Gerimis dalam Hati

Prrrittttt...

Suara peluit Pak Bayu berkali-kali menggema di lapangan. Berusaha menyadarkan Adhit yang kehilangan fokus dalam latihan pra final hari ini.

"Adhit... Lempar bolanya dengan benar. Maki temanmu, bukan lawanmu." Pekik Pak Bayu dari sisi lapangan.

Adhit menghela napas kasar. Dia seperti memaki dirinya sendiri yang tidak becus melempar bola.

Pak Bayu meminta jeda kepada pasukannya untuk mengatur kembali strategi. Para pemain menepi termasuk Adhit yang kini meneguk satu botol minum yang ada di tangannya, dengan cepat satu tegukan berhasil menghabiskan minuman itu. Mukanya memerah. Seperti memendam rasa jengkel.

Ucapan Pak Bayu yang terus menerus menegurnya tidak dia hiraukan. Pikirannya masih saja melayang entah kemana.

Di sisi lapangan yang lain. Ada Lexa yang sudah menenteng tas di punggungnya. Melirik sosok Adhit dari kejauhan. Tatapannya menyiratkan kesedihan yang teramat dalam. Lexa Tak menyangka akan meneteskan air mata, dengan cepat menyeka air yang jatuh ke pipinya itu dan berpaling menjauh.

Erick mengamati dari kejauhan, menyaksikan pemandangan yang membuatnya geram.

****

Adhit sedang berbincang dengan Rachel. Raut muka diantara keduanya menggambarkan betapa suasananya amat serius.

Erick dengan langkah panjang menghampiri mereka. Menarik kaos biru milik Adhit dan mencengkeramnya kuat.

"Kamu buat salah apa sama Lexa??" Tanya Erick dengan tatapan emosi.

Adhit tak kalah menunjukkan emosinya. Tangannya sudah mengepal kini. Rachel mencoba memisahkan keduanya, tapi tidak bisa karena kekuatan mereka sungguh besar ditambah dengan emosi yang sedang meluap diantara keduanya membuat Rachel membutuhkan banyak energi. Rachel pun berinisiatif meminta bantuan kepada yang lain.

"Aku tanya, kamu nglakuin salah apa sama Lexa??" Nadanya meninggi.

Adhit hanya tersenyum sinis menatap Erick.

"Salah??? Aku nglakuin salah ke Lexa?? Jangan kurang ajar kau, Rick!" Tangan Adhit mulai mencengkeram kerah seragam milik Erick.

"Dasar pengecut!!!" Maki Erick.

"Breng**k kau, Rick!" Timpal Adhit.

Satu kepalan dengan kekuatan penuh mendarat ke pipi Adhit bagian kiri. Membuat sudut bibirnya memar dan mengeluarkan darah segar.

"Jangan pernah ganggu Lexa lagi, paham?!" Tangan Erick masih menarik kuat kaos Adhit sambil menunjukkan jari telunjuknya ke depan wajah Adhit.

Keduanya bertatapan sengit. Tapi Adhit mulai tertawa terbahak-bahak. Erick mengendurkan cengkeramannya pada kaos Adhit.

"Kamu suka sama Lexa, kan? Hakh??" Bentak Adhit.

Keduanya sudah saling melepaskan cengkraman masing-masing.

"Bukankah kamu yang pengecut?!!" Maki Adhit dengan nada yang tinggi.

Erick kembali melayangkan kepalannya lagi ke wajah Adhit yang sebelah kanan sebagai balasan atas pernyataan Adhit.

"Dasar breng**k!" Adhit tak mau kalah. Bogem mentah Adhit mendarat dengan mulus ke pipi Erick.

Keduanya saling tarik menarik baju masing-masing. Hampir saja mereka beradu jotos, sampai akhirnya dihentikan oleh Pak Bayu.

"Adhit, Erick!"

Teriakan Pak Bayu belum bisa melepaskan emosi diantara mereka.

Sampai Ari dan Maki datang dan membantu Adhit dan Erick untuk melepaskan cengkeraman masing-masing.

"Ambil saja dia buat kamu! Saya tidak mengharapkan apapun darinya!" Ucap Adhit.

Erick sontak melangkah maju ke arah Adhit untuk kembali memukulnya, tapi di tahan oleh Pak Bayu.

"Erick, hentikan!! Cukup! Kalian ini, memalukan saja. Walaupun ini sudah bukan waktu sekolah, tapi perbuatan kalian masih di lingkungan sekolah. Kalian bisa saya laporkan ke guru BP!" Ancam Pak Bayu.

Erick melepaskan tangan Ari yang melilit tubuhnya. Dengan napas yang masih memburu menahan emosi, Erick meminta maaf kepada Pak Bayu dan segera pergi meninggalkan Adhit yang masih menyeringai tanpa dosa.

****

Erick masih mengamati jendela kamar Lexa yang masih terbuka. Memikirkan ulah Adhit kepada Lexa membuat Erick geram. Matanya masih saja menatap lekat jendela itu, berharap ada sosok yang akan membuatnya tenang walaupun hanya dengan melihat dari kejauhan.

****

Pagi sudah hadir menyapa kembali. Ratih sudah menyiapkan sarapan untuk Lexa, dan sudah menyiapkan bekal untuk Lexa di kotak makan berwarna kuning favoritnya. Memanggil nama Lexa dari tempatnya berada. Tapi lama tak bersahut juga.

"Lex... Ayo sarapan!" Pinta Ratih lembut.

Dia coba gerakan gagang pintu kamar Lexa agar bisa masuk. Ratih sedikit terkejut Lexa masih berbaring di tempat tidur. Tidak seperti biasanya.

"Lexa..." Sapa Ratih lembut menuju ranjang Lexa.

Di elusnya tubuh mungil Lexa yang masih berselimut. Dia raba kening Lexa berharap menemukan jawaban disana.

"Lex... Kamu sakit?" Tanya Ratih cemas, karena ternyata badan Lexa dalam suhu normal.

"Lex...."

Melihat Lexa tak menjawab dan hanya diam, Ratih mulai kalut. Dikibaskan selimut yang menutup tubuh Lexa. Ratih guncang tubuh kurus Lexa berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk.

Lexa membuka matanya. Ratih menghela napas lega. Dipeluk tubuh Lexa dalam dekapan hangatnya. Ratih kini memandang wajah Lexa yang sayu. Benar. Sejak kemarin sinar dari raut mukanya sedikit meredup. Dalam hati dia mengutuk dirinya sendiri yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Kenapa, Nak?? Maafkan tante tak mengurusmu dengan baik kemarin. Apa kamu marah sama tante?" Tanya Ratih.

Lexa memandang wajah wanita kesayangannya itu dalam-dalam. Dan memeluknya sangat erat. Lexa terdengar terisak lirih. Tapi Lexa tak membiarkan Ratih melihatnya, membuat Ratih tak berhenti menyalahkan dirinya sendiri.

****

Acara puncak perhelatan kompetisi basket sudah dimulai. Dibuka dengan penampilan luar biasa dari Band sekolah SMA Bhakti Bangsa dan beberapa penampilan dari perwakilan sekolah lain. Antusias penonton membuat acara cukup meriah, banyak siswa-siswi dari sekolah lain di luar peserta menghadiri acara puncak tersebut.

"Mau kemana, Rick??" Tanya Ari yang melihat Erick tampak terburu-buru meninggalkan aula tempat pengisi acara berkumpul.

"Nyari Lexa.." Jawab Erick singkat.

Erick mencari di setiap sudut tempat favorit Lexa di sekolahnya, namun hasilnya belum memuaskan. Tapi Erick tak menyerah, matanya masih jelalatan kesana-kemari mencari sosok Lexa.

"Rick..."

Suara itu mengusik telinganya. Menoleh ke asal suara, melihat Rachel tersenyum kepadanya.

Erick seperti tak mempedulikan sosok wanita cantik di sampingnya. Dia masih saja menyibukkan matanya mencari ke segala penjuru untuk menemukan Lexa.

"Rick... Please... Kamu nyari apa sih? Sampe kamu cuek gini sama aku?!" Gerutu Rachel.

Padahal dalam kondisi apapun Erick tetap akan sama, bersikap cuek kepada Rachel.

"Rick, aku pengin ngomong sama kamu." Tukas Rachel yang menyambar lengan Erick agar mau berhadapan dengannya.

"Aku tahu kamu masih marah sama aku. Tapi itu udah lama, Rick. Dan aku juga udah minta maaf kan sama kamu? Jadi, tolong.. Jangan ketus gini sama aku!" Rengek Rachel.

Erick masih menyibukkan diri dengan pandangannya. Sementara Rachel benar-benar merasa putus asa.

"Oke, kalo kamu maunya kayak gitu.. Tapi aku cuma pengin ngingetin kamu soal Lexa."

Kata-kata itu berhasil menarik perhatian Erick. Menatap Rachel tajam, seakan sedang mengintimidasinya.

"Kamu belum tahu kan Lexa itu seperti apa?" Ucap Rachel dengan nada meremehkan.

"Jadi, kamu yang biang keladinya?!" Nada Erick meninggi.

Rachel terlihat bingung dengan ucapan Erick.

"Denger ya, Chel... Mau itu kamu, Adhit atau siapapun. Kalo bikin Lexa sedih, urusannya sama aku!" Tegas Erick.

Rachel mengerutkan kening.

"Apa?? Aku ga salah denger? Kamu belain Lexa?? Kamu ga sadar apa Rick? Oh yaa... Mungkin karena kamu belum tahu siapa itu Lexa. Oke, biar aku jelasin.."

"Cukup! Aku ga mau denger apa-apa lagi dari kamu. Kamu di mataku cuma seorang penipu. Paham?" Pernyataan Erick sungguh melukai Rachel.

"Gila kamu, Rick! Aku cuma mau menjelaskan sosok Lexa yang aku tahu, tapi kamu bersikap kayak gini sama aku??" Lantang Rachel.

Erick hanya diam dan tak ambil pusing, langsung melenggang meninggalkan Rachel yang masih saja berteriak memanggil namanya.

****

Acara penyerahan tropi sudah selesai. SMA Bhakti Bangsa berhasil mempertahankan gelar juara. Semua tim, pendukung, Kepala sekolah dan jajarannya ikut bersorak atas kemenangan yang telah diraih. Semua terlihat gembira, tapi tidak dengan Erick yang masih memperhatikan sosok Adhit yang sedang dipuja-puja oleh semua orang dengan tatapan tajam.

****

"Permisi Bu Martha..." Ucap Ratih sambil mengetuk pintu rumah Martha yang terbuka.

Dan tak lama kemudian Martha keluar dari dalam rumah menyapa Ratih dan memintanya masuk.

"Maaf, Bu Martha. Saya boleh minta tolong?!" Pinta Ratih halus.

"Oh... Boleh. Tentu Bu Ratih. Ada apa?" Tanya Martha penasaran.

"Begini, Bu.. Saya mau minta izin menggunakan telepon selular Bu Martha untuk menghubungi kenalan saya "

"Oh... Tentu boleh, Bu Ratih. Sebentar ya, saya ambil dulu." Tukas Martha yang segera mengambil benda yang diinginkan Ratih.

Ratih memang tidak mempunyai telepon genggam. Selain karena masih menjadi barang mewah, benda itu memang dia jauhi untuk membatasi interaksinya dengan dunia luar. Bahkan untuk berjualan online dia menyerahkannya kepada orang lain untuk mengurusnya. Ratih hanya perlu mengemas baju, lalu dikirim ke temannya dan membiarkan temannya melaksanakan tugasnya.

Ratih meminta izin untuk menelepon seseorang di luar, dan Martha menyetujuinya

" Halo..." Lirih Ratih.

"Iya halo, dengan siapa ini?" Balas orang yang Ratih ajak bicara lewat seluler.

"Dokter Angga, ini saya Ratih." Suara Ratih terdengar parau. Dia seperri berusaha menegarkan diri untuk berbicara dengan orang yang disebutnya sebagai dokter.

"Ratih?? Kamu dimana sekarang?? Aku cari kamu kemana-kemana. Gimana keadaan Lexa??" Tanya sang dokter dengan suara cemas.

"Aku... Aku dan Lexa baik-baik saja, Ngga."

"Kami dimana sekarang? Biar aku susul. Tolong, Tih... Aku pengin ketemu".

Ratih hanya bisa diam, menahan tangis dalam hatinya. Mukanya menjadi pilu.

Episodes
1 Gadis Hening itu...
2 Awal Baru
3 Harapan
4 Tetangga
5 Permulaan
6 Perkenalan
7 Kegelisahan Ratih
8 Tatapan
9 Teman
10 Beban Tersembunyi
11 Menepis Jarak
12 Sebuah Perhatian
13 Pertolongan
14 Rival
15 Hujan Pertama
16 Antara Lexa dan Rachel
17 Gerimis dalam Hati
18 Kekesalan Erick
19 Don't Leave Me
20 Masa Lalu
21 Masa Lalu (2)
22 Masa Lalu (3)
23 Janji Erick
24 Pencarian Lexa
25 Kamu Tak Sendiri
26 Kepercayaan dan Keberanian
27 Janji Lexa
28 Lexa, Pulang...
29 Sebuah Usaha
30 Sebuah Permintaan
31 Keadaan Lexa
32 Hari-hari Bersama
33 Ketulusan
34 Semua Hanya Mimpi
35 Alexa Diandra Putri
36 Kenapa Tuhan?
37 Salam Perpisahan
38 Tanah Merah
39 Harus Bangkit
40 Antara Lexa dan Rachel (2)
41 Bunga Daisy
42 Antara Ratih dan Angga
43 Antara Ratih dan Angga (2)
44 Tidak Ingin Sia-sia
45 Bertemu Angga Lagi
46 Penjaga Lexa
47 Semangat Lexa
48 Berita Tak Terduga
49 Berita Tak Terduga Lainnya
50 Ratih dan Kenangannya
51 Pilu Yang Tak Kunjung Usai
52 Berharap Indah Pada Waktunya
53 Bertemu Ayah dan Ibu
54 Terimakasih Lexa
55 Memori Erick
56 Senyum yang Selalu Dirindukan
57 Tamu Malam
58 Menemukan Sosok Kakak
59 Melepaskan Belenggu Perasaan
60 Hari Pertemuan (1)
61 Hari Pertemuan (2)
62 Harapan Martha
63 Takdir Tuhan
64 Jalan Yang Dipilih Erick
65 Buku Harian Lexa
66 Harapan Baik Laksana Kupu-kupu
67 Ke Kota
68 Di Kota
69 Kebahagiaan Yang Datang
70 Kembali Sekolah
71 Mengisi Ruang Hampa
72 Kembali
73 Makan Malam
74 Hanya Untuk Erick
75 Pengumuman
76 Menyampaikan Semua
77 Setiap Saat, Setiap Waktu
78 Angga Menginap
79 Bertemu Adhit
80 Langkah Baru
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Gadis Hening itu...
2
Awal Baru
3
Harapan
4
Tetangga
5
Permulaan
6
Perkenalan
7
Kegelisahan Ratih
8
Tatapan
9
Teman
10
Beban Tersembunyi
11
Menepis Jarak
12
Sebuah Perhatian
13
Pertolongan
14
Rival
15
Hujan Pertama
16
Antara Lexa dan Rachel
17
Gerimis dalam Hati
18
Kekesalan Erick
19
Don't Leave Me
20
Masa Lalu
21
Masa Lalu (2)
22
Masa Lalu (3)
23
Janji Erick
24
Pencarian Lexa
25
Kamu Tak Sendiri
26
Kepercayaan dan Keberanian
27
Janji Lexa
28
Lexa, Pulang...
29
Sebuah Usaha
30
Sebuah Permintaan
31
Keadaan Lexa
32
Hari-hari Bersama
33
Ketulusan
34
Semua Hanya Mimpi
35
Alexa Diandra Putri
36
Kenapa Tuhan?
37
Salam Perpisahan
38
Tanah Merah
39
Harus Bangkit
40
Antara Lexa dan Rachel (2)
41
Bunga Daisy
42
Antara Ratih dan Angga
43
Antara Ratih dan Angga (2)
44
Tidak Ingin Sia-sia
45
Bertemu Angga Lagi
46
Penjaga Lexa
47
Semangat Lexa
48
Berita Tak Terduga
49
Berita Tak Terduga Lainnya
50
Ratih dan Kenangannya
51
Pilu Yang Tak Kunjung Usai
52
Berharap Indah Pada Waktunya
53
Bertemu Ayah dan Ibu
54
Terimakasih Lexa
55
Memori Erick
56
Senyum yang Selalu Dirindukan
57
Tamu Malam
58
Menemukan Sosok Kakak
59
Melepaskan Belenggu Perasaan
60
Hari Pertemuan (1)
61
Hari Pertemuan (2)
62
Harapan Martha
63
Takdir Tuhan
64
Jalan Yang Dipilih Erick
65
Buku Harian Lexa
66
Harapan Baik Laksana Kupu-kupu
67
Ke Kota
68
Di Kota
69
Kebahagiaan Yang Datang
70
Kembali Sekolah
71
Mengisi Ruang Hampa
72
Kembali
73
Makan Malam
74
Hanya Untuk Erick
75
Pengumuman
76
Menyampaikan Semua
77
Setiap Saat, Setiap Waktu
78
Angga Menginap
79
Bertemu Adhit
80
Langkah Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!