Dalam keadaan sedikit murung, Serena turun dari lantai atas lengkap dengan sepatu dan tas sekolahnya. Seragam hari Senin melekat dengan rapi di tubuhnya, gelang berwarna hitam di lengan sebelah kirinya terlihat sangat cantik di tangannya yang putih. Tak luput juga, jam tangan berwarna putih di tangan kanannya.
Rumah sebesar ini, membuat Serena sedikit bingung di mana ruang makannya. Untung saja ada banyak ART yang berlalu lalang, mereka juga ada yang menunggu Serena, seakan memang di perintahkan untuk membawa Serena ke meja makan.
Setia inci rumah ini sangat sulit untuk Serena ingat. Begitu luas dan juga mewah. Serena bertanya-tanya, apa pekerjaan Dave hingga memiliki rumah sebesar ini. Daddynya saja memiliki perusahaan dimana-mana, tapi tidak memiliki tempat tinggal utama sebesar ini.
“Silahkan duduk Non, Ser.”
Serena tersadar saat mendengar suara bibi yang membawanya kemari. Dan saat itu juga, Serena menyadari bahwa Dave sudah duduk tenang di kursinya, menikmati roti tanpa selai di hadapannya.
“Morning Uncle Dave!” sapa Serena riang, namun tidak menampik rasa takut karena terakhir kali Dave terlihat marah padanya.
“Morning too baby girl.” Dave mendongak, bibirnya tersungging senyum manis.
Serena lantas duduk di kursinya, mulai merasa lega saat Dave mau merespons sapaannya.
“Uncle ... tentang semalam ...”
“I’m sorry, Serena. Saya tidak seharusnya membuat kamu bingung.” Dave menatap Serena tak enak hati, memancarkan aura menyesal di netra gelapnya.
“It’s okay, Uncle! But, It is my fault. Serena minta maaf ya kalau ada salah. Jangan usir aku, ya, Uncle? Nanti aku tinggal sama siapa?”
Secepat itu membuat mood pagi Dave kembali naik dan terasa bahagia. Hanya dengan melihat wajah lugu dan sedih gadisnya, membuat bibir Dave melengkung penuh gemas.
“Cute!” seru Dave dengan tangan terkepal di udara, gemas sekali.
“Hehe, Uncle gak ma—EEEHHH WAIT!!” Serena menggapai tangan Dave, menariknya mendekat lalu melotot saat melihat luka di tangan Dave. “OH MY GOD!” terlalu lebay, tapi begitulah Serena.
“Gak papa, Serena. Cuman luka kecil.”
“Luka kecil???!!” Serena memekik tak percaya, dia juga menunjuk-nunjuk luka Dave. “Ini super besar dan banyak! Serena aja kalau udah luka gini, pasti di bawa ke rumah sakit sama Mommy,” ucapnya bercerita.
Dave tertawa. “Itu karena kamu sering terluka.”
Serena menjentikkan jarinya, mengapresiasi ucapan Dave yang sangat relate dengan dirinya.
“Bentar, Serena obatin.” Buru-buru, Serena membuka tas sekolahnya lalu mengeluarkan kotak P3K berukuran kecil dan menaruhnya di atas meja makan.
Dave terkekeh pelan melihat kotak obat itu, tapi segera ia tarik tangannya. “Sarapan dulu. Nanti gak sempat.”
Serena keras kepala. Dia rampas tangan Dave kembali, lalu memegangnya penuh hati-hati. “Sakit banget gak, Uncle?” tanyanya dengan wajah meringis.
“Lebih sakit dicuekin kamu, Serena.”
“Ish! Gak lagi becanda!” Serena mendengkus.
Dave tergelak.
Kemudian, dengan ringkas ia ambil kasa dan obat merah, menyentuhkan ke luka di punggung tangan Dave sembari meringis-ringis. Dave tertawa melihat itu, juga menikmati saat gadisnya dengan serius mengobati luka yang ia ciptakan karena lepas kontrol tadi malam.
Cantik sekali. Begitulah yang selalu Dave pikirkan setiap melihat wajah Serena.
“Wait, Serena ...” Dave menahan tangan Serena yang hendak melilitkan kasa lebih tebal di tangannya. Jika tidak Dave tahan, mungkin balutan lukanya bisa menjadi sarung tinju.
“Udah cukup,” ucap Dave.
“Belum selesai, Uncle. Nanti makin sakit.” Dia kembali melanjutkan.
“No, Serena. Sudah, ini sudah cukup.” Dengan lembut, Dave menarik tangannya lalu mengambil plester untuk merekatkan kasanya. “Ini sudah cukup.”
Serena akhirnya berhenti, dia mengangguk dan membersihkan kotak obat. “Gak di bawa ke rumah sakit aja, Uncle?”
Dave menggeleng, ia usap surai Serena melepas semua kerisauan di wajah cantik itu. “Hanya luka kecil. Bukan masalah besar sayang. Sekarang sarapan, nanti kamu terlambat.”
“Oke deh!”
Usai itu, Dave hanya menjadi penikmat wajah serius Serena saat makan makanannya. Rasa lapar yang masih ada tadi, kini berubah menjadi kenyang saat melihat gadisnya makan. Terlebih, ada rasa gemas melihat tangannya yang di perban sedikit tebal, seperti luka patah tulang saja.
Gadisnya ini, memang luar biasa menggemaskannya.
...💗💗💗...
“Angelaaaaa!” Serena merengek dengan bibir mencebik saat Angela meninggalkannya di toilet sendirian. Terlihat juga Angela berlari ke koridor menuju kantin, sengaja menjahili Serena.
“Awas aja kamu!” Serena berlari mengejar Angela yang tertawa di depan saja, melewati banyaknya siswa yang berlalu lalang di koridor.
“Serena ih! Tungguin!!” sebal, Serena mengerucutkan bibirnya.
“Buruan lelet! Entar gak kebagian nasi goreng Mbok Minah gue!” teriak Angela tanpa menghentikan larinya, dia hanya sedikit menoleh.
“Ish! Angela nyebelin!” dengan begitu, Serena tetap berlari mengejar laju kaki Angela.
Bruk!
Prang!
“Ya ampun maaf!” pekik Serena super kaget saat dirinya menyenggol bahu seseorang sehingga menimbulkan suara jatuh yang kencang. Dengan mata membalak, Serena menutup mulutnya melihat laptop yang terlihat kacau di lantai.
“Ya ampun, maafin aku ...! Serius gak sengaja,” ucapnya super panik nyaris menangis. Buru-buru Serena berjongkok, mengambil laptop yang pecah itu dengan tangan bergetar.
“Gak papa,” ucap sosok yang Serena tabrak itu dengan santai, seakan memang bukan hal yang besar.
Serena mendongak dengan mata berkaca-kaca, tidak sengaja juga dia melihat lambang di sisi lengan baju laki-laki itu, yang menandai bahwa dia kelas dua belas. Sungguh! Serena makin gemetar.
“Kak ... serius aku gak sengaja. Berapa harga laptopnya, Kak? Aku ganti.” Serena mengeluarkan uang di dalam saku seragamnya, namun meringis nyaris kian menangis saat tersodor uang lima puluh ribu saja.
“Hahaha, gak papa. Simpan aja uang kamu.” Laki-laki itu mendorong tangan Serena dengan pelan.
“Kak, maafin...” rasanya Serena hendak menghilang saja dari bumi ini saat ia menyodorkan uang lima puluh ribu itu. “Di rumah aku ada uang, kok. Nanti aku kasih buat beli laptopnya. Jangan marah, Kak.”
“Hei ...calm down pretty!” laki-laki itu terkekeh menenangkan. “Gue gak marah, salah gue juga bawa barang gini gak pake tas. Udah, santai aja.”
“Gak ada yang penting kan di sana? Aku minta nomor kakak deh, atau nomor rekeningnya buat aku transfer nanti.”
“Cuman tugas aja sih di dalamnya,” jawab cowok itu. “Nomor hp aja kayaknya gue kasih.” Dia terkekeh.
“Ya Tuhan, Siren! Lo kenapaaaa?!” Angela dengan semua kehebohannya, berlari menghampiri Serena yang masih berjongkok di hadapan laptop yang berserakan.
“Aku nyenggol orang, Angel. Terus, jatuhin laptopnya dia,” adu Serena penuh rasa sesal dan takut.
“Gila! Bisanya lo, Siren, ya ampun!” ikut cemas juga, Angela berjongkok di samping Serena. “Rusak parah gak, Kak? Kalau bisa di baikin, mending di bawa aja.”
Untuk pertama kalinya, Serena merasa bahwa Angela adalah seorang penyelamat untuknya.
“Kayaknya gak bisa deh.” Cowok itu membolak-balik laptopnya, melihat tiap inci benda itu yang sudah hancur. “Udah parah banget.”
“Terus gimana sama tugasnya, Kak?” Serena menatapnya sedih.
“Bisa di kerjain lagi. Kesalahan gue juga gak naruh di plasdist.”
Serena menggeleng kuat. “Salahnya aku Kak karena udah ceroboh.”
“Terus gimana? Kita ganti aja, Kak, atau gimana nih?” Angela mode serius, benar-benar menggetarkan dada Serena.
“Lo bisa bantuin gue ngerjain tugasnya? Karena gak cuman satu, ada tugas kelompoknya juga yang gak mungkin gue minta temen gue ngerjain balik. Gimana, lo mau?”
“Iya, Kak, mauuu!!” Serena langsung mengangguk kuat, menerima apa pun konsekuensinya.
“Kalau gitu, pulang sekolah ini, mau nemenin gue beli laptop lagi? Sekalian kalau lo mau juga, kita kerjain di rumah gue.”
Lagi-lagi Serena mengangguk dengan mudah, setuju dengan apa pun yang cowok itu inginkan. Sebab Serena juga ingat cowok ini, dia adalah ketua OSIS sekaligus orang yang selalu mendapat peringkat pertama paralel. Maka dari itu Serena tidak terlalu takut mengiyakan semua permintaannya.
“Kalau gitu, pulang ini bisa kita ketemu?”
“Iya, Kak, bisa. Hemm boleh aku tau nama kakak?” tanya Serena canggung. Walaupun kenal sosok ini, tapi Serena tidak ingat namanya.
“Kenneth,” jawabnya dengan seulas senyum tipis.
...^^^💗💗💗^^^...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Siti Fatonah
ssya hdir thorrr seru ceritanya
2022-09-30
1
Wisu Mmhwilman Ilham
y ampun serena jngn polos" amt x...nnti dimangfaatin orng lain
2022-06-16
0
Mak.lind
bagus ceritanya. knp masih sepi
2022-06-15
0