Presensi Dave Charles bersama Serena Kyntia di rumah kediaman Louis, menyebabkan keheranan dari kedua empu pemilik rumah. Di ruang tengah, tepatnya di sofa, Louis dan Florez menatap penuh tanya pada putrinya juga sahabatnya yang datang bersama pagi ini.
“Jadi, bisa jelaskan bagaimana kalian bisa datang bersama?” tanya Florez memecah keheningan yang bersemayam beberapa menit lalu.
“Hemm begini loh, Mom. Serena ‘kan nginep di tempat Angel, terus waktu Serena keluar rumah Angel, Uncle Dave ternyata ada di depan pagar rumah Angel. Jadi gitu deh, Serena pulang bareng aja sama Uncle,” tutut Serena penuh keseriusan, berharap lebih kalau kedua orang tuanya akan percaya.
Dave menatap gadisnya dengan seulas senyum tipis, menikmati semua kebohongan yang keluar dari mulut Serena.
“Tau dari mana Dave rumah Angel?” Louis bertanya heran.
“Aku bukan orang bodoh, brother.”
Louis berdecih sinis.
Lantas, keheningan pun mulai kembali menggerogoti. Serena sibuk dengan pikirannya, sedangkan orang-orang di sekitarnya pun Serena tidak tahu kenapa diam. Tapi sungguh, Serena merasa lega sekali ternyata orang tuanya tidak menanyakan hal-hal lain yang menyangkut acara menginap Serena di rumah Angel—tapi nyatanya dia menginap di rumah Dave.
“Serena sayang.” Tiba-tiba Florez berpindah duduk di samping Serena, wajahnya terlihat khawatir. “Serena mau dengerin ucapan Mommy, kan?”
Secara otomatis, Serena terserang overthinking.
“A-apa ya, Mom?”
“Begini ...” Florez usap jemari Serena yang berada di paha, lalu menggenggamnya erat. “Ternyata perusahaan cabang di Jerman mengalami masalah sehingga Daddy yang harus turun tangan datang ke sana. Jika saja ini hanya masalah kecil dan bisa di selesaikan dengan cepat, mungkin Mommy akan tinggal-atau kamu yang akan ikut.”
Serena mengernyitkan dahi, bingung dengan situasi.
“Tapi ternyata membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan masalahnya, jadi Mommy harus ikut dan kamu sedang sekolah.”
“Terus?” jangan salahkan ketololan Serena, ini sebab ibunya terlalu bertele-tele.
“Untuk sementara kami pergi, kamu mau ‘kan tinggal dengan Uncle Dave?” tukas Louis mempercepat obrolan.
“Eh, kenapa harus Uncle Dave?” tanya Serena bingung. “Ada bibi juga kan di rumah. Serena bisa tinggal sama bibi.”
“Serena sayang ... Mommy tidak bisa meninggalkan kamu sendirian tanpa pengawasan jelas di rumah. Kalau kamu dengan Uncle Dave, mungkin Mommy sedikit lega karena Uncle pasti menjagamu. Mau kan sayang?” bujuk Florez penuh kelembutan.
Serena menatap Dave, ada keraguan dalam pancaran matanya. “Uncle mau?”
Dave langsung tersenyum. “Of course yes, girl!”
“Mau, kan?” bujuk Florez lagi.
Serena mengangguk. “Iya, Serena gak papa tinggal sama Uncle.”
FLorez tersenyum lega, lantas dia peluk putri satu-satunya ini penuh kasih sayang. “Bersama Uncle Dave, kamu pasti baik-baik saja.”
Mendengar itu, Dave tertawa dalam hatinya. Hell, seharusnya yang mereka takutkan adalah Dave, sebab gadis yang menjadi putri mereka itu adalah perempuan yang Dave cintai. Namun, Dave senang. Dengan begitu, usaha untuk mendapatkan gadisnya akan jauh lebih mudah.
“Welcome to my house again, Serena,” bisik Dave dalam hati.
...💗💗💗...
