UF C

Pagi yang cerah di musim kemarau membuat orang orang juga bersemangat untuk menjalani kehidupan mereka.

Tapi tidak dengan seorang pria yang masih bergumul di bawah selimut, dia masih tertidur lelap dengan pakaian semalam yang berbau alkohol menyengat.

Dia sudah sadar sepenuh nya, tapi masih enggan untuk beranjak dari kehangatan tempat tidur ini. Mata nya kembali terpejam saat lagi lagi rasa pusing menyerang kepalanya.

"Rayhan.. Bangun nak, udah siang. Kamu ada jam pagi kan hari ini?." Suara lembut mama nya membuat Rayhan yang hampir terjerumus kedalam mimpi membuka mata nya kembali.

"Bangun.. Kamu udah S2 lo sekarang, udah nggak bisa malas-malasan lagi." Ucap nya, kemudian menyibak selimut yang menutupi tubuh Rayhan.

"Hmm.. Aku mandi dulu, mah." Rayhan bangkit dari tempat tidur, dan berlalu kedalam kamar mandi.

Sedangkan Sonya, masih duduk di tepian tempat tidur. Memandang punggung anak nya yang baru menghilang di balik pintu kamar mandi.

"Haaahhh.." Sonya melenguh panjang, lalu bangkit menuju lemari untuk menyiapkan pakaian Rayhan.

* * * * * * * * *

Rayhan berjalan santai menuruni anak tangga, dengan pakaian rapi ala mahasiswa seperti biasanya. Tapi sayang, penampilan nya yang sempurna tidak di imbangi dengan wajah yang sempurna pula.

Wajah yang di tekuk tak pernah memperlihatkan senyum di tambah beberapa lebam kebiruan di beberapa sudut nya, sungguh bukan pemandangan yang enak untuk dilihat mata.

"Masih hidup kamu?!" Sambutan selamat pagi yang selalu di dengar Rayhan tiap pagi, sekarang kembali terdengar. Dengan nada ketus tentunya.

Rayhan hanya mengangguk dan berjalan santai menuju kursi di sebelah Roland, tanpa bicara atau pun basa basi dia menyantap makanan nya.

"Cih!. Sia-sia uang hasil kerja keras saya kalau kamu habiskan untuk mabuk setiap hari!." Suara bentakan papa nya kembali terdengar, membuat Rayhan jengah sendiri.

"Uang papa itu adalah hak milik rakyat. Jadi udah seharus nya aku sumbangkan. Nggak baik untuk kesehatan papa kalau terlalu banyak makan uang haram." Timpal Rayhan dengan santai nya, bahkan sambil melahap sandwich kesukaan nya.

"Apa!. Kurang ajar mulut kamu." Wijaya Kesuma menggebrak meja makan, membuat Sonya dan Roland tersentak kaget.

Sebenar nya sudah kebiasaan sehari-hari mereka saat makan selalu di bumbui perdebatan antara Rayhan dan papa nya. Tapi tetap saja, adegan menggebrak meja selalu berhasil membuat mereka senam jantung.

"Tadi ada orang yang pulangin mobil lo, katanya semalem lo tinggal di club." Roland buka suara untuk mengalihkan pembicaraan mereka tadi.

"Hmm." Rayhan berdehem sambil menoleh sekilas pada kakak nya, lalu kembali menyantap sandwich nya.

"Pa.. Dua hari lagi, Roland berangkat ke Turki untuk mengurus meresmikan kantor cabang yang ada disana." Roland masih berupaya mencairkan suasana karena melihat gurat kemarahan diwajah papa nya.

"Baiklah, papa percaya kamu bisa menghandle semua perusahaan kamu." Wijaya Kesuma tersenyum bangga, lalu menepuk bahu anak sulung nya.

Sedangkan Rayhan, dia hanya acuh. Tidak mau ikut campur apapun dengan dunia Roland, karena dia masih sibuk dengan dunia nya sendiri yang harus dia jalani.

"Terimakasih makanan nya." Rayhan bangkit setelah melahap satu sandwich dan meneguk setengah gelas susu.

Lalu menunduk hormat, dan berlalu begitu saja. Sonya yang dari tadi bungkam, hanya menatap sayu melihat kepergian anak bungsu kesayangan nya.

* * * * * * * * * * * * * * * *

Sebuah mobil mewah berwarna hitam memasuki gerbang Universitas swasta ternama di ibukota. Rayhan melanjutkan study S2 nya dikampus ini, kampus impian nya sejak SMA. Namun harus dia tinggalkan karena mengerjar cinta pertamanya, yaitu Praya.

Rayhan berkuliah di program study management, memperdalam ilmu nya sekaligus membuka usaha nya sendiri yang bergerak dibidang otomotif.

Rayhan bahkan sudah memiliki beberapa bengkel besar dan juga car wash mewah di kota ini.

Tapi dia masih merahasiakan dari keluarganya, ya tentu saja. Papa yang selalu memandang nya sebelah mata itu, tentu tidak akan percaya jika anak bungsu yang menurut nya tidak bisa apa-apa ternyata sudah memiliki usaha sebesar ini.

Mobil mewah itu terparkir dengan mulus di halaman parkiran. Rayhan keluar dengan tampang khas nya yang tanpa ekspresi.

Beberapa sapaan dari senior maupun junior tak pernah dia hiraukan.

Hanya sedikit anggukan dan lirikan saja dia berikan sebagai respon.

"Masih sehat lo?!." Suara Candra terdengar dari kejauhan, membuat Rayhan menoleh dan menghentikan langkah.

"Lo kira gue penyakitan." Timpal Rayhan sambil menatap tajam.

"Tanggung jawab lo, muka gue ancur gini karena ulah lo kan?." Tanya nya sambil mendorong bahu Candra dengan jari telunjuk.

"Emang lo abis diapain Han?." Tanya Agung sahabat baru Rayhan dan Candra di kampus ini.

Agung ini adalah sosok pendiam dan cool, dan juga sedikit lebih religius dibanding ketiga teman nya.

"Lo liat muka gue!." Rayhan memajukan wajah nya beberapa senti di hadapan Agung. Pria itu mengernyit heran, baru menyadari wajah Rayhan yang dipenuhi lebam kebiruan.

"Ini, karena Candra?." Tanya nya kemudian setelah Rayhan memundurkan wajah.

"Sejak kapan lo berani mukul bos kita Can?." Doni ikut menimpali, pria itu dari tadi hanya menyimak perdebatan ketiga sahabatnya.

Sama halnya dengan Agung. Doni juga adalah sahabat baru Rayhan dan Candra.

Doni ini adalah mahasiswa yang melanjutkan S2 nya dengan beasiswa penuh dari pemerintah, namun karena keterbatasan ekonomi membuat nya harus meluangkan waktu juga untuk bekerja mencari pundi pundi rupiah.

Dan pertemuan nya dengan Rayhan dulu saat Rayhan sedang mabuk-mabukan dan dihadang oleh beberapa preman yang ingin merampas hartanya. Disitu lah Doni membantu Rayhan, dan jadi berteman baik. Dan beberapa bulan setelahnya, Rayhan menawarkan Doni untuk menjadi manager di salah satu cabang car wash nya yang kebetulan dekat dengan tempat tinggal Doni.

"Doni, gue nggak akan mukul bos lo itu kalo dia nggak ngerepotin gue tiap malem!." Ucap Candra dengan nada bicara yang sudah naik satu oktaf.

Eh?! Tiap malem.

Agung dan Doni melongo mendengar ucapan Candra, tampak nya kedua pemuda itu salah paham dengan ucapan Candra tadi.

"Dia kira gue ini pengasuh nya apa. Tiap malem harus jemput dia dari club malam dan harus anterin pulang kerumah."

"Lo mabuk lagi Han?." Ucapan Agung membuat Rayhan menatap tajam kearah nya.

Sungguh dia benci dengan panggilan Agung untuknya.

"Stop panggil gue Han! Nama gue Rayhan."

"Yaelah, nama lo Rayhan gue panggil Han, apa yang salah sih?." Tanya Agung tak habis pikir, selalu saja hal ini yang menjadi perdebatan nya dengan Rayhan. Hanya perkara panggilan nama.

"Kalian mau debat disitu aja atau ikut mata kuliah Mr. Teddy hah?!." Teriak Candra dari kejauhan, membuat atensi Rayhan dan Agung teralih pada dua pria yang meninggalkan mereka.

Rayhan berlari mengejar Candra dan Doni yang sudah menghilang di persimpangan koridor. Sedangkan Agung hanya berjalan santai sambil berdecak kesal.

Ya, Agung kesal pada Rayhan karena mengetahui pria itu lagi-lagi menghabiskan waktunya di club malam. Agung sudah lelah dan bosan memberi ceramah dan siraman rohani nya, tapi Rayhan hanya menganggap ucapan nya seperti angin lalu.

Sungguh, Agung tidak ingin sahabat nya itu jatuh terlalu dalam kedalam lubang kesesatan dan maksiat yang di benci Allah.

Tapi apalah daya, segala upaya yang Agung lakukan tidak pernah berhasil menarik Rayhan keluar dari lubang itu.

Terpopuler

Comments

Lela Lela

Lela Lela

semangat agung

2022-12-01

0

Noorah

Noorah

kangen kairo dengan ke carut marutannya

2021-09-05

0

Rahmawaty❣️

Rahmawaty❣️

si kayla psti di turki..
apa nnti akan ktemu sma roland dsna??

2021-08-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!