“Ih, Angel!!! Kok kita ke disko, sih?!” pekikkan Serena yang keras tidak sama sekali terdengar nyaring saat dirinya dan Angela masuk ke dalam club malam. Betapa kagetnya gadis polos ini saat mendapat pemeriksaan, dan Angela dengan pandainya memberikan uang sebagai suap agar mereka bisa masuk.
Sungguh gila! Serena tidak pernah berpikir bahwa mereka akan ke sini!
“Angela sesat! Aku mau pulang aja! Takut di sini, Ngel,” rengek Serena penuh cemas.
Gimana gak cemas coba, tempat yang mereka kunjungi adalah tempat kotor yang di kenal tempat anak-anak nakal. Serena bahkan tidak pernah melewati tempat diskotik sebelumnya karena orang tuanya sangat menjaga Serena. Serena hanya tahu di drama-drama yang dia tonton.
“Duh, Siren! Suara lo bisa hilang kalau lo teriak di tempat ramai gini.” Angela menarik tangan Serena untuk pergi ke tengah club, tidak peduli bahwa sahabatnya itu berontak.
“Gak usah takut. There is me. Ada Galang juga, kita bisa jagain lo, Siren. Don't be afraid, okay?”
Jika sebelum mereka berangkat tadi Serena masih percaya dengan perkataan dan tatapan milik Angela, maka sekarang tidak lagi. Angela adalah presensi yang seharusnya tidak pernah Serena percayai.
“Noh teman kita! Udah gak usah nangis. Kita cuman nongkrong, kok.”
“Tapi aku takut, Ngel.” Tangan bebas Serena ia gunakan untuk memeluk tubuhnya sendiri, tatapannya menunduk saat banyaknya laki-laki memandanginya. Kenapa harus dirinya yang dengan pakaian tertutup ini yang di tatap lapar? Kenapa bukan Angela?
“Duduk sini.” Angela mendudukkan Serena tepat di tengah-tengah Rain dan Sea, lalu dia duduk di samping Galang. “Kita cuman nongkrong, oke? Lo harus percaya sama kita.”
Serena menggeleng, dia tidak percaya lagi. Berteman dengan Angela dari kecil seharusnya membuat Serena paham sifat dan karakter liar Angela. Tapi karena Serena selalu percaya Angela, makanya Serena masih mau dekat-dekat dengan Angela yang sesat.
“Serena, don't worry. Kita gak bakal biarin lo sendirian, kok. Tenang aja, ya?” Sea berkata dengan tenang, tangannya juga merangkul pundak Serena agar gadis itu tenang.
“Janji ya, Sea? Kalian tau ‘kan aku gak pernah main ke sini.”
“Maka dari itu! Lo harus kenal dunia luar, biar lo ngerti,” lontar Angela.
“Angela sesat!” Serena masih dendam dengan Angela yang membawanya ke sini.
Angela tertawa keras sembari mengangkat gelasnya. “Let's have fun, girl!”
“Karena kita tau lo bakal ikut main ke sini, kita udah bawain susu cokelat.” Rain menyodorkan satu keresek berisikan susu kotak rasa cokelat kesukaan Serena ke atas meja.
“Wah!” mata Serena langsung berbinar. Cepat dia ambil dan meminum susu itu dengan khidmat.
“Seneng lo?” sindir Angela sambil merotasikan matanya.
Serena menjulurkan lidahnya ke Angela, lalu meminum susunya lagi tak menghiraukan decakan Angela.
“Babe, wanna dance with me?” Galang menyodorkan tangannya ke Angela.
“Of course yes, Baby Boy!”
Kepergian Angela dan pacarnya meninggalkan decakan bersamaan dari Serena, Rain dan Sea. Mereka menatap gaya Angela yang liar, tangannya yang nakal meraba raba-raba tubuh Galang saat mereka sedang berdansa.
“The bucin vibes,” celetuk Rain.
Sekarang hanya tersisa mereka bertiga di sofa ini. Sebenarnya, ada banyak laki-laki yang menghampiri mereka, tapi Rain dan Sea menolak keras ajakan mereka bahkan enggan menjawab pertanyaan yang bersangkutan dengan Serena.
Good friend, but less Angela of course!
“Kalian sering bangetkah ke sini? Gak kenapa-napa?” tanya Serena penasaran. Susu kotak di tangannya masih dia sedot perlahan-lahan.
“Not often. Biasanya cuman satnigt. Atau ada yang ajakin party,” jawab Sea.
“Kalau Angela?”
“Gak usah di tanya tuh bocah anjir! Tiap malam dia bareng Galang dimari!” Rain menjawab penuh emosi dan menggebu-gebu, tampaknya memang Angela adalah pelanggan sangat tetap di club ini.
Serena tertawa geli. Sudah ia duga juga sih. Walau berteman sudah lama dengan Angela, Serena tidak begitu dekat jika di luar. Paling jika di sekolah saja. Sedangkan Rain dan Sea, Serena kurang dekat dengan mereka karena baru berteman dari kelas sepuluh.
“Yeah, that right.” Sea tertawa.
“Bentar lagi mabuk tu bocah,” celetuk Rain yakin.
