Menemui

Hari itu, AL yang baru pulang pun bertemu dengan Adam di jalan.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Adam tersenyum dan akhirnya mereka jalan berdua.

"Kau nampak gagah AL dengan seragam mu itu." ujar Adam. AL hanya tersenyum.

"Tapi kau harus ingat AL, meskipun kau sudah berseragam, jangan pernah tinggalkan shalat, jangan sombong juga, tetaplah menjadi AL yang kukenal. Jangan pernah berubah karena setatus dan jabatan mu sekarang." tutur Adam.

"Boleh aku mendekati adikmu?" Tiba tiba pertanyaan itu terlontar begitu saja hingga membuat Adam terdiam. Ini memang bukan pertama kalinya AL mengatakan jika ia menyukai kembarannya Adam itu. Namun selama ini Adam menganggapnya tidak serius. Selain karena usianya AL yang lebih muda, Adam juga menganggapnya hanya perasaan sesaat, Adam pikir AL sedang pokus dan menikmati tugasnya menjadi seorang polisi, dan belum serius untuk menikah, namun nyatanya ia salah.

"Kau yakin menyukai adikku?" tanya Adam.

"Apa kau meragukan ku?" AL malah balik bertanya. Adam pun langsung menatapnya.

"Dengarkan aku AL, jika kau benar-benar berniat baik pada Hawa, aku mendukungmu, tapi jika sampai kau menyakitinya, maka kau akan langsung berhadapan denganku. Dia kembaran ku, kami dilahirkan dihari yang sama, aku sangat menyayanginya, jadi jika ada yang berani menyakitinya apalagi nya, maka aku akan langsung pasang badan." ujar Adam menegaskan. AL terdiam, kemudian ia tersenyum.

"Jika kau memberiku restu, tentu saja aku sangat senang. Aku serius dengan Hawa, sayangnya dia selalu menutup hatinya padaku. Jika aku boleh meminta pada Allah, maka aku akan meminta pada Allah untuk dilahirkan lebih dulu dari pada Hawa. Satu kendala yang selama ini ada padaku, karena aku lebih muda darinya." tutur AL.

Adam yang mendengar pun tersenyum.

"Usia tidak menjamin AL, buktinya istriku saja lebih tua dariku, begitu juga dengan orang tuaku. Perbedaan usia tidak menghalangi semuanya. Kau tenang saja, jika kau memang jodohnya Hawa, Allah pasti akan menyatukan kalian. Jika kalian berjodoh, sekuat apapun Hawa berlari menjauhi mu, dia pasti akan berhenti tepat dihadapan mu." ujar Adam.

"Do'akan."

"Tapi ingat ya AL, Abiku tidak akan segampang itu memberikan anak perempuannya pada seorang lelaki, kecuali dia memang benar benar pantas untuk putrinya."

"Apa aku belum pantas?" tanya AL.

Belum juga Adam menjawab, tiba-tiba Ali berlari mendekati mereka.

"Abi."

Ali berlari lalu memeluk Adam.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

"Abi sama om polisi mau main tembak tembakan ya?" tanya Ali. Adam dan AL malah tertawa mendengarnya.

"AL, aku sama Ali pulang duluan, kalau ada waktu, nanti kita bicarakan masalah ini. Assalamualaikum." pamit Adam.

"Waalaikumussalam."

"Om polisi nanti ajarin aku main tembak tembakan ya." Teriak Ali yang kini sudah berjalan jauh. AL pun mengangguk tersenyum.

Sesampainya AL di rumah, Anisa sudah menyambutnya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

AL langsung mencium tangan uminya.

"Abi mu belum pulang AL?" tanya Anisa. AL malah terdiam.

"Aku kira Abi sudah pulang. Kulihat toko bukunya sudah tutup. Memangnya umi pulang duluan?"

"Umi pulang duluan AL, sejak adikmu itu mendapatkan tulisan aneh, umi mulai khawatir pada Khaira, jadi umi pulang lebih awal, untuk menjaga adikmu di rumah." ujar Anisa. AL pun melihat adik perempuannya itu sedang membaca buku di ruang tamu.

Perlahan AL mendekati Khaira dan duduk disebelahnya.

"Lagi baca apa, kayanya serius banget." ujar AL. Khaira pun tersenyum.

"Tadi aku ketemu kak Hawa di perpustakaan."

AL langsung tersenyum ketika mendengar nama perempuan yang membuatnya jatuh hati itu.

"Benarkah, lalu dia bilang apa?" AL mulai kepo.

"Kata kak Hawa, jangan terlalu ingin tau urusan orang lain nanti cepet tua. Uban dikepalanya akan tumbuh mendadak." ujar Khaira. AL malah tertawa kecil.

"Itu mah kata calon ayah mertuaku." bisik yang kini berdiri lalu pergi ke kamarnya.

Dan benar saja, di kamarnya AL, ada Poto Hawa yang terpajang, dan sepertinya itu sudah lama terpajang disana. Buktinya Hawa masih terlihat belia di poto itu. Mungkin AL mengambilnya beberapa tahun yang lalu saat Hawa masih remaja.

AL memang sudah lama menyukai Hawa, meskipun ia tau kalau Hawa usianya lebih dewasa darinya. Namun itu tak menghalanginya untuk mencintai kembarannya Adam itu.

AL duduk ditempat tidurnya, ia memandangi potonya Hawa.

"Hei gadis jutek yang keras kepala. Kau memang cantik, namun diluar sana masih banyak perempuan yang lebih cantik darimu. Tapi kenapa aku tergila-gila padamu. Hanya kepadamu." ujar AL yang masih menatap potonya Hawa.

"Ya Allah, jika Hawa adalah jodohku, biarkan aku lebih dekat lagi dengannya. Aku ingin menghalalkan dia, jadi mudahkanlah niat baikku ini. Aamiin." batin AL.

***

Sore pun tiba. AL memberanikan diri datang ke rumahnya Hawa. Sebenarnya ia ingin tau apa reaksinya Hawa nanti, begitu juga dengan orang tuanya, meskipun kedatangannya dengan alasan yang tidak masuk akal.

Tok tok tok.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Hawa, Aisyah dan Riziq sedang asik menonton sebuah ceramah ditelevisi.

"Wa, bukakan pintu sepertinya ada tamu." pinta Aisyah. Segera Hawa langsung berdiri. Ia pun berjalan untuk membukakan pintu. Hawa langsung terdiam dan terkejut ketika melihat AL yang berdiri didepan pintu sambil tersenyum. Hawa langsung mengernyit heran.

"Mau apa datang kesini?. Disini tidak ada kejadian perampokan, jadi sebaiknya kau pulang saja." ujar Hawa sedikit jutek, terang terangan mengusir AL. Seperti yang pernah diceritakan, Hawa gadis yang baik dan ramah, namun jika ia bertemu dengan AL, mendadak ia jadi kembarannya si Anum, judes binti jutek.

AL hanya tersenyum ketika mendapat perlakuan istimewa dari Hawa.

"Aku tau disini tidak ada kejadian perampokan, karena perampokan itu terjadinya di rumahku." ujar AL hingga Hawa langsung mengernyit heran tak mengerti.

"Maksudnya?"

"Iya, perampokannya terjadi di rumahku, lebih tepatnya lagi ada yang mencuri hatiku, makanya aku datang kesini untuk menangkap malingnya." ujar AL sambil tersenyum senyum.

"Modus!!!"

"Gak lucu. Katakan kau mau apa datang ke rumahku?" tanya Hawa.

"Aku datang kesini mau melamar putrinya ustadz Riziq." Jawab AL sambil tersenyum senyum. Hawa langsung mengernyit.

"Tidak lucu, katakan yang sebenarnya, mau apa kau datang ke rumahku?" kembali Hawa memberikan pertanyaan.

"Aku datang kesini mau ketemu Ali, aku sudah berjanji padanya untuk mengajarinya tembak menembak."

Kembali Hawa mengernyit.

"Kau mencari Ali tapi kenapa datangnya ke rumahku, harusnya kan kau datang ke rumahnya kak Adam, karena disitulah Ali tinggal." ujar Hawa sedikit menggerutu. AL kembali tersenyum. Namun Hawa tau jika lelaki yang ada dihadapannya itu cuma modus doang. Pura-pura mencari Ali padahal ingin bertemu dengannya.

"Aku tidak tau rumahnya Adam, jadi kupikir lebih baik aku datang kesini, siapa tau ada seseorang yang mau mengantarkan ku ke rumahnya Ali."

"Gak usah pake modus dengan alasan yang kuno. Kau inikan berpendidikan, sudah pasti otakmu cerdas kan. Kau kan bisa menghubungi kak Adam langsung, atau kau minta serlok padanya, atau kau tinggal ngasih uang 10.000 pada Om Yuda, pasti dia mau mengantarkan mu ke rumahnya kak Adam. Gampang kan." ujar Hawa. Lagi-lagi AL hanya tersenyum. Memang tidak mudah membohongi Hawa.

"Bisa kau tunjukan dimana rumahnya Ali."

"Rumahnya kak Adam itu didekat rumahnya kak Syifa." jawab Hawa.

"Mendadak aku juga lupa rumah kak Syifa." AL kembali beralasan.

"Dengarkan aku baik-baik. Dari sini kau lurus, nanti belok kiri, terus ada pertigaan belok kanan, jalan sedikit ada pohon mangga besar, lalu belok lagi ke kiri. Nah disitulah rumahnya." ujar Hawa. AL yang mendengar pun langsung tertawa.

"Tapi itu rumahku. Dari sini belok kiri, dari pertigaan belok kanan, lalu belok kiri lagi mah sampai di rumahku, bukannya di rumahnya Ali." ujar AL.

"Emang!. Aku sengaja memberimu instruksi itu biar kau cepat pulang ke rumahmu." gerutu Hawa.

" Astaghfirullah alazim, dengan sikapnya Hawa yang seperti ini, membuat ku semakin gemas padanya. Ya Allah permudahkan jalanku untuk menghalalkan nya, lembut kan hatinya agar ia mau membuka hatinya untukku." batin AL.

"Aku serius Hawa. Jika kau tidak mau mengantarkan ku ke rumahnya Ali, beri aku petunjuk jalannya." pinta AL.

Kini Hawa pun memberi petunjuk jalan yang benar menuju rumahnya Ali.

"Dari sini lurus, nanti ada irigasi kecil kau belok kanan, nanti disana kan banyak kontrakan yang berjejer miliknya kak Fadil, abis itu terlihat rumah besar miliknya kak Syifa, nah tidak jauh dari sana ada rumah sederhana yang cat rumahnya berwarna hijau. Itu rumahnya Ali." tutur Hawa.

"Yakin itu rumahnya Ali bukan KUA?" tanya AL hingga Hawa langsung mengernyit.

"Ini putranya ustadz Ibrahim lama-lama nyebelin pake banget." gerutu Hawa dalam hati.

Karena Hawa tak kunjung masuk rumah, Aisyah berteriak memanggil putrinya itu.

"Hawa, tamu siapa yang datang?" teriak Aisyah.

"Bukan siapa-siapa Mi, cuma kurir. Tukang paket nanya alamat." jawab Hawa sambil berteriak. AL malah tertawa kecil.

"Bilang pada umi mu, ada kiriman paket calon menantu untuknya." ujar AL sambil tersenyum senyum.

Terpopuler

Comments

Jusmiati

Jusmiati

😂😂😂😂😂😂😂 Maasyaa Allah modus nya...

2023-06-15

2

Ellya Fajrin

Ellya Fajrin

😅selalu ngakak kalo baca ceritamu Thor. Semangat dan sukses ya

2022-06-30

1

Nita_

Nita_

modusnyaaa berasa sampe sini

2022-06-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!