Di sekolah, tepat di ruang penyiaran, Serena duduk berdampingan bersama Kenneth. Jam istirahat kedua yang harusnya di gunakannya untuk bersantai di kantin bersama sahabat-sahabatnya, malah ia gunakan untuk pergi ke ruang penyiaran.
Serena juga tidak tahu kalau Kenneth—ketua OSIS super sibuk ini berada di ruang penyiaran. Ia kira akan sendirian, tapi ternyata Kenneth menemaninya sekarang.
“Lo sering ke sini?” tanya Kenneth disela kegiatan mengotak-atik alat penyiaran.
“Nggak juga sih, Kak. Kadang kalau aku lagi pengen aja baru ke sini.”
Kenneth mengangguk mengerti. “Gak ada niatan masuk ekskul penyiaran?”
Serena tertawa pelan diiringi gelengan kepala. “Belajar aja udah bikin puyeng, apalagi harus masuk ekskul. Aku gak suka,” balas Serena.
“Yeah, i see.” Kenneth tertawa.
Senyap mulai menyelimuti ruangan kedap suara ini. Serena maupun Kenneth memilih sibuk pada kegiatan mereka daripada mengobrol. Keheningan yang melingkupi keduanya di tengah ruangan, menciptakan suara keras dari jam dinding.
“Btw, Kak, tugas-tugas kemarin gak ada masalah, kan? Aku lupa nanyai, serius,” tanya Serena memecah hening terlebih dahulu.
“Lo ngerjain dengan baik,” jawab Kenneth seakan mengapresiasikan hasil kerja Serena.
“Huh ... lega banget. Aku kira bakal ada masalah, soalnya ‘kan aku gak terlalu pinter mata pelajaran.”
Kenneth mengusap pucuk kepala Serena gemas. “Karena lo juga, gue dapat nilai sembilan.”
Serena terkekeh pelan. “Itu emang dari kamunya yang pinter.”
“Karena udah bantuin gue dapat nilai sembilan, mau makan bareng gue pulang ini?” ajak Kenneth sembari menatap netra Serena lamat-lamat.
“Hemmm.” Serena berpikir sejenak, mengingat-ngingat apakah ia memiliki janji pulang sekolah ini.
“Aku gak yakin. Tapi nanti kalau jadi, aku bakal chat kamu, kok.”
“I'll wait.” Kenneth kembali mengusap pucuk kepala Serena.
...💗💗💗...
“SIRENNN, HALLO!” teriakan super heboh dadi Angel membuat suasana kelas semakin ricuh di detik-detik bel istirahat berakhir.
Kedatangan Angela, Sea dan Rain dari kantin menciptakan suasana heboh lantaran ada saja yang suka menggoda tiga cewek cantik ini. Entah itu dari ketua kelas, atau bahkan anak-anak berandal 11 IPS 2 ini.
“Woi! Ayo jalan pulang sekolah ini. Ada acara di mall. Artis lho yang dateng,” beritahu Angela super antusias.
“Gak tau, Angel. Aku harus izin ke Uncle Dave dulu. Dan juga, Kak Ken ngajakin aku jalan juga.”
Mata Angela langsung melotot mendengar nama ketua OSIS itu di sebut oleh sahabatnya.
“Kak Kenneth maksud lo, Siren? Ih, lo kudu jalan sama dia, serius deh! Gue dukung lo 1000% kalau lo jalan sama dia.”
Sea berdecih. “Itu lonya yang kesenangan, Ngel,” cibir Sea yang di balas anggukan menyebalkan dari Rain.
Angela mendelik sinis pada teman-temannya. “Kalian diem deh ya, ini bisnis gue sama Siren,” katanya sok serius.
“Gak tau, Angel. Aku belum izin Uncle Dave.”
“Uncle Dave, Uncle Dave, Uncle Dave ajaaaa yang lo sebut! Please, Serena. Tuh orang pedofil. Emang sih ganteng, CEO pula, tapi inget umurnya! 27 tahun, Siren!” Angela gregetan dengan Serena, sahabatnya ini terlalu lugu.
“Ya emang kenapa? Uncle kan kayak Daddy aku, anggap aja dia pengganti Daddy sementara,” sergah Serena membela.
“I do not care, girl! Sekarang yang jelas putuskan, lo mau jalan bareng kita, atau jalan bareng kak Ken,” tegas Angela.
“Ngel, lo nyebelin banget,” seloroh Rain ikut kesal.
“Itu keputusan Serena, lo gak harus maksa gitu dong,” tambah Sea menyadarkan Angela.
Angela masih tidak mendengarkan, kukuh pada pendiriannya bahwa Serena harus lepas dari pria bernama Dave itu. Iya, Angel tahu kalau Dave adalah orang yang di kenal baik, itu bukan itu yang menjadi permasalahannya sekarang. Angela enggan sahabat polosnya ini kenapa-napa jika bersama dengan Dave, secara Angela tahu tatapan orang yang lapar.
