“Happy, hm?”
Serena meringis saat Dave melontarkan pertanyaan lagi yang terdengar begitu ambigu. Perasaan tak enak menggerogoti Serena, rasa bahwa Dave mengetahui apa yang dia lakukan tadi.
“Uncle kapan pulang? Hahaa.” Canggung sekali, Serena sampai menggigit bibirnya takut-takut.
Dave bangkit dan berjalan mendekati Serena, tatapannya yang teduh namun gelap itu menghunus intens wajah gadisnya yang juga menatapnya dengan netra yang sengaja di buat sendu. Dave tahu, Serena-nya ingin membuatnya luluh.
“Tentu saja siang tadi, sebab saya sudah merindukan gadis nakal ini,” balas Dave dengan senyum jahil.
“U-uncle tau, ya ..?” cicit Serena lemas. Sudah ia duga, Dave akan selalu mengawasinya sekalipun Serena tidak merasakan kehadirannya.
“Tadi itu Serena nabrak cowok di sekolah, terus jatuhin laptopnya dia. Jadi Serena kudu ganti rugi, lah. Serena nemani dia beli sama ngerjain tugas yang gak dia simpen di plasdist. Niat Serena baik kok, bertanggung jawab,” jelas Serena panjang super gamblang, ia bahkan memikirkan apakah ada yang tertinggal dalam penjelasannya.
“Hemm ... Uncle gak akan kasih tau Mommy kan kalau aku pulang malam sama cowok? Tapi kan aku lagi bertanggung jawab, masa salah sih?” ia merengut kesal, padahal tidak ada yang menyudutkannya saat ini. Seperti biasa, Serena Kyntia akan selalu berlebihan di situasi apa pun.
“Terus, kamu mau bertanggung jawab sama saya sekarang?” bisik Dave sembari mengusap-usap pipi dingin Serena, memberikan sensasi hangat di kulitnya yang tipis.
“Tanggung jawab apa? Serena gak buat salah sama Uncle, kok,” tukasnya cepat.
“Ada. Kamu buat saya cemburu, Serena.”
“Hah? jealous, what ...?” tanyanya kebingungan.
Dave menghela nafas dan menjatuhkan kepalanya ke bahu Serena, menghidup aroma yang sedikit berbeda dari biasanya. “There isn't any,” balasnya singkat.
“Ih, kenapa sih, Uncle? Aku bingung tau.” Serena mencebikkan bibirnya.
“Bukan apa-apa. Kamu lapar? Ayo makan bersama.” Dave menarik diri lalu berjalan ke meja makan, duduk dengan tenang sembari menunggu bibi mengambilkan makanan untuknya.
“Gak jelas!” protes Serena.
Dave terkekeh. “Cute!”
Serena duduk di depan Dave, tetapi ia mengambil makanannya sendiri alih-alih bibi yang mengambilkannya. Soalnya porsi Serena itu hanya bisa di kira oleh dirinya sendiri.
“Uncle, yang aku cerita tadi jangan bilangin ke Mommy ya. Nanti pasti aku gak di bolehin kemana-mana lagi,” pinta Serena sungguh-sungguh.
“Bagus kalau kamu gak di bolehin kemana-mana lagi. Jadi langsung pulang ke rumah.”
“Gak bisa gitu dong, Uncle! Aku kan pengen bebas juga, mumpung tinggal bareng Uncle. Janji ya gak bakal ngasih tau Mommy.”
“Heemmmmm,” sahut Dave menyebalkan.
“Ish! Serius! Janji ya!” Serena mengacukan jari kelingkingnya ke depan, meminta Dave menyambutnya.
“I promise, Princess.” Dave gapai tangan Serena, gadis itu pun tertawa senang.
“Nanti malam, mau jalan-jalan sama saya?” ajak Dave.
“Tapi ini kan udah malam.”
Dave langsung tergelak detik itu juga, gemas sekaligus geli mendapati jawaban tak terduga dari gadis yang super repot dan heboh ini. “Yeah right, it's already night,” kekehnya.
...💗💗💗...
Serena pikir, rumah ini terlalu mengerikan untuk bepergian malam-malam di sekitarnya. Tapi ternyata tidak, ini jauh di luar ekspetasi Serena. Lampu taman yang banyak hingga tempatnya menjadi terang dan cantik, kolam ikan cukup besar, dan kandang binatang di belakang rumah menjadi tujuan utama Serena malam ini.