“Terus kalau mabuk, nanti Angela pulang bareng siapa?” tanya Serena penasaran.
“Bareng Galang. Ogah banget antar dia mabuk. Lo gak tau aja gimana komuk Angela kalau mabuk, menjijikkan.”
“Hahaha aku bayangin masaaa.”
Tawa Serena mengudara dengan lepas, dia bahkan tidak sadar mulai beradaptasi dengan tempat ini. Sebenarnya tidak mengerikan seperti yang Serena tahu, tapi Serena juga yakin karena ada Rain Dan Sea makanya ia merasa aman.
“Hmm, guys. Aku mau pipis,” kata Serena sambil menaruh tangannya di pangkuan. Kecerobohannya karena minum terlalu banyak susu hingga akhirnya harus pergi ke toilet. Padahal, itu yang paling Serena hindari.
“Ayo gue temani.” Sea menawarkan diri.
“Tasnya di bawa?”
“Gak usah. Biar gue jagain di sini,” jawab Rain sambil mengangkat jempolnya.
“Oke deh, aku titip ya, Rain.”
“Sip, Serena!”
...💗💗💗...
“Gue tunggu di luar gak papa?”
Serena mengangguk dan tersenyum. “Tunggu bentar ya, Sea.” Serena lantas buru-buru masuk ke toilet karena sudah tidak tahan. Ternyata toiletnya sepi. Serena bernafas lega.
Namun, selang beberapa detik Serena masuk, ia mengerutkan kening saat melihat ada sebuah kotak di sisi samping wastafel ujung. Karena penasaran, Serena memutuskan mendekat pada benda itu.
“Ini apa, ya?” penuh rasa penasaran, Serena memasukkan tangannya ke dalam kotak itu dan mengambil isinya. Dahinya kian mengernyit saja.
“Ambil aja deh, nanti aku tanya Sea aja,” ucapnya sembari memasukkan benda itu ke dalam kantong celananya.
Buru-buru Serena memasuki bilik, lega akhirnya hadasnya terbuang.
Bruk.
Sedikit terlonjak kaget saat pintu di samping bilik toiletnya berbunyi keras—seperti di banting tak sabaran.
“Apa dia kebelet banget ya kayak aku?” monolog Serena keheranan.
“Ahh...”
“Heh???” mata Serena melotot kaget saat mendengar suara-suara aneh di samping biliknya. Buru-buru Serena mengenakan kembali celananya, lalu keluar dari bilik.
Suara-suara itu kian terdengar jelas, membuat Serena penasaran.
“Apa dia sakit, ya?”
Masalahnya, suara gaduh dan bisikan terdengar begitu mengkhawatirkan bagi Serena.
Karena penasaran dan juga sedikit cemas, Serena mendekat ke pintu lalu mendorongnya pelan. “Hmm ... misi? Kamu—AAAAA!!!” belum sempat Serena menyelesaikan perkataannya, sesuatu yang mengejutkan menyapa penglihatannya.
“SIALAN ADA YANG NGINTIP!!”
“ENGGAK!!” super panik Serena berlari keluar, tubuhnya bergetar. “Sea?? Sea di manaaa???” bibirnya memucat.
“Woi anjing!” suara laki-laki itu membuat Serena terlonjak. Tanpa berpikir lagi mengenai Sea, Serena langsung berlari ke arah yang mereka lalui tadi.
“Huaaaaa!! Aku liat apa tadi???!” sungguh, Serena merasa mual sekaligus ketakutan.
“Stop b*tch! Cewek cabul tukang intip!!” suara cowok itu kian dekat.
What? Siapa yang dia sebut cabul? Hey, merekalah yang cabul melakukan hal itu di toilet.
“Huaaa im sorry!! Tapi kalian berdosa banget!!”
Super panik Serena melewati puluhan orang di ruang utama, menabrak tubuh mereka tanpa sengaja dan tak lupa mengatakan maaf tak henti-hentinya.
“Di mana teman-teman akuuuu?? Sea? Angel? Rain?? Aku takut, tolonginn!” matanya beredar mencari keberadaan teman-temannya yang entah di mana. Serena rasa ia berada di tempat yang salah.
“Woi di mana lo sialan??!”
Tubuh Serena merinding, pikiran-pikiran buruk menghantuinya. Bagaimana jika dia di laporkan ke polisi? Bagaimana jika dia di gebuki atau di perkosa? Atau bagaimana jika dia di jual?
“Huaaa mommy help meee!”
Bruk!
“Im sorry im sorry!” saat hendak berlari setelah menabrak tubuh seseorang, tubuh Serena langsung di tahan oleh kedua tangan kokok itu hingga tertahan.
“Im sorry please let me go. Im sorry im so—“
“Serena?”
Saat namanya di panggil, Serena mendongak dengan mata memerah. “U-uncle Dave ...?” matanya membalak terkejut. Entah perasaan apa yang dia rasakan saat bertemu dengan seseorang yang Serena kenal.
“Serena! What are you doing here?!!”
...💗💗💗...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Eva Karmita
untung apa buntung ya ketemu si Dave ,
heeemm makin penasaran 🔥💪
2022-07-01
0