“Nanti aku tanya Uncle dulu, Angel,” ucap Serena dengan sabar membujuk Angela.
Angela bercedak kesal, lalu bangkit dan duduk di kursi guru—ia merajuk. “Terserah lo!”
Sea dan Rain mendekati Serena.
“Kenapa sih Angel gak suka banget sama paman lo itu, Ser?” tanya Rain heran sekaligus penasaran. Karena memang mereka tidak terlalu tahu dengan paman Serena itu.
“Gak tau. Padahal Uncle Dave baik banget, dia jagain Serena selama Dad Mom gak ada. Kalau gak ada Uncle, mungkin aku bakal ambil cuti sekolah,” jelas Serena panjang.
“Apa karena malam itu? Yang kita ketemu di club. Kalau gue perhatiin sih, emang paman lo itu kayak posesif gitu ke lo, Ser. Tapi gak tau juga ya, itu menurut gue aja.” Sea menjelaskan menurut apa yang ia perhatikan.
“Intinya, kalau emang dia baik, gak masalah. Selagi dia gak macam-macam sama lo, itu artinya dia bener-bener nganggap lo cuma sebagai anak sahabat dia. I hope you are doing well, Serena.” Rain menepuk-nepuk pundak Serena yang terdiam.
...💗💗💗...
“Serena, maaf saya gak bisa jemput hari ini. Tapi nanti sopir akan menjemputmu, jadi tetaplah tunggu di dalam sekolah.”
Suara Dave di telepon membuat Serena mengangguk mengerti mendengar ucapannya. Kakinya yang baru saja menginjak halaman luar sekolah, kini terhenti enggan melanjutkan hingga ke depan gerbang.
“Serena, do you hear me?”
“Eh, iya, Uncle.” Serena beranjak ke tempat yang lebih sepi. “Emm, boleh aku pergi main sama temen-temen?” cicit Serena takut-takut, ragu kalau Dave akan mengizinkannya.
Hening cukup lama di sana, membuat Serena harus melihat layar ponselnya dan masih menayangkan percakapan mereka.
“Dengan siapa?”
Serena menggigit bibir. Dengan siapa? Ia pun bertanya dalam hati. Ada Kenneth dan Angela yang mengajaknya keluar sekarang, jadi siapa yang harus ia sebutkan?
“Sama Angel, Rain, Sea, dan yang lainnya,” jawab Serena akhirnya. Benar, kan? Yang lainnya?
“Kemana?”
Pertanyaan itu membuat Serena kembali bingung. “Ke ... keee ... gak tau, Uncle.”
Dave tertawa di sana, membuat Serena sedikit kaget lalu ikut tertawa juga.
“Iya, boleh. Asal jangan pulang malam, bahaya.”
Serena tersenyum senang, ia mengangguk-anggukan kepalanya. “Janji gak sampai malam. Yey, terima kasih Uncle!”
“Yes you're welcome, Baby Girl.”
Lalu, sambungan telepon berakhir. Serena memasukkan hpnya ke dalam tas, kemudian berlari kembali ke arah parkiran mencari keberadaan teman-temannya.
“Kak Kenneth!” panggil Serena saat melihat Kenneth berjalan menuju motornya yang terparkir di bawah pohon.
“Hai!” sapa Kenneth saat Serena tiba di depannya.
“Ayo pergi, Kak. Aku udah di bolehin, nih!” ajak Serena riang.
Kenneth tersenyum tipis, ikut senang mendengar bahwa Serena setuju jalan bersamanya. “Untung gue bawa helm dua,” kekehnya.
“Tapi bilang ke Angel dulu, soalnya tadi dia ngajakin jalan juga.”
“Ya udah, ayo.” Kenneth menarik tangan Serena untuk menemui Angela dan teman-temannya yang berada tak jauh dari mereka.
“Angel, Rain, Sea!” panggil Serena keras, yang langsung sekali membuat mereka bertiga menoleh ke arahnya.
“Anjir ada kak Kenneth, coii!” super heboh Angela memperbaiki tataan rambutnya.
“Angel, aku jalan bareng Kak Ken. Kalian bertiga aja gak papa, kan?” tanya Serena saat mereka tiba di hadapan teman-temannya.
“Gak papa banget, Siren! Udah sana pergi deh lo jalan-jalan sama Kak Kenneth. Good luck!” Angela mendorong-dorong Serena agar segera pergi.
“Kita pergi dulu ya, Kak! Bye!” Angel kemudian menyuruh Sea dan Rain masuk ke dalam mobilnya.
“Selamat bersenang-senang, Serena! Bye!” Rain dan Sea melambai kemudian masuk bersama ke dalam mobil Angela.
“Bye, guys!” Serena melambai, membiarkan mobil Angela mulai berjalan dan keluar dari parkiran.
“Sekarang?” ajak Kenneth.
Serena mengangguk. “Ayo, Kak!”
...💗💗💗...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments