Menabrak

Sore sore sekali Hawa sudah berdandan rapi, ia sudah janjian bersama Anum dan juga Silmi untuk berkumpul ditepi perkebunan. Hawa sudah membantu Aisyah memasak, sudah menyapu dan berberes rumah, kini giliran dia pergi untuk bertemu dengan kedua sahabatnya. Tugas-tugas di pondok pun sudah selesai.

Hawa sudah bercermin di kamarnya, ia merasa dirinya pun cantik seperti Aisyah uminya, hanya saja jodoh seakan sulit untuk mendekatinya.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Aisyah tersenyum melihat putrinya yang kini berdiri di depan cermin.

"Boleh Umi masuk?" ucap Aisyah meminta izin. Hawa mengangguk dan mempersilahkan.

"Masuk saja Umi."

Kini mereka berdua sudah duduk diujung ranjang. Aisyah sudah mengelus kepala putrinya itu.

"Dulu juga Umi seolah seperti sulit mendapatkan jodoh. Teman-teman Umi disini sudah pada menikah, bahkan Dewi sahabat umi pun sudah mempunyai seorang anak (Syifa), tapi Umi masih saja sendiri. Abi Husen, kak Soleh, kak Usman sudah berusaha memperkenalkan teman-teman lelaki pada Umi, tapi saat itu Umi menolaknya. Umi yakin meskipun tidak dijodohkan, Umi akan tetap mendapatkan jodoh dari Allah, Umi yakin itu hanya tinggal menunggu waktu saja. Dan tidak disangka-sangka Allah mengirimkan Abi mu pada Umi, dialah jodoh Umi. Muhammad Riziq Alfiqri, lelaki yang usianya 5 tahun lebih muda dari usia Umi, tapi sikap dia lebih dewasa dari umi sendiri. Umi bahagia hingga umi mempunyai kalian, Adam dan Hawa." tutur Aisyah.

Hawa terdiam, ia tau dan mengerti kenapa Aisyah bicara seperti itu.

Aisyah kembali melanjutkan ucapannya.

"Dengarkan Hawa, usia itu tidak menjamin kedewasaan seseorang. Buktinya Abi mu itu selalu bersikap dewasa sebelum waktunya hingga ketika ia dewasa, pemikiran dan sikapnya itu jauh lebih dewasa. Jangan selalu berpikir jika lelaki dewasa itu sikapnya akan sama dengan usianya, terkadang berbeda Hawa. Siapapun yang mendekatimu nanti, jangan pandang usianya." tutur Aisyah.

Hawa hanya bisa mengangguk.

"Iya Umi."

"Apa sekarang kau mau keluar sudah rapih begini?" tanya Aisyah. Hawa pun baru teringat kembali jika dirinya mau menemui Anum dan Silmi ditepi perkebunan.

"Astaghfirullah alazim. Aku sampai lupa Umi, Anum dan Silmi sedang menungguku ditepi perkebunan. Aku pergi dulu ya Umi." ujar Hawa. Aisyah pun mengangguk.

Sebelum pergi, Hawa pun mencium tangannya Aisyah.

"Aku pergi ya Mi, Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam. Jangan terburu-buru begitu takutnya nanti jatuh". ucap Aisyah yang melihat Hawa berlari terburu-buru. Hawa tidak mau membuat kedua sahabatnya menunggu lama, karena sejak kedua sahabatnya menikah dan memiliki seorang anak, waktu mereka bertemu jadi terbatas.

Hawa pun berlari menuju perkebunan, ia tidak sengaja menabrak Zahira.

BRUUUGH.

"Awww."

Zahira terjatuh namun Hawa masih tegap berdiri. Hawa terkejut melihat tantenya terjatuh di jalan, ingin membangunkan namun takut kedua sahabatnya menunggu terlalu lama. Dan akhirnya Hawa mengeluarkan mode durjana pada tantenya itu. Manusia memang tempatnya salah termasuk Hawa yang juga punya kesalahan dan kesilapan. Termasuk juga yang satu ini, ia meninggalkan Zahira yang ditabraknya.

"Maaf ya Tante Ira, aku buru-buru. Assalamualaikum."

Hawa langsung berlari kembali setelah meminta maaf.

"HAWA BINTI RIZIQ...... Bangunin dulu, jangan kabur begitu saja. Dasar keponakan durjana." gerutu Zahira yang kini masih terduduk dipinggir jalan sambil menatap kepergian keponakannya itu.

"Lari udah kaya angin tornado begitu, giliran nabrak orang langsung kabur tanpa pertanggung jawaban. Awas saja kalau kecantikan ku sampai berkurang gara-gara terjatuh di jalan, akan kubawa kau ke pengadilan." gerutu Zahira sambil bangun.

"Untung di princess Yura tidak ikut, bisa-bisa dia terbang kena tornadonya si Hawa." Zahira masih saja menggerutu.

Hawa masih saja berlari. Ia kembali menabrak seseorang, namun kali ini dia yang tersungkur.

"Awww."

Hawa merintih kesakitan.

"Kau tidak apa-apa?" tanya seseorang yang ditabraknya itu. Hawa mengaku salah jika dirinyalah penyebab terjadinya tabrakan itu. Namun saat dirinya tau jika yang ditabraknya itu adalah AL, maka Hawa langsung mengurungkan niatnya untuk meminta maaf.

AL berjongkok dihadapan Hawa untuk membantunya bangun.

"Kau tidak apa-apa?, biar kubantu."

AL sudah merentangkan tangannya untuk membantunya bangun. Hawa malah menggeleng.

"Sejak kapan putranya ustadz Ibrahim ini ada disini, bukannya dia ada di Jakarta." batin Hawa.

"Kau pikir aku mau menyentuh lelaki yang bukan mahram ku?" tanya Hawa sedikit jutek. AL malah tersenyum, ia sudah biasa mendapat perlakuan itu dari Hawa. Baginya sikap jutek Hawa adalah sebuah tantangan baginya. AL mengambil sapu tangan dari saku celananya dan melilitkan sapu tangan itu ditangannya.

"Kita tidak akan bersentuhan kulit, mari kubantu." ujar AL yang kembali merentangkan tangannya yang kini sudah terbalut sapu tangan. Kali ini AL tidak terlihat berpakaian Koko serta sarung seperti penampilannya dulu saat menjadi santri disana, ia hanya menggunakan celana panjang serta kaos panjang yang memperlihatkan otot tubuhnya.

Hawa tetaplah Hawa, ia tetap tidak mau mendapatkan bantuan dari AL, semenjak AL mengatakan jika dirinya menyukai Hawa beberapa tahun yang lalu, ia mulai menjaga jarak dan malah bersikap jutek pada putranya ustadz Ibrahim itu. Sebenarnya Hawa itu gadis yang manis, baik dan ramah, tapi kalau dia bertemu dengan AL mendadak ia kesurupan si Anum yang tiba-tiba menjadi jutek. Hawa menginginkan lelaki dewasa bukan berondong seperti si AL yang usianya terpaut dua tahun.

AL hanya tersenyum ketika melihat Hawa berusaha bangun sendiri. Rok gamisnya terlihat kotor terkena tanah.

"Sakit?"

"NGGAK."

"Lain kali hati-hati kalau berlari, untung kau hanya menabrak ku bukan menabrak ustadz Usman. Kalau sampai kau menabrak pakde mu itu, sudah pasti sekarang kau disuruh berdiri di lapangan sebagai hadiah atas kecerobohan mu ini." tutur AL.

Hawa hanya diam saja sambil membenarkan posisi kerudungnya, sebenarnya ia menyadari kesalahannya, mau minta maaf, tapi mode gengsi lagi mampir di hatinya.

Saat dirasa sudah membenarkan penampilannya, Hawa berniat lari kembali. Ia sudah ingin mengangkat sedikit rok gamisnya agar mempermudah ia berlari, namun belum juga rok itu terangkat, AL sudah melarangnya terlebih dulu.

"Jangan angkat rok mu itu." pinta AL.

Hawa mengernyit sambil menatap lelaki yang ada dihadapannya itu.

"Kenapa?"

"Aku hanya takut tidak bisa mengendalikan diri. Aku ini lelaki normal. Ketika melihat perempuan cantik mengangkat rok dihadapanku, tentunya pikiranku takut menjurus pada nafsu syahwat. Jadi kumohon turunkan rok mu." pinta AL. Sebenarnya AL sengaja ingin menggoda Hawa.

Hawa yang mendengar ucapan itu pun mendadak menjadi takut. Akhirnya ia kembali berlari meninggalkan AL meskipun tanpa harus mengangkat rok nya.

AL tersenyum bahkan tertawa kecil melihat perempuan yang ada dihadapannya tadi berlari ketakutan. AL merasa gemas sendiri dengan saudara kembarnya Adam itu.

"HAWA,,,,,, AKU MEMAAFKAN MU." teriak AL.

Hawa yang kini sedang berlari pun langsung mengernyit.

"Dasar aneh, aku belum meminta maaf tapi dia malah berteriak memaafkan ku." batin Hawa yang kini masih terus berlari.

AL terus menatapnya sambil tersenyum. Mungkin perasaannya masih sama seperti dulu, ia menyukai Hawa.

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

hawa, i can not live without you so stay be my side please 🙏

2022-12-26

1

꧁❧❤️⃟Wᵃf ʜꙷɪᷧɑⷮɑͧтᷡʰᵉᵉʳᵅ❦꧂

꧁❧❤️⃟Wᵃf ʜꙷɪᷧɑⷮɑͧтᷡʰᵉᵉʳᵅ❦꧂

aneh ya yang satu manis yang satunya jutek

2022-06-28

1

Neng Amira❤

Neng Amira❤

Aciiieeee Bang Al maniss bener dah🤭🤭🤭

2022-04-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!