahira.
"Bukan bajunya yang kekecilan, tapi badannya Tante Ira yang kegedean." ucap Hawa. Zahira sudah mendelikan matanya pada keponakannya itu.
"Ini ukurannya sama seperti ukuran badanmu bulan lalu Ira. Mungkin kata Hawa benar, kau gemukan sekarang." ucap Anisa hingga Zahira langsung menganga.
"Aku gemuk?????, Astaghfirullah alazim, aku harus jaga pola makan, kalau aku gemuk terus bisa saingan sama si Syifa. Apalagi kalau sampai saingan sama kak Dewi, OH TIDAAAAAAK. Bahaya datang ME NGAN CAM." Zahira merasa takut sendiri.
"Gemuk itu tandanya bahagia pake banget Tante, disyukuri saja." ujar Hawa.
"Kak Yusuf masih terpesona gak ya melihat badanku yang agak gemukan?. Duh aku harus diet sehat nih. Hawa besok kau temani aku lari keliling pesantren 12 kali putaran, biar berat badanku turun lagi." ucap Zahira.
"GAAAAK."
Hawa menolak hingga Zahira mengerucutkan bibirnya.
"Ira, paling berat badannya cuma naik 5 kilo, gak usah dikhawatirkan begitu. Yusuf pasti setia, diakan tergoda oleh manis manja mu, bukan karena fisikmu." ucap Anisa hingga Zahira tersenyum-senyum.
"Tante Anisa benar, hi hi hi. Kak Yusuf memang tergoda oleh manis manjaku."
"Sekarang buka dulu bajunya, nanti Tante permak lagi hingga muat ke tubuhmu." pinta Anisa.
Hawa duduk bersama Yura menatap para pengunjung yang keluar masuk. Khaira lebih senang menemani ayahnya di toko buku dibanding menemani ibunya di butik.
Yura menatap ke arah tangga, ia munjunjuk- nunjuk sambil tersenyum senyum.
"Kenapa Yura?" tanya Hawa.
Yura masih menunjuk ke arah tangga.
"Ada yang ngin tip." jawab Yura.
Hawa langsung menatap ke arah tangga, namun tidak ada siapapun disana.
"Gak ada siapa-siapa, memangnya Yura melihat apa?." tanya Hawa kembali.
"Ma na Hong." jawab Yura sambil tertawa kecil. Hawa langsung mengernyit.
"Dasar anaknya Tante Selebor." batin Hawa.
Yura kembali menunjuk-nunjuk ke arah tangga, lalu melambai lambaikan tangannya. Hawa merasa heran karena ia tidak melihat siapa-siapa disana.
"Astaghfirullah alazim, si Yura lihat apa ya. Jangan-jangam dibutik ya Tante Anisa ada makhluk halus. Si Yura bisa melihat mahluk gaib." batin Hawa.
Hawa langsung memeluk Yura dan membacakan ayat kursi, ia terus saja berdo'a. Padahal yang Yura lihat di tangga ada orang yang selalu menggodanya sedari tadi.
Yura akhirnya mulai aktif dan berlari-lari di butik bahkan ia bersembunyi di belakang patung manekin. Sesekali Bu Erni menggendong nya, namun Yura yang menyebalkan lebih ingin berlari larian dan mengganggu para pengunjung.
"Aduh si Yura beneran turunan emaknya. Menyebalkannya nembus dunia nyata." ucap Hawa.
Tiba-tiba Yura mendekati Hawa sambil memberikan permen lolipop.
"Eh dapet dari mana permen lolipop, bukankah tadi gak bawa apa-apa." Hawa merasa heran.
"Dari Om ma na Hong." jawab Yura sambil menunjuk ke arah tangga. Sepintas Hawa melihat seseorang naik tangga dan pergi.
"Siapa dia???"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Medy Jmb
jangan2 syibil
2023-10-15
1
Neulis Saja
certainly aklamal right?
2022-12-26
1
Isyatul Mardiah
Itu Al yg menyamar sebagai pengemis
2022-10-21
1