My Little Girl
Hello✋ selamat datang di cerita aku ya💖
panggil aku Bunny, not Thor, Author, Kak, atau apapun itu ya. Call me Bunny right now🐰💗
okey, happy reading and enjoy my story💘
REVISI ULANG
***
Presensi pria bersetelan tuxedo berwarna hitam di tengah-tengah acara membuat seluruh atensi para undangan tertuju hanya padanya seorang. Figur tinggi nan tampan itu berhasil menyita seluruh perhatian yang semula tertuju pada sepasang suami istri di tengah-tengah tempat acara.
Pria bersetelan serba hitam itu berjalan menuju tengah tempat acara—di mana pemilik acara ini berada. Sepanjang langkah yang dia hela, tatapan kagum tak henti-hentinya tersorot padanya, bahkan ada yang terang-terangan memuji parasnya yang tampan.
Tapi tentu saja, Dave Charles adalah figur sempurna yang di kenal dengan ketampanan dan sifat ramahnya pada siapa saja. Buktinya saja sekarang, semua orang dia senyumi saat kakinya lewat di depan mereka, yang kian malah membuat kesan tentang seorang Dave Charles semakin baik saja.
“Hei, dude. Kau selalu membuatku kesal atas semua perhatian yang kau curi. Seharusnya aku tidak mengundangmu.” Louis Reynard memutar bola mata saat mengatakannya, menatap sedikit jengkel pada pria 7 tahun lebih muda darinya, yang selalu terlihat sempurna di mana pun dia berada.
“Semua orang tau pemandangan yang layak di kagumi,” lontar Dave santai. Dia lantas menyodorkan papper bag berwarna gold ke arah sahabatnya itu. “Happy wedding anniversary, brother. Buat Kak Florez bahagia terus.”
Lantas Louis tertawa kecil, dia ambil hadiah itu lalu menepuk pundak Dave gemas. “Sampai umur pernikahan kami 100 tahun sekalipun, aku akan tetap membuat Florez bahagia.”
Dave berdecih saja, bucin satu ini tentu tidak perlu di ragukan semua kata-katanya. Menatap ke belakang di mana Florez Ivander menatap ke arahnya dengan senyum hangat, Dave ikut tersenyum dan menghampirinya.
“Selamat hari jadi pernikahan, Kak. Selama ini Louis tidak menyakitimu, kan?”
“Hentikan tuduhanmu, jerk!” umpat Louis kesal.
Tawa Florez Ivander mengudara dengan manis, matanya yang bulat bernetra cokelat itu menyipit karena tawanya yang geli. Semua orang yang melihat Florez Ivander akan berpikir dua kali untuk mengalihkan pandangan dengan cepat dari parasnya yang cantik, rasanya pasti ingin berlama-lama menatap wajah rupawan perempuan itu.
“Thanks baby boy! Oh, iya, mau minum?” Florez menyodorkan gelas yang dia ambil dari meja di sampingnya.
“Sure.”
Louis mendekat, merangkul posesif pinggang Florez kala Dave betah lama-lama dengan istrinya. “Jika tidak dijaga, tuan Charles akan mengambil wanita ini dariku. Dia itu perebut!”
Cih! Dave memutar bola mata jengah. “Tidak usah berlebihan. Aku tidak tertarik dengan istri orang.”
“Bagus kalau gitu.”
Florez tertawa. Perkelahian antara suami dan sahabatnya itu memang selalu terjadi bila mereka bertemu. Dari hal-hal kecil saja selalu ada pertikaian yang muncul, heran bagaimana bisa mereka berteman selama ini.
“Lapar, Dave? Ada banyak ma—“
Bruk!
“Aaawshh!!!”
Suara gaduh dari belakang membuat seluruh perhatian tertuju ke arah sana. Presensi gadis bersurai cokelat yang terjatuh dengan keadaan lutut dan telapak tangan menyentuh tanah itu membuat keadaan menjadi panik apalagi saat Florez dan Louis memekik cemas.
“Oh, God, Serena!”
Kaki Dave hendak ikut menghampiri ke sana, tapi saat nama itu menyapa telinganya, tubuhnya terasa beku dan kakinya keram secara tiba-tiba. Netranya yang hangat, berubah tajam tak kala kepala yang menunduk itu mendongak menatap orang tuanya dengan netra yang sedikit berair.
God ... She’s really cute!
“It hurts, Mom ...,” adunya dengan bibir mencebik.
“It’s okay, honey.” Florez membantu mengangkat putrinya itu dan memeriksa bagian yang terluka. “Cuman luka kecil, gak papa, kok.”
“Tapi pedih. Gimana kalau Serena gak bisa jalan?”
“Daddy bakal gendong Seren ke mana pun Seren mau.” Demi putrinya itu tidak menangis, Louis menenangkan secepatnya.
“Botol Serena pecah ...” jarinya yang mungil menunjuk ke arah botol yang sudah berhambur isinya ke tanah, menyebabkan keadaan tampak berantakan.
“Nggak papa, nanti beli lagi.” Louis buru-buru mengangkat tubuh putrinya dalam gendongannya, lantas meminta maaf karena sudah membuat kekacauan.
“Kita obatin dulu yuk ke dalam.” Florez masuk duluan ke dalam rumah, mengambil kotak P3K yang berada di dapur, lalu duduk di atas kursi meja makan.
“Sini Mom obatin.” Dengan cekatan dan telaten—seakan sudah terbiasa mengobati—Florez membersihkan luka di beberapa bagian tubuh Serena, lalu memberi obat merah dan menutup dengan plaster.
“Gimana bisa jatuh sih, sayang?” Louis bertanya, padahal tanpa bertanya sekalipun dia sudah tahu penyebab terjatuhnya gadis remaja ini.
“Kesandung sendal tadi, Dad. Liat deh, sendalnya gede banget, sih.” Ia angkat satu kakinya, menunjukkan pada kedua orang tuanya sendal apa yang dia pakai.
“Gak heran kalau jatuh.” Louis mendesah gemas. Bagaimana tidak jatuh kalau pakai sendal tidur, yang sialnya memang kebesaran di kaki putrinya.
“Iya, Dad, sendalnya tuh.”
“Okay, stop it. Sudah bahas sendalnya. Sekarang Serena balik ke kamar aja, ya?” suruh Florez sembari mengusap surai panjang Serena, menatapnya penuh kecemasan.
“Mau Daddy antar?”
Serena menggeleng cepat, dia lantas menatap ke luar di mana orang-orang berpesta di belakang rumahnya. Musik yang asyik, membuat Serena penasaran dan ingin bergabung juga.
“Serena udah cantik gini, Mom. Masa gak ikut party, sih?” dia tunjukkan pakaiannya, gaun sebatas lutut berwarna peach dan sendal tidur kebesarannya pada orang tuanya. “Serena bahkan dandan!”
“Yes, i know, baby. Tapi di luar terlalu banyak orang, kamu bisa jatuh lagi kalau ke sana. Kamu tau kalau kamu ceroboh, kan?” Florez menjawil hidung Serena.
“Serena bisa hati-hati. Boleh ya, Dad, Mom?” dia pasang puppy eyes paling ampuh yang dia miliki, namun saat gelengan Florez menjawab, Serena kembali cemberut.
“Dad ...,” adunya merengek.
“Iya, ayo ke belakang.” Louis terkekeh pelan saat Florez melototinya, perempuan itu terlalu over. “Go! Party time, baby?”
“Of course yes!!” dengan semangat membara, Serena bangkit seakan tidak terjadi apa-apa pada tubuhnya. “Party time with Daddy and Mommy, yey!!”
Figur cantik bertubuh mungil itu berlari meninggalkan kedua orang tuanya terlebih dahulu, senyumnya mengembang begitu lebar.
“Gak papa, sayang. Serena udah gede, udah kelas sebelas, tuh!” Louis berusaha membuat kecemasan pada Florez berkurang tentang kecerobohan putri mereka. Dengan hangat pria bermata abu-abu ini membelai surai istrinya.
Thup!
“Aw! Maaf-maaf salahnya aku...”
Pekikan itu kembali membuat atensi berlebihan dari Florez Ivander kian meledak. Buru-buru dia berlari menghampiri putrinya yang berdiri di depan pintu dapur.
“Ya ampun, Seren. Sampai kapan kamu gak buat Mommy cemas?”
Serena menunduk sembari mengusap jidatnya yang berbentur dengan dada seseorang. Itu sakit, tampaknya dada itu terbuat dari besi.
“Ketabrak, Mom. Seren gak liat.”
Perempuan bergaun peach itu mendongak untuk menatap korban yang dia tabrak. Pria asing berwajah hangat itu menarik seluruh perhatian Serena saat ini, menatap tiap inci wajah tanpa senyuman itu. Netra hitam pekat itu seakan siap menerkam Serena yang terus memperhatikan wajahnya.
“Im sorry, uncl—“
“Serena Kyntia Reynard, right?”
“Yes! Its me!” secara spontan Serena menyahut saat namanya di sebut. Alisnya menyatu, menatap penuh tanya pada pria dewasa yang kini menatapnya begitu dalam.
“Hello my Princess.”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Nur Syahirah Pazil
Hai Bunny
2023-08-30
0
Good Reader
hy bunny
2023-03-22
0
Fajarr Anggita
masih menyimak
2022-08-07
0