UF J

Disebuah rumah sakit swasta ternama.

Dua orang anak sedang menunggui orang tua nya yang sedang berjuang mempertaruhkan kehidupan, berjuang untuk sebuah kesehatan diruang perawatan.

Tuan Wijaya, sedang terbaring tak sadarkan diri dengan berbagai alat medis yang menempel ditubuhnya. Penyakit kangker paru yang dideritanya sejak hampir satu tahun lalu harus merenggut kesehatan dan kebebasannya.

Kemarin, saat Kayla baru sampai dari Mesir ternyata papa nya sedang menjalani operasi. Dan saat ini masih dalam kondisi yang mengkhawatirkan.

Tidak ada suara dalam ruangan ini, semuanya hening. Hanya suara dentingan jarum jam terus bergerak yang menemani mereka. Ketiga orang itu diam menjaga kesunyian, satu diam dalam tidur panjang nya. Dan dua orang lain nya, diam dan berkelana dengan pikiran masing-masing. Mencoba menghadirkan berbagai kenangan indah yang telah mereka lalui bersama sang papa.

"Dek..Tidur, udah larut. Besok kamu harus ke kampus baru untuk mengurus kepindahan kan?" Ian membuka suara setelah hampir setengah jam menjaga keheningan.

"Aku nggak ngantuk bang, mau jaga papa." Jawab Kayla masih setia memandangi wajah papanya yang tertidur damai.

"Biar abang yang jaga papa, kamu pulang aja.

Besok ada banyak yang harus kamu urus dek. Biar abang yang jaga papa disini." Ian tahu betul bagaimana adik nya, dia pasti sangat lelah saat ini. Terlebih, sejak dulu Kayla selalu mempunyai jam tidur yang teratur.

"Yaudah kalo gitu, Kay tidur disini aja bang. Kayla mau sholat tahajjud dulu." Kayla beranjak setelah mencium tangan papa nya yang tertancap jarum infus.

Subhanallah.. Batin Ian sambil menatap sendu adik nya. Rasa haru menyeruak dalam hati nya, betapa damai melihat penampilan dan peringai adik nya saat ini.

"Abang udah ngantuk?" Tanya Kayla sebelum beranjak, niat hatinya ingin mengajak abang nya sholat berjamaah jika Ian bersedia.

Ian menoleh, lalu tersenyum. "Belum dek, kalo udah selesai sholat kamu tidur aja nggak papa." Jawab nya kemudian.

Kayla mengangguk, lalu berjalan menghampiri abang nya. "Kalo abang belum ngantuk, ayo kita solat bang. Abang jadi imam nya." Ajak nya sambul menepuk hangat bahu abangnya.

Ian mengangguk, lalu berdiri. "Abang bangga sama kamu dek, abang nggak akan marah kalau tau dulu kamu pergi untuk kembali jadi sebaik ini."

* * * * * * * * *

Kayla keluar dari mobilnya dengan menenteng tas dan juga beberapa dokumen kepindahannya. Dia berjalan menyurusi lorong panjang menjari ruang kajur untuk mengurusi Kepindahannya.

Beberapa orang menatap nya heran, mencibir lebih tepatnya. Kayla menyadari, bahwa gaya berpakaian nya lah yang menjadi cibiran banyak orang itu. Tidak mau ambil pusing, gadis bercadar itu meneruskan langkah nya.

Memang di kampus baru nya ini, berbeda dengan kampus nya dulu yang bernuansa Islami. Disini merupakan kampus umum, dari segala kalangan. Mungkin banyak para wanita yang berhijab ala-ala kekinian. Tapi yang benar-benar berhijab syar'i seperti dirinya mungkin hanya ada beberapa.

Kayla celingukan, benar-benar buta arah. Dan tidak menemukan petunjuk arah. Mau bertanya pun pada siapa, sejak tadi semua orang menganggapnya sudah seperti penjahat saja.

Di kejauhan Kayla bisa melihat Rayhan, Candra bersama dua orang pria yang tidak dia kenali. Akhir nya gadis itu memutuskan untuk bertanya pada mereka saja.

"Assalamualaikum.. Kak, mau tanya ruangan kepala jurusan dimana ya?" Tanya nya tanpa menatap keempat pemuda itu.

Rayhan dan Candra jelas mengenali gadis ini, sedangkan Agung dan Doni hanya diam terpana melihat kecantikan gadis bercadar itu yang terpancar dari matanya.

Subhanallah. Agung.

Waah gila, nggak keliatan aja cantik nya udah ketebak. Gimana keliatan ya. Gumam Doni tanpa melepas pandangannya.

Rayhan berdehem, menyadari sahabatnya menatap penuh kagum pada gadis itu.

"Waalaikumsalam..Lo mau pindah kesini Kay?" Tanya Candra setelah lama menunggu reaksi Rayhan. Seperti nya pria itu tak ada niatan ingin menjawab.

Kayla tersenyum lalu mengangguk. "Waalaikumsalam.. Nama gue Doni , nama lo Kay kan?" Tanya Doni lalu mengulurkan tangan nya.

"Iya kak, maaf." Jawab Kayla menyatukan tangan didepan dada. Doni menarik uluran tangannya, lalu menggaruk tengkuk yang tak gatal.

Kayla sempat beradu tatap dengan Rayhan beberapa saat, namun pemuda itu lebih dulu memutuskan kontak matanya. Seolah memang tak mengenali Kayla.

"Ayo gue anter." Agung yang sejak tadi bungkam, kini buka suara. Hatinya tertarik melihat gadis bercadar yang berdiri dihadapannya ini.

Sedangkan Rayhan hanya diam sambil buang muka, seperti tidak ingin berlama-lama ditempat itu.

"Makasih.." Kayla tergagu, ingin menyebut nama tapi tidak mengenal siapa Agung.

"Panggil aja Agung." Jawab agung yang seolah mengerti gelagat Kayla.

"Iya, terimakasih kak Agung." Ucap Kayla sambil mengikuti langkah pria bernama Agung itu.

"Makasih kak. Assalamualaikum!" Pungkasnya lalu pergi meninggalkan Rayhan dengan kedua sahabatnya.

Waalaikumsalam! Lo kembali makin baik Kay. Gue bangga sama lo.

Timbal nya dalam hati, sekilas tersenyum tipis. Namun sempat dilihat oleh Candra.

Mulut lo bisa bilang nggak, tapi mata sama hati lo nggak akan bohon Ray!

* * * * * * * * * * *

"Nama lengkap lo siapa?" Tanya Agung basa-basi untuk sekedar mengisi keheningan diantara mereka.

"Kayla kak. Kayla Natasha Wijaya." Jawab nya sambil menoleh sekilas. Agung bisa melihat dari penampilan nya, gadis ini menyimpan begitu banyak pesona dibalik cadar pelindungnya. Bahkan dari gaya bicaranya saja, Agung bisa menilainya.

"Lo kenal Han sama Candra?" Tanya agung lagi. Kali ini reaksi Kayla membuatnya heran. Kayla berhenti melangkah ketika mendengar nama Rayhan disebut.

"Han?" Apa nama panggilannya berubah sekarang, kenapa semua manggil Han?

"Si Rayhan, gue biasa manggil Han. Lo kenal mereka?" Tanya nya lagi. Kayla manggut-manggut mengerti.

"Iya kenal." Jawabnya, lalu menghela napas panjang. "Dulu sempat kenal, sebelum Kayla pindah ke Mesir." Tambah nya lagi, masih berjalan mengikuti langkah Agung.

"Kamu dari Mesir? Kuluah di Al-Azhar?" Agung bertanya antusias, betapa dia dulu sangat ingin menempuh jenjang pendidikan tingginya di kampus tersohor itu.

"Iya kak, Alhamdulillah Allah kasih kesempatan. Walaupun harus pindah kesini lagi." Jawab Kayla sambil tersenyum.

Terlintas kembali dalam ingatan nya saat 4 tahun lalu dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan nya di Universitas itu. Sungguh bertolak belakang dari semua mimpi besarnya saat lulus SMA. Dimana Universitas ternama milik bangsa barat selalu menjadi tujuannya. Kayla pernah menggantungkan harapan besar akan menempuh pendidikan di beberapa universitas ternama seperti Oxford, Harvard, Cambridge. Tapi pada akhirnya dia lebih memilih sebuah universitas berbasis Islam yang juga tak kalah terkenal dari milik bangsa eropa.

Kayla memutuskan untuk memilih Al-Azhar bukan tanpa sebab. Janji nya pada Tuan Wijaya untuk pergi dan belajar menjadi orang yang lebih baik, bukan hanya dari segi pendidikan tapi juga akhlak nya.

Dan selama proses itu lah, Kayla tidak boleh sama sekali mengabari siapapun. Termasuk dengan Ian dan juga Tuan Wijaya dulu. Dan sampai saat ini, Kayla tidak mengetahui apa alasan papanya melakukan hal itu.

* * * * * * * * * * * * * *

Terpopuler

Comments

Syugerr

Syugerr

Jangan deketan dulu napa😂, Si Ray buang2 muka aja dulu yah

2020-06-05

10

Aryan Lee

Aryan Lee

Penasaran...sdh ku like, bin 5 n vote dikit.

2020-06-01

6

Ana Azza

Ana Azza

author kenapa ngga up ..jangan ngambek dong ya kalau sedikit yg like coment..aku inshaa Allah akan bantu vote dech

2020-04-28

10

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!