Di derasnya hujan yang mengguyur ibukota, Dave melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata membelah jalan yang lumayan ramai. Menyelip dengan lihai, bahkan tidak menghiraukan traffic light berwarna merah.
Dave gila-gilaan dalam menyetir mobil mercy-nya, tidak peduli jalanan licin atau apa pun yang membahayakan baginya. Karena pikiran Dave hanya tertuju pada Serena.
“F*ck!” umpat Dave sambil menghantam setir kemudi dengan amarah yang tak terkontrol.
Netranya menatap tajam jalanan, kedua tangannya terkepal kuat, dan dadanya bergemuruh kencang. Sungguh, kebohongan Serena benar-benar membuat perasaan Dave tak karuan—ia marah.
“What are you doing now, Serena?” gertak Dave tajam.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk Dave sampai di lokasi yang Rey berikan. Sebuah pusat pembelanjaan besar, yang sekarang terdengar suara musik keras di tengah derasnya air hujan.
Memarkirkan dengan asal, Dave berlari melewati hujan deras untuk sampai pada pintu masuk mall. Dengan baju basah dan rambut yang meneteskan air hujan, Dave berjalan masuk dengan pandangan mata lurus.
Kedatangannya menjadi pusat perhatian. Orang-orang yang awalnya menonton acara di lobi mall, kini langsung teralih ke arahnya saat kakinya baru saja menginjak ke dalam mall.
Tidak ada yang tidak mengenal Dave, dia adalah sosok yang sangat sering masuk televisi dan media sosial. Perhatian adalah makanannya setiap hari.
“Bos.” Rey mendekat saat melihat Dave berjalan ke arahnya. Laki-laki berwajah datar nan dingin itu memberikan sebuah jaket namun di tepis oleh Dave.
“Dimana gadisku?” tanyanya seakan menekankan bahwa Serena benar-benar miliknya, hanya miliknya.
“Berada di kerumunan bersama laki-laki itu. Dan itu,” Rey menunjuk ke lantai atas, di mana teman-teman Serena berada. “Mereka tidak datang bersama, tapi mereka membiarkan Serena tetap bersama laki-laki itu.”
Dave mengaderkan pandang, menatap kerumunan yang langsung terdengar sangat ricuh. “Di mana?!” bentaknya tak kala menemukan gadis yang ia cari.
“Apa perlu saya membawanya kesini?”
Dave menyorot tajam Rey, membidik wajah dingin itu dengan netranya yang berapi-api. “Aku menanyakan di mana gadisku! Bukan menyuruhmu menyeretnya kesini!” bentaknya keras.
Rey menunduk meminta maaf. Lalu menunjuk di tengah kerumunan, di mana Serena berdiri di depan Kenneth yang seakan melindunginya dari kerumunan yang menyesakkan.
“Sialan!” Dave langsung mengambil langkah mendekati di mana gadisnya berada. Langkah demi langkah ia hela, kerumunan yang semula penuh dan menutupi jalannya—kini langsung terbuka lebar seakan memberi jalan untuk Dave datang segera pada gadisnya.
Serena terlalu fokus pada acara, bibirnya yang manis itu bernyanyi mengikuti nada. Saking fokusnya, Serena tidak sadar akan kehadiran Dave yang sudah berdiri di sebelahnya—memandanginya dengan tatapan sayu.
“Hati-hati di jalan ...” gumam Serena mengikuti lagu. Saat hendak mengangkat tangan mengikuti arahan Tulus, tangan Serena tidak sengaja terkena tubuh Dave.
“Eh maaf—Uncle?!” pekik Serena terkejut saat mendapati Dave berdiri di sebelahnya. Saat ia mendongak, tetesan air dari rambut Dave membuat Serena langsung melotot.
“Astaga, basah! Kok bisa kebasahan sih, Uncle?” tangan Serena bergerak menyentuh rambut Dave dengan kekhawatiran yang kentara di netra coklatnya.
Dave menggenggam tangan Serena, namun matanya menatap dingin pada seseorang di samping gadisnya—yang juga menatapnya tak kalah sinis.
“Ayo pulang, Serena,” tekan Dave pada ucapannya, seakan kata pulang punya arti kepemilikan.
“Tapi kenapa? Aku belum selesai nonton,” balas Serena langsung berubah lesu. “Uncle kenapa? Kok basah? Kehujanan di mana?”
Dave tidak memedulikan pertanyaan Serena yang saat terdengar cemas dan heran. Hanya satu yang Dave inginkan sekarang, pergi dari sini dan mengurung gadisnya bersamanya.
“Serena, siapa?”
Serena menoleh ke samping di mana Kenneth berada, ia memaksakan senyum saat merasakan aura aneh di sekitarnya. “Paman aku, Kak,” jawabnya.
“Kenapa dia di sini?” seakan menantang, dan Dave sangat membenci itu.
“Ayo pulang, Serena. Saya kedinginan.”
Serena benar-benar berada di situasi yang tidak mengenakan. Di kerumunan yang kini mayoritas menatap ke arahnya, membuat Serena merasa terpojok seakan melakukan sebuah kesalahan. Dave menahan tangannya, tapi di sisi lain ada Kenneth yang menatap seakan mengatakan jangan pergi.
Serena bingung.
“Serena ...” suara rendah Dave terdengar mendayu di telinga Serena, membuat bulu kuduk Serena sedikit merinding.
“Kak, kayaknya aku bakal—“ belum sempat Serena melanjutkan ucapannya, Dave sudah menariknya pergi menjauhi Kenneth yang terdiam di tempat.
“Eh, tunggu, Uncle!” tahan Serena, namun Dave tidak mendengarkan. Dengan panik, Serena menatap ke belakang di mana Kenneth masih diam, tangan bebas Serena melambai dan bibirnya tersenyum tulus.
“Makasih ya, Kak, buat traktiran sana jalan-jalannya!! Lain kali aku traktir!” teriak Serena saat dirinya kian jauh di tarik Dave dari Kenneth.
Belum sempat memahami apa masalah Dave sekarang, tiba-tiba jaket yang diberikan Kenneth pada tubuhnya langsung terlepas dan jatuh ke lantai.
“Eh, Uncle!” panik, Serena hendak mengambil jaket milik Kenneth itu, tapi tangannya di tarik kuat dan kini tubuhnya di gantikan dengan sebuah jas yang di berikan oleh Rey.
“Uncle ... kenapa?” Kebingungan, Serena menatap sisi wajah Dave yang terlihat sangat dingin dan datar. Serena takut.
Bahkan sampai mereka berjalan keluar memecah hujan bersama Rey yang memayungi mereka, Dave masih membisu. Hingga pada akhirnya, Serena pasrah di tarik Dave masuk ke mobil, lalu mesin dinyalakan—dan melesat membelah jalan.
“Uncle ... Serena takut,” gumamnya gemetar saat Dave melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, bahkan tangannya kini kembali di genggam kuat oleh Dave.
...💗💗💗...
“Anjir! Keduluan tuh pedo!” umpat Angela saat mereka tiba di lantai bawah saat melihat Serena di seret oleh Dave.
“Gegara lift sama eskalatornya penuh, sih! Siren jadi kebawa sama tuh pedofil, kan!” sambungnya masih dengan sebuah rutukan.
“Sstt, jangan bicara macam-macam, Ngel! Lo liat, kamera ada dimana-mana sekarang, nyorot ke Dave sama Serena,” bisik Rain pada Angela yang lepas kontrol memaki Dave di tengah kerumunan para fans Tulus sekaligus fans Dave Charles.
“Bodo amat! Orang bener kok kalau dia pedofil!” bukannya malah mereda, amarah Angela malah makin meletup-letup, suaranya makin keras saja.
“Udah, mending kita samperin Kak Kenneth. Tanya kenapa.” Sea menengahi, yang langsung di setujui oleh Rain.
Mereka bertiga kemudian berjalan ke arah Kenneth yang memungut jaketnya di lantai—yang di hempaskan Dave dari tubuh Serena.
“Kak!” panggil mereka, yang langsung membuat Kenneth menoleh ke sumber suara.
“Oh, kalian.”
“Kenapa lo biarin Siren pergi sama tuh orang sih, Kak?!” semprot Angela sesaat mereka baru saja tiba di hadapan Kenneth.
“Sut! Lo malah nyalahin Kak Kenneth. Aneh lo, Ngel!” sentak Sea emosi.
“Dia pamannya, kan? Gue gak berhak nahan dia buat tetap tinggal sama gue,” jawab Kenneth logis.
“Dia bukan pamannya,” sergah Rain membuat Kenneth langsung menatap ke arahnya. “Dia cuman sahabatnya Daddy Serena, mereka gak keluarga.”
Kenneth langsung terdiam, matanya menatap jaket yang sempat Serena gunakan—yang sekarang ia pungut di lantai sebab di lepaskan dengan sengaja. Pelan, bibir Kenneth tersungging senyum tipis dan misterius.
“Boleh gue tau lebih detail tentang paman Serena itu?” tanyanya dengan smirk.
...💗💗💗...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments