Beberapa waktu telah berlalu. Xue Fu memutuskan untuk mencari seorang pengasuh. Ia melakukan cara yang sama seperti yang dulu. Kini sudah ada 5 orang yang duduk dengan gugup di depan Xue Fu. Mereka ada di ruang tamu.
Xue Fu sambil menggendong putrinya menaikkan kakinya dan menatap tajam mereka semua. Ada 2 laki-laki dan 3 perempuan.
"Kalian tahu... Risiko kalian bekerja sebagai pengasuh putriku akan sangat berat. Sedikit saja tangan atau bagian tubuh lainnya putriku tergores. Tidak akan segan-segan aku memecat kalian. Dan jangan harap kalian pulang dalam keadaan sehat." Ancam Xue Fu dengan wajah datar dan tatapan tajam.
Awalnya mereka semua terdiam mendengar risiko itu. Bagaimanapun juga menjaga bayi itu sangat sulit, kadang kala kecelakaan kecil terjadi. Mendengar ancaman Xue Fu yang nampaknya tidak main-main membuat mereka gugup. Pad akhirnya ada seorang wanita berbicara. Wanita yang terlihat muda dan cantik.
"saya yakin bisa melakukannya..." Ucapnya penuh percaya diri. Meskipun itu bukan Merin, dia tetap membuat Xue Fu penasaran dan tertarik.
"Saya akan berusaha semaksimal mungkin menjalankan tugas-tugas saya..." Ucap Merin dengan gugup.
Wanita cantik itupun merasa sudah menang karena hanya dia yang terlihat meyakinkan disana.
"Baiklah... Kamu gendong lah anakku sebentar. Aku ingin melihat caramu menggendongnya benar atau tidak." Ucap Xue Fu dengan senyum diwajahnya sambil menyerahkan putrinya pada wanita cantik itu. Dengan senang hati wanita itu menerima bayi mungil itu. Sungguh ia merasa sangat senang. Sudah terlihat jelas kalau ia akan terpilih menjadi pengasuh dari bayi kecil ini.
Sebenarnya tujuannya adalah Xue Fu. Anak konglomerat yang sangat tampan. Tidak masalah meski usia mereka terpaut jauh. Jika ia mengasuh putrinya Xue Fu dan terlihat baik didepan Xue Fu. Siapa tahu Xue Fu jatuh cinta dengannya dan akhirnya mereka menikah. Pikir wanita itu sangat licik.
Dengan sangat lembut wanita itu menggendong putri kecilnya.
"oh iya... putriku bernama Xue Lan. Diambil dari nama depan ayah dan ibunya. Xue Fu dan Lan Sue." Serunya dengan bangga. Entah mengapa dulu ia membuat nama ini untuk putrinya. Lebih tepatnya ini adalah sebuah kebetulan. Dahulu ia tidak tahu siapa nama ibu dari putrinya sehingga namanya asal-asalan yang penting ada namanya disana. Sekarang ia bersyukur memberi nama itu.
Mendengar itu wanita itu mengangguk dengan lembut.
Sedangkan Merin hanya bisa menunduk. Ia sangat sedih, sepertinya sudah dipastikan kalau dia tidak akan mendapatkan pekerjaan lagi. Merin adalah seorang ibu tungga yang memiliki seorang putra berusia 6 tahun. Suaminya telah meninggal saat ia masih hamil.
Karena ia tidak punya siapa-siapa lagi. Pada akhirnya ia merawat anaknya seorang diri. Sejak beberapa bulan lalu ia kesulitan mencari pekerjaan karena ia tidak punya keahlian apapun. Mendengar ada lowongan pekerjaan mengasuh anak, ia pun dengan semangat mengikutinya. Namun apalah dayanya sekarang. Sudah pasti ia tidak mendapat pekerjaan lagi.
Beberapa waktu kemudian. Tiba-tiba pintunya didobrak dan masuklah beberapa orang bertopeng dan bersenjatakan senjata api dan senjata tajam. Deng cepat mereka masuk dan mengepung Xue Fu.
sontak hal itu membuat mereka semua terkejut termasuk Merin.
"Semuanya diam, jangan bergerak." Teriak salah satunya.
mereka semuanya pun terdiam dengan ketakutan. Wanita itu adalah yang paling takut. Ia gemetar ketakutan.
Melihat itu Merin dengan sigap mengambil alih Xue Lan. Wanita itupun menyerahkannya begitu saja. Dengan kasar pula. Xue Fu melihat itu dan tersenyum kecil.
"wah...wah... sepertinya sedang ada sesuatu yang menarik nih." Ujar seseorang yang baru datang dari pintu masuk. Ia menggunakan topeng setengah wajah yang berwarna hitam.
"Apa tujuanmu datang kemari..." Seru Xue Fu masih duduk dengan wajah datar dan pandangan tajam.
"Apalagi selain menghabisi kalian semua... haha... " Teriak pria itu sambil tertawa licik.
"oh ya... sepertinya kita perlu membunuh para saksi juga..." Seru pria itu menatap para calon pengasuh.
Sontak hal itu membuat mereka sangat takut dan bahkan ad ayang menangis.
"tolong lepaskan kami. Kami tidak ada hubungannya dengan tuan Xue. Kami hanya ingin melamar pekerjaan saja." Ucap wanita muda cantik itu dengan ketakutan.
" ohh apa peduliku?!... Yang penting kalian melihat apa yang ku lakukan kan?..." Seru pria itu lagi sambil menodongkan pistol ke arah wanita itu.
"Lepaskan mereka!..." Ujar Xue Fu dengan marah.
"Jika kamu melepaskan mereka maka aku tidak akan melawanmu..." Sambungnya lagi.
Para calon pengasuh pun mengangguk dengan setuju. Kecuali Merin yang sedang melakukan kontak mata dengan Xue Fu. Mereka berdua mengisyaratkan Xue Lan.
Merin mengangguk dengan kedipan matanya.
"ohhh... tawaran yang cukup menarik..." Ujar pria bertopeng itu dengan senyum licik diwajahnya.
"Bagaimana mana jika aku menolak. hehe..." sambungnya sambil menodongkan pistol ke salah satu calon pengasuhnya. Yang membuat mereka panik bukan main. Mereka bersujud dengan ketakutan termasuk Merin. Namun ia masih memeluk Xue Lan.
Xue Fu menatap tajam pria itu.
"ekhem... baiklah. Kalian semua pergilah. Aku akan mengawasi kalian. Jika ada saja salah satu dari kalian membocorkan apa yang terjadi maka aku akan menghabisi seluruh keluarga kalian dan tentu saja kalian adalah yang pertama." Seru pria itu dengan wajah gila.
Para calon pengasuh mengangguk dengan cepat dan segera berdiri dan beranjak keluar dengan terburu-buru termasuk Merin.
Tak lama kemudian mereka sampai diluar rumah. Semuanya selain Merin membawa mobil dan sepeda motor. Hanya Merin yang membawa sepeda.
Hingga akhirnya hanya Merin yang tersisa.
Merin memutuskan untuk bersembunyi ke taman yang seperti hutan itu sambil melihat situasi dan kondisi.
Ia melihat Xue Lan yang masih tidur. Perasaan familiar yang tidak dapat diutarakannya muncul dalam hatinya. Kemudian dia mencium wajah Xue Lan.
"sabarlah nak. Ayahmu pasti baik-baik saja." Bisiknya lembut.
beberapa saat kemudian... Beberapa nampak keluar dan berjalan mendekat kearahnya. Dengan perasaan cemas dan gelisah ia memeluk Xue Lan.
Hingga ada yang memegang pundaknya. Dengan reflek ia berdiri dan menendang kearah orang itu. Sungguh tendangan yang kuat membuat orang itu terpental.
"Cukup Merin..." Ujar suara yang dikenalinya.
"Tuan Xue..." Ujar Merin. Dengan mata terkejut ia menatap semua orang berpakaian hitam itu.
"Mereka adalah bawahan ayahku. Kamu sudah lulus ujian menjadi pengasuh putriku." Ujarnya dengan senyum diwajahnya.
Merin keluar dari semak-semak dan mendekati Xue Fu.
Dengan tanpa aba-aba ia pun mulai menangis.
"Terima kasih..." Ujarnya dengan suara terbata-bata.
Syukurlah ini hanya sebuah ujian saja. Ia sangat takut kalau ini sungguhan.
"Aku sangat senang melihat kinerjamu. Sekali lagi aku memberitahukanmu bahwa bahwa kejadian seperti tadi mungkin saja akan terjadi dalam kejadian nyata. Jadi, apa kamu siap menjadi pengasuh putriku dengan risiko yang sangat besar ini?." Tanya Xue Fu sekali lagi dengan serius.
"saya akan memperlakukan putri anda seperti putri saya sendiri. Saya berjanji..." Serunya dengan semangat sambil mengusap air matanya.
"hah... sudah bersusah payah aku berakting, malah kena tendangan pula. Dasar." Ucap pria yang ditendang tadi dengan kesal sambil mengusap pakaiannya yang kotor. Merin pun meminta maaf dengan sungguh-sungguh. Sedangkan yang lainnya hanya menertawakan pria itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments