Gadis itu duduk termenung disebuah bangku taman, tak ada yang dia lakukan selain terdiam dan menatap lurus kedepan. Entah apa yang ada dipikirannya, yang jelas gadis pikiran dan tubuh nya berada didunia yang berbeda.
Rayhan berjalan mendekat, semakin jelas pula gambaran gadis itu di penglihatannya.
Kayla, gadis bercadar yang kerap di panggil nya Ninja itu tengah termenung di kursi taman. Mata indah yang biasa nya selalu memancarkan binar terang, sudah seminggu ini terlihat redup seperti tak ada semangat hidup.
Rayhan benci melihat mata indah tapi memancarkan kesedihan itu, sudah seminggu ini dia tidak melihat binar indah dimata Kayla. Rayhan mengingat jelas, saat upacara pemakaman Tuan Wijaya. Gadis itu hanya berdiri dalam diam, tak ada tangis. Tak ada air mata, entah sudah habis atau tak bisa keluar lagi.
Sepanjang prosesi pemakaman itu, Rayhan melihat gadis itu terpaku dengan tatapan kosong. Tak ada suara yang keluar, tak ada air mata yang mengalir, tak ada juga aura kehidupan dari gadis itu.
"Jangan ditahan!."
Kayla terkejut mendengar suara itu, dia menoleh kesamping. Mendapati Rayhan sudah duduk di sisinya. "Jangan ditahan kalau sedih, jangan ditanggung sendiri." Rayhan berucap lagi, memandang gadis pemilik hatinya yang sedang menahan duka.
"Gue tau sebesar apa beban lo, dan gue yakin lo bisa menghadapi itu. Tapi menjadi kuat bukan berarti lo nggak boleh nangis dan ngeluh, sesekali dalam hidup ada waktu nya kita menumpahkan beban. Dan tangisan mungkin salah satu caranya."
Kayla diam, tak sanggup menjawab. Rayhan benar, menjadi kuat bukan berarti kita tidak boleh menangis. Sudah seminggu ini, air mata yang selalu ingin keluar itu sekuat tenaga dia tahan.
"Kakak enggak tau perasaan aku, enggak mungkin ngerti gimana rasanya." Lirih gadis itu sambil menunduk. Tak ada air mata, hanya suara hembusan nafas berat yang bisa Rayhan dengar.
"Gue nggak perlu jadi lo, dan gue nggak perlu mengalami apa yang lo alami untuk ngerti gimana perasaan lo. Karena gue bahkan udah duluan kehilangan sosok papa jauh sebelum lo."
Rayhan memang tidak perlu mengalami apa yang terjadi pada Kayla untuk mengerti bagaimana perasaan gadis itu, cukup baginya sejak kecil tak mendapat kasih sayang sang papa untuk merasa kehilangan.
"Nangis aja nggak papa ninja, lo harus kuat tapi lo enggak boleh munafik!" Dalam hati, ingin rasanya Rayhan memeluk gadis itu dan memberi ketenangan seperti yang dulu biasa dia lakukan saat Kayla terpuruk dalam kesedihan. Tapi keadaan sudah berbeda, tidak mungkin bagi Rayhan untuk melakukan hal seperti itu sekarang.
Rayhan mengadahkan pandangannya keatas, berusaha meluapkan rasa sesak yang memenuhi dadanya.
"Aku enggak papa!" Pungkas Kayla. Melirik Rayhan sekilas, lalu menunduk dalam lagi.
"Jangan bohong!" Desak Rayhan. Membuat Kayla kembali mendongak, gadis itu berusaha tersenyum walau Rayhan tak mungkin melihat senyumnya.
"Haaahh." Rayhan melenguh panjang, tidak mengerti bagaimana lagi agar bisa menenangkan gadis ini.
"Gue nggak bisa terus mengerti keadaan lo, jadi tolong jangan cuma senyum dan bilang enggak. Kalau sedih nangis, kalau sakit bilang sakit. Gue minta lo tunjukin semua perasaan lo. Gue bukan Tuhan yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Selalu ngerti setiap isi hati dan perasaan lo."
Kayla terkekeh mendengar ucapan puitis Rayhan, memang sejak kapan pria itu bisa berkata manis seperti ini.
Tapi beberapa saat kemudian, air mata mulai membanjiri wajah gadis itu. Dia kalah, sudah tak sanggup menjadi munafik seperti yang dikatakan Rayhan.
"Aku kangen papa." Lirih nya kemudian. Rayhan lega, akhir nya gadis itu menumpahkan beban dihatinya.
"Kenapa papa tinggalin aku kak?! Apa papa masih marah? Mungkin dia marah karena aku enggak bisa jaga janji untuk papa. Ini semua salah aku. Kalau aku bisa menepati janji papa pasti enggak pergi kan."
"Bukan salah lo. Lo percaya takdir kan?" Tanya Rayhan. Gadis itu mengangguk.
"Semua ini takdir Tuhan, lo langgar janji atau nggak takdir tetap enggak bisa diubah ninja. Lo harus nya bersyukur, lo masih sempat liat papa lo disaat-saat terakhir kan?"
"Tapi Kayla tetap dosa kak, Kayla enggak bisa menjaga amanah. Kayla enggak menepati janji sama papa." Ucap Kayla masih sesenggukan dengan tangisnya.
Rayhan mengangkat tangan nya, ingin menghapus air mata gadis itu. Tapi niat itu dia urungkan, mengingat siapa Kayla saat ini.
"Nah kalau itu gue nggak tau. Gue kan bukan Tuhan, haha." Ucapnya sambil tertawa. Membuat Kayla mau tak mau ikut tersenyum.
"Lo janji apa emangnya?" Tanya Rayhan kemudian, sebenarnya sejak tadi dia penasaran karena Kayla terus membahas janji.
"Kayla kan janji sama papa, Kayla harus pergi ke luar negeri lanjutin pendidikan sampai selesai S2. Dan kalau Kayla mau, papa juga mau merestui hubungan bang Ian sama kak Vio." Jawab Kayla spontan, tak menyadari kalimat apa yang barusaja dia ucapkan.
Rayhan tertegun, menatap gadis yang sedang memandang lurus kedepan itu.
Jadi ini alasan nya?! Gumamnya. Akhirnya Rayhan mengerti alasan kepergian gadis itu. Ternyata semua hanya untuk Ian dan Viona.
Rayhan mendesah, luka dihatinya kembali terbuka. Jika ini alasan nya, kenapa Kayla tidak mengatakan yang sejujurnya. Kenapa Kayla harus memilih jalan yang rumit,dengan pergi tanpa pamit.
"Jadi ini alasan lo pergi?" Tanya Rayhan pada akhirnya, membuat Kayla tersentak kaget.
Astagfirullah. Kayla tadi bilang apa ya Allah?
"Maksudnya gimana kak?" Kayla tak mengerti pertanyaan Rayhan. Entah apa yang diucapkannya tadi sampai Rayhan bisa menanyakan hal itu.
"Jadi karena Ian sama Viona lo pergi tinggalin gue?!" Tanya Rayhan lagi, kali ini suaranya terdengar dingin. Tak sehangat tadi.
"Kak.." Lirih Kayla, gadis itu tertegun. Bagaimana bisa dia malah mengungkapkan sendiri janji yang selama ini dia sembunyikan dari siapapun.
"Enggak gitu maksud aku."
"Oke. Gue anggep kepergian lo 4 tahun lalu, itu untuk Ian sama Viona. Tapi apa nggak bisa lo jujur sama gue, seenggak nya pamit sebelum pergi. Apa lo nggak pernah mikirin perasaan gue, sedikit aja?!"
Pria itu bangkit, lalu berdiri dihadapan Kayla. Mata tajam nya menghunus, membuat Kayla bergidik ngeri.
"Apa gue emang bener-bener gak ada artinya bagi lo, dan lo nggak ada perasaan apapun sama gue. Lo pacaran sama gue cuma karena kasian sama gue, iya kan?!" Rayhan mulai emosi, dia merasa perlu untuk menumpahkan beban hatinya pada Kayla.
Gadis itu kembali menangis, kali ini sesenggukan sambil menunduk. Bukan hanya karena duka masih menyelimutinya, tapi juga karena ucapan Rayhan yang membuat rasa bersalahnya semakin dalam.
"Jangan nangis!" Nada suara Rayhan kembali rendah, dia sadar bukan sekarang saat yang tepat untuk mendebat gadis itu.
Rayhan pergi, meninggalkan Kayla yang semakin larut dalam tangisan kepedihannya.
"Ini buat lo!" Rayhan kembali, entah darimana perginya. Tapi sekarang sudah ada boneka di tangannya.
Kayla mengernyit heran, memangnya dia anak kecil apa. Kalau menangis bisa ditenangkan dengan bermain boneka?
"Ini." Menyodorkan, saat Kayla tak kunjung meraih boneka itu.
"Tadi nya gue pengen peluk lo langsung, cuma kan gue takut dosa. Jadi kalau lo sedih peluk aja boneka itu, anggap aja Rayhan tampan tak bernyawa." Rayhan terkekeh sambil menaruh boneka itu di pangkuan Kayla.
Gadis itu tertawa, lalu memeluk erat boneka itu. Seperti yang disarankan Rayhan.
"Jangan ketawa gitu, gue suka enggak tahan."
Kayla langsung menoleh, menatap tajam pada Rayhan. "Enggak tahan apa?" Tanya nya dengan mata menyelidik.
"Enggak tahan pengen cubit hidung lo!" Jawab Rayhan mengalihkan pandangan, benar-benar tidak tahan untuk mencubit hidung kesayangan yang lama tidak dia lihat.
Kayla reflek menutup hidung nya dengan telapak tangan. Rayhan terkekeh geli, memang apalagi yang ingin ditutup gadis itu. Hidung yang tertutup cadar, untuk apa ditutupi lagi.
"Jangan tahan perasaan lo lagi, lo masih punya tempat berbagi. Karena gue masih disini, gue nggak pernah pergi." Rayhan kembali berdiri dihadapan Kayla, secepat kilat menarik hidung gadis yang sedang menatap takjub pada boneka pink itu.
Rayhan menarik hidung mancung yang berlapis kain cadar itu ke kanan dan kiri.
Hidung kesayangan nya yang selalu dia cubit dengan gemas dulu. Lalu berlari meninggalkan Kayla yang sudah berteriak kesal.
"Astagfirullah. Kak Ray jangan gitu!" Teriak gadis itu dengan kesalnya. Rayhan tertawa sambil pergi meninggalkan Kayla.
* * * * * * * * * * * * * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Lela Lela
Raihan akhirnya 👍
2022-12-02
0
Li Yut
😭😭😭😭
melow..
2021-10-19
0
sriwahyuni dzaky
bagusssss bgits malah
2021-09-09
1