Bersama Dave tentu saja—pemilik rumah megah ini mereka berjalan mengelilingi taman utama. Tempat yang menarik seluruh perhatian Serena adalah kandang binatang yang berisikan landak, rusa, elang, merak, dan beberapa binatang yang tidak Serena lihat dengan jelas. Selayaknya kebun binatang, hanya saja tidak terlalu banyak binatang besar.
“Mereka gak pernah kabur, Uncle?” tanya Serena sembari sibuk memberi makan rusa.
“Bagaimana bisa mereka kabur?” Dave menatap sekelingnya yang di ikuti Serena juga. “Terlalu ketat bukan?”
Serena tertawa dan mengangguk. “Pasti kalau mereka kabur, bakal ketangkep sama orang-orang berbadan besar itu. Kasian gak bisa kabur," ledeknya.
Dave tertawa, mencubit pipi gadis ini gemas. “Seperti kamu,” ucapnya dengan netra menatap dalam-dalam wajah cantik Serena.
“Maksudnya?”
“Kamu mau coba kasih makan landak?” Dave mengalihkan pembicaraan, segara dia tarik pelan tangan Serena membawanya masuk ke kandang landak.
“Takut, Uncle. Bulunya itu lhoooo, kalau dia takut pasti dia kayak mau nyerang pakai bulunya gitu.”
“Masaaa?? Kata siapa?”
“Kata si Otan. Ada videonya juga kok,” jawab Serena serius. “Gak usah deh, Uncle. Mending kasih makan merak aja? Pasti cantik liat bulu-bulunya.”
Dave menggenggam jemari Serena. “Kalau malam gini meraknya tidur.”
“Masa, sih? Kata siapa?”
“Kata si Otan.”
Serena langsung mendengkus mendengarnya, namun sedikit tertawa saat Dave membalik kata-katanya. “Nyebelin!” katanya dengan bibir manyun.
Dave terkekeh, menikmati setiap ekspresi apa pun yang gadisnya ini tunjukan. Sangat menggemaskan, sekalipun saat dia tengah marah. Tolong bantu Dave untuk sadar, bahwa Serena tidak mungkin bisa membalas perasaannya. Yang bisa Dave lakukan untuk saat ini hanyalah menikmati tiap inci pahatan sempurna gadis itu, menatap tiap ekspresinya penuh cinta.
Ugh! Dave sudah jatuh terlalu dalam pada pesona gadis belia yang bahkan belum genap 17 tahun ini.
“Rumah Uncle lengkap banget. Kebun binatang ada, tempat olah raga ada, tempat karoke ada, tempat buat liat bintang ada, taman bunga juga ada. Apa sih yang gak Uncle punya?”
“You,” bisik Dave sebelum menarik Serena dalam pelukannya.
“Eeehhhh, gimana maksudnya??” dalam dekapan Dave, Serena kebingungan. Ia berusaha melepas pelukan Dave, tapi itu terlalu kencang dan dalam. “Uncle ... why? Kenapa tiba-tiba?”
Tolong, kenapa gadis ini sangat polos dan lugu? Mengapa dia tidak mengerti tentang semua yang Dave lakukan padanya? Ini membuat Dave merasa bersalah, sebab rasanya salah melakukan hal ini pada gadis yang tidak mengerti.
“Dingin. Gak papa kan saya peluk kamu?” bukannya melepas dekapannya saat berpikir ini salah, Dave malah kian kuat memeluk.
Bibir Serena entah kenapa langsung melengkung perlahan-lahan, menciptakan senyum lebar yang geli. “Ugh! Baby besar kedinginan. Hihihi, so cute Uncle Dave!” gemas, Serena balas pelukan Dave dan juga mengusap-usap punggungnya.
Jantung Dave berdebar kencang, matanya memanas dan hatinya terasa sesak. Pelukan Serena bukan berarti apa-apa, hanya sebuah dekapan sayang untuk paman yang sudah menjaganya.
“Tetap seperti ini, ya? Saya benar-benar kedinginan.”
...💗💗💗...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Wisu Mmhwilman Ilham
bilang aja suka atw cinta lalu beri pengertian tuh serenanya,msa blm mengerti hal tentang masalah cinta umur udh 17 jln pasti tau lh mslh suka pda pria
2022-06-17
0