Ngobrol

Pagi-pagi sekali Hawa pergi bersama Aisyah ke pasar, tentunya untuk membeli bahan makanan. Tidak sengaja mereka bertemu dengan Zahira (Tantenya Hawa). Hawa sudah mengerucutkan bibirnya, hari ini tidak tau kenapa ia sedang merasa sensitif.

"Ikh kenapa harus ketemu Tante Ira sih, dia pasti ngomongin setatus ku yang jomblo deh." batin Hawa.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Mereka saling mengucapkan salam.

"Mau ke pasar ya?, aku titip Yura dong. Aku mau ngajakin Kak Yusuf miting dulu." ucap Zahira. Aisyah dan Hawa langsung mengernyit. Zahira yang usianya sudah tidak muda lagi tapi narsis dan gayanya tidak pernah berubah.

"Apa maksudnya kau nitip si Yura?." tanya Aisyah.

"Biarkan saja Umi, nanti kita tinggal si Yura di pasar." ujar Hawa.

"Hei Hawa binti Riziq, tidak usah sensi begitu, aku tau kau sedang galau ketika memasuki usia 26 tahun, tapi kau belum juga mendapatkan jodoh. Sudah jangan banyak kriteria, kalau ada laki-laki tampan sikat, kalau ada laki-laki jelek sikat, kalau ada laki-laki dewasa sikat, kalau ada berondong juga sikat, biar kau cepat menikah." tutur Zahira. Hawa sudah mengerucutkan bibirnya.

"Main sikat-sikat saja. Si Yusuf yang baik ganteng dan cerdas pun masih diuji coba sama kakakmu, apalagi nanti calon menantunya." gerutu Aisyah. Zahira malah nyengir.

"Umi ayo kita berangkat, kepalaku mendadak nyut-nyutan Mi." ujar Hawa sambil memegangi kepalanya.

"Dikira aku biangnya penyakit" batin Zahira menggerutu sambil cemberut.

"Kalau kepalamu nyut-nyutan, minum obat cacing biar cepat sembuh." gerutu Zahira.

Setelah berpamitan dan mengucapkan salam, Hawa dan Aisyah pun pergi. Mereka menyebrang jalan dan menunggu angkot lewat. Hawa terdiam ketika melihat Khaira (14 tahun) putri bungsunya ustadz Ibrahim (Ibra). Khaira adalah adik perempuannya AL (Khaira pernah diceritakan dalam kisahnya Cahaya).

Ketika itu Khaira sedang memberikan sebuah nasi bungkus kepada seorang bapak tua yang pincang di jalan (pengemis). Hawa terdiam melihat si bapak pengemis itu mengelus kepalanya Khaira untuk berterima kasih karena diberi makanan.

"Kau lihat apa Wa?" tanya Aisyah.

"Itu Mi, ada Khaira di sebrang jalan." jawab Hawa.

Aisyah pun menatap Khaira yang sedang melambaikan tangannya pada bapak pengemis yang sudah berjalan pergi sambil terpincang-pincang.

"Khaira itu meskipun usianya masih belia, dia begitu baik dan begitu perduli dengan orang yang membutuhkan ya. Sama kaya orang tuanya, apalagi kakaknya." ucap Aisyah sengaja ingin menggoda putrinya itu. Hawa langsung mengernyit.

"Ikh Umi, ngapain sih pake nyebut-nyebut AL segala" gerutu Hawa.

"Ikh Hawa, kapan Umi nyebut-nyebut nama si AL. Cieeeee, kau saja yang ingin menyebut namanya."

Hawa kembali cemberut.

"Jangan karena usia akhirnya kau menutup hati hingga akhirnya kau menyesal." Aisyah mengingatkan.

"Sssttthhh Umi, jangan ngomongin dia lagi." protes Hawa. Aisyah mengangguk-angguk sambil tersenyum-senyum. Aisyah merasa lucu melihat putrinya itu yang kadang suka cemberut, kesal, marah dan jengkel kalau sudah ada hubungannya dengan AL.

Akhirnya angkot pun datang dan mereka pergi ke pasar.

Sesampainya di pasar, mereka bertemu dengan Dewi dan Cahaya (istrinya Adam). Memang sebelumnya mereka sudah saling mengabari untuk bertemu di pasar.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Cahaya hanya membawa Ali putranya (9 tahun). Sementara si kembar Jihan dan Jinan dijaga oleh Adam di rumah karena sering rewel kalau diajak ke pasar.

"Ali habis beli apa?" tanya Hawa.

"Gak beli apa-apa Tante, cuma nonton drama Kolosal antara Tante Dewi sama pedagang yang rebutan harga." jawab Ali. Hawa hanya tertawa.

"Gak usah heran kalau Dewi ribut sama pedagang gara-gara tawar-menawar, dia mah sama besannya aja ribut mulu." ucap Aisyah.

Mereka pun berbelanja bersama, membeli ini dan itu, tentunya membeli barang yang dibutuhkan bukan barang yang diinginkan. Mereka berempat itu bukan orang kaya raya yang bisa semaunya belanja. Hidup mereka sederhana namun selalu bahagia. Tak jarang terdengar Dewi terus berebut harga dengan para pedagang membuat Aisyah terus menepuk pundaknya.

"Kalau nawar itu jangan kebangetan, kasihan para pedagang juga gak mau rugi." ujar Aisyah.

Cahaya sudah dibantu Hawa membeli buah manggis kesukaannya Adam.

"Bilangin sama kak Adam, diakan sudah manis, jadi jangan sering makan yang manis-manis, takutnya nanti dia diabetes, belajarlah untuk suka buah Jamblang, yang rada kecut-kecut gimana gitu."ucap Hawa, karena saudara kembarnya itu memang terlihat manis jika dipandang. Cahaya hanya tersenyum saja, ia begitu pendiam dan jarang bicara.

"Aya, kau belikan saja suamimu itu buah mangga muda biar dia nyengir." Dewi memberi ide. Aisyah langsung menepuk pundak sahabatnya itu.

***

Sementara dengan Riziq dan Ibra yang kini sedang berjalan berdua menuju aula. Persahabatan mereka yang sudah terjalin lama membuat mereka terlihat akrab.

"Ngomong-ngomong si AL sudah lama tidak kelihatan?" tanya Riziq.

"AL sibuk dengan tugas dan pekerjaannya. Terakhir kali dia kesini waktu Silmi mengadakan resepsi pernikahan di kota Y. Tapi kata AL dia akan dipindah tugaskan di kota ini." jawab Ibra.

"Waah berarti besar kemungkinan dia tinggal disini ya. Itu artinya ada seorang polisi yang tinggal di pesantren, setidaknya pesantren akan semakin lebih aman." ujar Riziq.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Dilihatnya ustadz Usman berjalan mendekati bersama ustadz Soleh. Akhirnya mereka berempat pergi ke aula dan ngobrol bersama.

"Jadi si Akmal mau dipindah tugaskan ke kota ini. Wah keren tuh, pesantren mendadak aman pake banget kalau ada seorang polisi tinggal disini." ucap ustadz Usman yang sebelumnya sudah diberitahu kalau AL dipindah tugaskan di kota A.

"Pak Akbar sudah pensiun ya?" tanya ustadz Soleh. Ibra pun mengangguk. Ayah mertuanya itu kini memang sudah lanjut usia.

"Rencananya kalau AL pindah kesini, nanti AL akan tinggal bersamaku. Dan ayah mertuaku akan tinggal bersama Erika dan Hasan." ujar Ibra.

"Itu si AL yang suka ngurusin masalah artis bukan sih?" tanya ustadz Usman. Ustadz Soleh langsung menepuk pundak adiknya itu.

"Kalau nanya itu dipikir dulu, si AL itu yang ngurusin masalah kriminal, kalau ada yang berhubungan dengan kejahatan, dia yang maju duluan." ucap ustadz Soleh. Ibra pun membenarkan.

"Berarti tugas si AL serem juga ya. Gimana kalau dia berurusan dengan penjahat kelas kakap, atau mafia begitu. Aku cuma menghadapi si Saka sama si Syabil dulu aja rasanya deg-deg ser." ujar ustadz Usman.

"AL mungkin punya keberanian tingkat tinggi, makanya dia tidak takut dengan para penjahat." ucap Riziq.

"Man memangnya apa yang kau takuti selain pada penjahat?" tanya ustadz Soleh.

"Ya tentu saja istriku sama malaikat Izrail." ujar ustadz Usman keceplosan hingga ia menutup mulutnya sendiri. Yang lain tiba-tiba menunduk menahan tawanya, karena kalau tertawa tentu saja ustadz Usman akan marah.

"Maksudku, aku berani menghadapi godaan Wewe gombel, godaan si Suketi atau godaan si Tante Kun Kun, tapi aku tidak bisa menghadapi godaannya si Nisa uminya si Fadil sama si Mimi."

Lagi lagi Riziq, Ibra dan ustadz Soleh menahan tawanya.

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

ustadz Usman is really so funny 👍

2022-12-26

2

꧁❧❤️⃟Wᵃf ʜꙷɪᷧɑⷮɑͧтᷡʰᵉᵉʳᵅ❦꧂

꧁❧❤️⃟Wᵃf ʜꙷɪᷧɑⷮɑͧтᷡʰᵉᵉʳᵅ❦꧂

lha kan emang bener jika si zahira itu biang penyakit penyakit pusing yang pasti

2022-06-28

1

Nita_

Nita_

ahhh adam

2022-06-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!