UF N

Kembali ke sebuah club malam ternama di kota Jakarta. Rayhan sedang meneguk Brendly nya dengan semangat, entah masalah apa yang membawa pria itu sudah datang ke tempat terkutuk ini bahkan sebelum hari benar-benar berganti malam.

Rayhan meneguk lagi segelas minuman nya, sejak tadi dia sudah mengumpar frustasi mendengar ponsel nya yang selalu berdering. Entah sudah berapa lama ponsel itu berbunyi, tapi tak ada niatan Rayhan untuk menerima panggilan masuk itu.

Sampai akhirnya, sebuah pukulan keras dibahu nya dari seseorang membuat Rayhan mengalihkan atensi nya dari benda pipih itu.

Rayhan mengumpat kesal, saat Candra muncul lagi dibelakang nya dengan wajah yang siap mengomeli nya panjang lebar.

"Rayhan stop!" Teriak Candra saat sahabat nya meraih gelas hendak meneguk minuman itu lagi.

"Apa sih lo?! Jangan ganggu hobi gue!" Teriak Rayhan tak kalah kesalnya.

Candra menggeleng, lalu memijat pangkal hidungnya. Dia tidak boleh termakan emosi saat ini, ada hal lebih penting yang harus dia sampaikan.

"Kenapa telfon dari gue, Viona, Lisa gak lo angkat?! Bahkan telfon dari Roland juga gak lo angkat?" Tanya Candra dengan nada lebih bersahabat, dia tidak ingin membuang waktu dengan mendebat Rayhan.

"Gue gak denger, dan gue gak mau di ganggu!" Rayhan berhasil meneguk kembali sebotol Brandly kesukaannya.

"Lebih baik lo pergi, jangan ganggu gue." Rayhan menoleh acuh pada Candra.

"Kayla men! Kayla!" Teriak Candra sambil mengguncang bahu sahabatnya.

Rayhan terkekeh sinis. "Kenapa sama cewek itu hah? Gue nggak peduli." Ucapnya kemudian.

"BOKAP NYA KAYLA MENINGGAL!" Rayhan yang sedang meneguk minuman nya langsung tersedak saat mendengar kalimat yang diucapkan Candra penuh kemarahan.

"Apa maksud lo Can? Bokap nya ninja meninggal?" Tanya nya tak percaya, setelah menghamburkan sisa minuman dari mulutnya.

Cih! Candra berdecih, sungguh jijik melihat sahabat nya saat ini.

"Jawab!" Rayhan menyentak, lalu berdiri dengan emosi.

"Lo bilang nggak peduli kan tadi?! Yaudah silahkan lanjutin mabuk-mabukan lo. Kali ini gue nggak akan menghalangi lo. Silahkan minum sepuasnya dan ikuti ego lo sendiri.. Gue bener gener kecewa sama lo Ray!" Candra meninggalkan Rayhan di tempat terkutuk itu. Sungguh kali ini Candra benar-benar kecewa pada Rayhan.

Sahabat yang dulu begitu dia banggakan dan menjadi panutan dalam hidup nya, sekarang berubah menjadi seorang pecundang yang lari dari masalah dengan minuman di club malam.

Sedangkan Rayhan kembali terduduk, dia masih tak percaya apa yang barusaja di dengarnya. Dia ingat betul bagaimana Kayla dikelas tadi masih baik-baik saja, lantas mengapa sekarang dia tiba-tiba mendapat kabar bahwa ayah dari gadis itu telah meninggal.

* * * * * * * * * *

Rayhan berlari menyusuri koridor rumah sakit dengan sisa tenaga yang dia punya, dengan gontai pria itu berlari dan sesekali menabrak orang-orang yang tengah berjalan. Aroma alkohol yang menyeruak dari tubuh nya begitu menyengat hingga beberapa orang yang melewatinya mengumpat kesal.

Rayhan masuk disebuah ruangan yang didepan nya sudah ada Alex, dan beberapa kolega dekat keluarga Tuan Wijaya. Rayhan masuk disaat bersamaaan dengan Kayla yang baru sadar dari pingsan nya.

Gadis itu mengerjap-mengerjapkan matanya yang terasa sakit karena sinar terang lampu diruangan ini.

Suara pertama yang masuk dalam pendengaran nya ialah suara Ian yang menangis pilu di samping brankar sang papa yang tubuh nya sudah tertutupi kain putih.

"Abaang." Gadis itu kembali menangis, dan bangkit dari pangkuan Lisa untuk menghampiri abang nya.

Ian berbalik badan, melihat adik nya sedang tertatih berjalan kearahnya. Tangis Ian berhenti, dia tidak ingin menunjukkan sisi lemah nya pada Kayla. Jika dia lemah maka siapa lagi yang akan menguatkan Kayla disisa hidupnya nanti.

"Abang bangunin papa." Kayla menangis lagi, mendekati tubuh sang papa yang telah tertutup kain putih hingga menutup kepala.

"Papa nggak mau di bangunin, mungkin papa marah sama Kay. Abang tolong bangunin papa ya, bilang ke papa jangan marah sama Kayla." Gadis itu merengek sambil menangis sejadi nya di pelukan Ian.

Semua orang yang ada disitu ikut merasakan betapa besar duka yang dialami kakak beradik itu. Viona dan Lisa sejak tadi hanya menangis dalam diam dan saling berpelukan. Candra dan Roland bersandar di sudut ruangan, mereka terpukul tapi tak ingin menunjukkan kesedihan.

Rayhan dan Alex berdiri bersisian, kedua nya hanya menunduk tak sanggup melihat betapa orang yang mereka cintai tengah terpuruk dalam parit terdalam. Dalam hati ingin sekali merengkuh gadis itu kedalam pelukan, tapi mereka sadar. Siapa mereka, bahkan untuk sekedar mendekat pada Kayla saja mereka merasa tidak berhak.

"Kamu bau alkohol, apa kamu minum?" Tanya Alex dengan suara rendah, agar tak terdengar yang lain. Rayhan melirik sekilas, lalu melengos. Dia merasa tidak berkewajiban menjawab pertanyaan Alex.

"Jangan deketin Kayla kalo kamu suka mabuk-mabukan!"

"Apa hak lo ngomong gitu hah?! Lo siapa, bisa nentuin yang boleh dan nggak boleh deket dia hah?" Rayhan tersulut emosi. Kesadaran nya yang memang belum sepenuh nya kembali, dan melihat Kayla yang sedang terpuruk membuat emosi nya tak terkendali.

"Kayla nggak suka dengan pemabuk, kalau nggak percaya silahkan dicoba." Gumam Alex yang memancing emosi Rayhan.

Tapi atensi kedua nya teralihkan pada Kayla yang histeris belum menerima kematian papanya.

"Abang, ayo bangunin papa. Dia belum bilang selamat datang sama Kay karena kelamaan tidur bang. Ayo bangunin papa, Kayla mohon!" Gadis itu terus merengek sambil memukul bahu Ian. Tapi pria itu tak memberi respon atau jawaban, dia hanya menatap adik nya dengan mata yang berair.

"Kayla. Istigfar dek, papa udah nggak ada. Kamu harus terima kenyataan, papa udah tenang disana." Akhir nya Ian bersuara setelah berusaha mengendalikan dirinya.

"Nggak! Abang nggak boleh ngomong gitu, papa masih ada disini. Papa masih hidup!" Bentak Kayla tidak terima, dia menjauh dari pelukan abang nya. Lalu menghampiri tubuh papa nya yang sudah terbujur kaku dengan kain menutupi seluruh tubuh.

"Papa bangun." Gadis itu memeluk tubuh kaku papanya. "Papa bangun! Ini Kayla udah pulang buat papa, buat penuhi semua janji Kayla. Kayla akan jadi anak yang baik dan berbakti sama papa. Bangun pah!" Lirih Kayla sambil menarik paksa tangan papanya agar pria itu bangun dari tidur abadinya.

"Cukup Kayla!" Ian membentak sambil mendorong adik nya agar menjauh dari brankar. "Papa udah nggak ada. Papa udah tenang sekarang, kamu harus terima semua ini!" Ian mengguncang bahu adik nya, berharap Kayla mendapat kesadaran dan menerima kenyataan pahit ini.

Kayla menggeleng, tubuh dan akal nya menolak percaya kenyataan pahit ini. Kepala nya terasa berat, kaki nya sudah tak mampu menyangga berat tubuhnya. Gadis itu runtuh kehilangan kesadaran, tapi sebelum menyentuh lantai tubuh nya lebih dulu di dekap seseorang dengan aroma alkohol yang sangat menyengat.

* * * * * * * * * * * * * *

Terpopuler

Comments

Lela Lela

Lela Lela

ih bau alkohol raihan kok gitu

2022-12-02

0

Widya Iskandar

Widya Iskandar

low ada hal kata² meninggal psti HT ku hancur
bagai ditusuk² belati.
mengingatkan alm bapak...😭😭😭

2021-09-06

0

kcandra

kcandra

bikin mewek 😭😭😭😭

2021-01-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!