Malam pukul delapan, Serena mengantarkan orang tuanya ke bandara. Perasaan enggan di tinggal, membuat hatinya resah. Ini pertama kalinya Serena di tinggal pergi jauh dan lama, mungkin ini akan menjadi pengalaman baru untuknya.
“Hati-hati di sini ya, sayang. Jangan bandel, jangan sering main hp kalau jalan, hati-hati di sekolah, jangan sampai luka lagi. Mommy akan sering menghubungi kamu, jadi jangan begitu sedih ya?” Florez memeluk putrinya erat, seakan enggan berpisah jauh dari gadis kecilnya.
Serena mencebik sedih, ia dekap erat wanita cantik yang hampir menangis ini. Rasa enggan mengizinkan mereka pergi, rasa sedih, juga perasaan takut, mendominasi Serena saat ini. Semua pikiran buruk bersemayam dalam pikirannya seakan tanpa orang tuanya, Serena sulit untuk menjalani kehidupannya.
Florez dahulu melerai pelukan mereka saat suara operator pesawat terdengar penuh persiapan. Perlahan, wanita ini menangkup pipi putrinya, menatap netranya penuh kesedihan.
“Mommy gak akan lama, Mommy pastikan itu. Tetap sehat tanpa Mommy di sini, sayang. Ingat, selalu hati-hati.” Kecupan bertubi-tubi Florez layangkan pada seluruh permukaan wajah putrinya hingga ke pucuk kepala, lalu memeluknya lagi sebentar.
“Jaga kesehatan di sini ya anak manis. Maaf harus meninggalkan kamu.” Louis memeluk Serena sebentar, lalu mengecup pucuk kepala putrinya penuh sayang.
“Daddy sama Mommy hati-hati, kabarin Serena kalau udah sampai di sana.”
Suara operator terdengar kembali menyuarakan pesawat yang mereka tumpangi akan segera lepas landas. Sehingga, dengan berat hati, Florez mengambil alih tas yang di pegang oleh Dave sedari tadi.
“Mommy pergi dulu ya cantik,” pamit Florez untuk ke sekian kali, melambai sembari kaki mulai melangkah menjauh.
Serena melambai juga, raut wajahnya penuh kesedihan dan matanya siap mengeluarkan beningnya. Serena sedih, sebab ini pertama kalinya dia di tinggalkan oleh orang tuanya sejauh dan selama ini.
“Hey, girl. Don’t cry.” Dave merangkul pundak Serena, tangannya yang kosong bergerak menyentuh dagu gadisnya agar menengok dan mendongak menatapnya. Lalu, Dave tiup wajah itu dengan kekehan kecil yang keluar dari mulutnya.
“Cute, baby,” ucap Dave jujur.
Serena cemberut dengan tangan menghapus beberapa bulir air mata di pipinya. “Uncle pernah di tinggal jauh gini gak sama orang tua Uncle?”
Dave tersenyum tipis, menarik Serena untuk berjalan keluar. “Sering. Ah, bukan sering lagi, tapi memang selalu.”
“Why?”
“Because they work?” Dave menggidikkan bahunya singkat. Tanpa sadar mereka sudah sampai di mobil. “Mau makan dulu?” tanyanya mengalihkan topik.
“Yes. McDonald’s, now.”
Sontak, ucapan itu menghantarkan Dave pada tawa geli sekaligus gemas. "Yes, Princess. As you wish.”
Mobil mulai melesat meninggalkan bandara, bersamaan dengan pesawat milik orang tua Serena yang juga terbang. Dengan itu, Serena menatap kepergian mereka dengan tatapan sedih. Tangannya menyentuh kaca mobil, menatap lamat-lamat burung besi yang sudah terbang tinggi.
“Serena, you okay?” Dave menyentuh tangan Serena yang berada di pahanya, lalu menggenggamnya.
“Bolehkan Serena bilang kalau Serena gak baik-baik aja?”
Dave terdiam, tidak ada ucapan yang keluar dari mulutnya.
“But, Serena's sadness has disappeared a bit. Because Uncle.” Ia tersenyum, balas menggenggam tangan Dave.
...💗💗💗...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments