Pertolongan

"Gimana keadaan Lexa, tante?"

Tanya Erick.

"Ga pa pa, Rick. Kata Mama kamu Lexa cuma butuh istirahat aja..."

Jawab Ratih sambil mengelus pundak Erick yang terlihat cemas.

Tak lama, Martha keluar dari kamar Lexa. Melempar senyum kecil kepada Ratih dan anaknya.

Raut muka Ratih tampak begitu tegang, melihat tatapan Martha yang tajam ke arahnya.

"Ayo, pulang Rick! Biar Lexa istirahat. Bu Ratih, pastikan Lexa makan teratur ya, dan jangan lupa minum obat." Tukas Martha yang dari nada suaranya tidak terkesan mengintimidasi Ratih.

Ratih hanya mengangguk kecil. Ada raut ketakutan dan tak enak hati dari Ratih kepada orang-orang yang menolongnya itu.

Martha dan Erick sudah menghilang dari pandangan Ratih yang mengantarnya sampai ke pintu depan. Lekas Ratih menutup pintu rumahnya dan segera melihat kondisi Lexa.

Wajah Lexa terlihat sedikit pucat, tubuhnya kian hari kian ringan. Ratih mendekat, duduk di samping Lexa yang terbaring berselimut kain tebal berwana putih bermotif bunga-bunga. Dielusnya rambut hitam Lexa. Rasa haru pun langsung menyeruak, ingin rasanya air matanya meleleh keluar dari mata Ratih yang sendu. Tapi dia tahan dan hanya menyisakan isak lirih.

****

"Minum obat dulu, Nak..." Pinta Ratih yang telah selesai menyuapi Lexa sup jamur kesukaannya.

Lexa menggeleng pasti.

Ratih melepas napas panjang.

"Ayolah, Nak....Kamu harus minum obat. Agar kondisi badanmu membaik." Pinta Ratih lagi.

Lexa masih bergeming. Dia hanya menatap kosong ke depan.

"Teman-temanmu pada khawatir, loh.. Tadi ada Ana, Miska, Helen, dan siapa lagi ya? Tante lupa. Mereka kesini pengin jenguk kamu..."

Masih merayu Lexa untuk meminum obatnya.

"Mereka pengin kamu cepet pulih trus bisa berangkat lagi ke sekolah. Minum obat, yuuk!"

Pinta Ratih semakin memelas, tapi Lexa tetap angkuh dengan pendiriannya.

Ratih tak berdaya. Air mata yang dia simpan berlarian keluar, meleleh di pipinya yang tirus. Lexa tersadar, menoleh Ratih yang sudah tak bisa membendung tangisannya.

Lexa menggenggam tangan Ratih penuh kasih.

"Ga papa tante.. Lexa baik-baik saja... Lexa ga perlu minum obat. Lexa yang tahu kondisi tubuh Lexa. Lexa masih kuat." Ucap Lexa pasti.

"Lexa bikin tante khawatir ya? Maafin Lexa ya, tan.." Sambung Lexa yang mencoba meyakinkan Ratih perihal keadaannya.

Ratih masih sesenggukan. Lexa paham kalau Ratih sangat mengkhawatirkannya. Perlahan Lexa mendekat ke arah Ratih dan mendekap tubuh tantenya itu hangat. Tangis Ratih semakin menderu dalam dekapan Lexa. Sementara Lexa hanya bisa menepuk punggung Ratih lembut, sebagai usaha Lexa membuat Ratih tenang.

****

Malam berganti pagi. Lexa sudah siap dengan seragam sekolahnya. Seragam kotak-kotak dengan rok abu-abu melekat di tubuhnya. Lexa menatap jauh ke hamparan bunga lavender dari balik jendela kamarnya. Matanya terpejam, hanya membiarkan angin pagi khas daerah dataran tinggi menyapa wajahnya dengan tulus. Merasakan suasana pagi hari ini dengan sebuah harapan, ingin kembali berjumpa esok hari.

"Mau ke sekolah, Nak?" Tanya Ratih khawatir.

Mengamati Lexa dari ujung rambut sampai kaki, memastikan dia baik-baik saja.

"Iya, tan... Lexa berangkat. Lexa baik-baik aja koq. Lagian ngapain lama-lama di rumah. Lexa pengin sekolah." Jawab Lexa dengan mata yang berbinar.

"Tante antar ya??!" Ratih sedikit memaksa.

"Ga usah tante... Lexa bisa jalan sendiri. Lexa udah baikan koq! Lexa ga pa pa..." Jelas Lexa.

Ratih masih memaksa untuk mengantar walaupun berkali-kali Lexa menjelaskan dia baik-baik saja. Tapi Ratih tetap tak percaya. Lexa lalu memeluknya, mencoba menangkan tantenya dengan sebuah dekapan hangat. Ratih mencium rambut hitam wanginya. Mengelus punggung Lexa yang berada di pelukannya.

"Lexa udah gede tante.. Lexa malu kalau di antar ke sekolah sama tante..." Rayu Lexa.

"Ya, baik sayang, tante tahu kamu udah besar. Jaga diri kamu baik-baik ya.." Ucap Ratih yang mulai luluh.

"Kalo ada apa-apa kamu ngomong aja sama Erick, ya?! Biar dia bisa hubungi tante..."

Mendengar Ratih berbicara demikian, Lexa hanya semakin mempererat pelukannya ke tubuh Ratih dan tenggelam bersama pikirannya sendiri.

****

Lexa berjalan santai dengan earphone yang menyumpal telinganya seperti biasa. Melewati rumah Erick yang dia lirik. Tapi rumahnya terlihat sepi. Lexa memelankan langkahnya. Berharap ada seseorang berjalan di belakangnya.

Lexa susah sampai di gerbang sekolah, masih mengamati arah belakangnya. Raut wajahnya menunjukkan rasa kecewa. Lexa berpaling dan berjalan masuk ke area sekolah menuju ruang kelasnya.

"Hai, Lex..." Sapa Ana, begitu melihat Lexa sudah berada di pintu kelasnya.

Lexa melempar senyum membalas sapaan Ana. Lexa merapikan tempat duduknya, menaruh tas di belakang punggungnya sambil melihat arah belakang kursinya yang masih kosong. Lexa benar-benar terlihat kecewa.

"Gimana keadaanmu? Udah baikan??" Tanya Ana yang cemas..

"Aku ga pa pa, An..." Jawab Lexa mantap.

"Aku khawatir pas aku denger kamu dibawa ke UKS..." Sambung Ana.

"Oh ya?? Aku ga inget kalo aku ada di UKS. Siapa yang bawa aku kesana?" Tanya Lexa penasaran.

"Oh ya? Ga ada yang cerita sama kamu??" Jawab Ana yang juga penasaran.

Lexa menggeleng cepat.

"Aku sama Helen lagi duduk-duduk di taman. Trus aku liat Erick lari. Aku penasaran, muka Erick panik banget jadi aku ikutin. Trus aku denger kamu sakit, Erick mau minta izin ke Bu Irma kalo kamu mau pulang." Jawab Ana.

"Terus?"

"Terus pas aku sama Erick mau nyamperin kamu di kelas.."

Belum sempat Ana melanjutkan cerita yang membuat Lexa penasaran, suara Erick memecah suasana.

"Eheemmmm... aku mau lewat, awas!"

Ucap Erick usil.

"Idiihh... lewat tinggal lewat kalii..."

Jawab Ana kesal sambil memberi jalan kepada Erick.

Lexa menatap Erick yang terlihat datar.

"Aku duduk dulu, yaa.." Kata Ana.

Lexa ingin sekali menyapa Erick, tapi ada sesuatu yang membuatnya tak bisa melakukannya. Perlu keberanian lebih sepertinya untuk menyapa Erick.

Pelajaran sudah dimulai, Lexa sedikit tidak fokus pada pelajarannya kini. Kepalanya tak berhenti memikirkan sesuatu. Ingin sekali dia berbalik arah menatap teman yang duduk di belakangnya, siapa tahu akan membuat Lexa sedikit lega. Tapi tetap saja tidak bisa, Lexa hanya bisa menghela napas. Kesal dengan dirinya sendiri.

Bel Istirahat berbunyi. Lexa sudah tidak tahan, dia langsung segera membalikkan badan menghadap Erick.

"Makasih ya, Rick.. Kamu kemarin udah nolongin aku." Ucap Lexa menahan rasa malu bercampur lega.

Erick menatap datar Lexa.

"Kenapa bilang makasih ke saya? Bukan aku yang nolongin kamu.." Jawab Erick tak berekspresi.

Lexa sedikit tercengang mendengar perkataan Erick. Lexa tampak bingung.

"Kamu ga mau istirahat?" Tanya Erick memecah kebingungan Lexa. Melempar senyum sederhana yang penuh makna. Lexa membalasnya dengan menggeleng. Lalu Erick berlalu meninggalkan Lexa yang memikirkan senyum Erick tadi.

****

Lexa berada di Perpustakaan. Memegang buku yang hanya dia bolak-balik halamannya saja. Wajahnya terlihat masam.

Hari ini memang sekolahnya masih bebas. Banyak jam pelajaran yang kosong, mungkin karena Irma sibuk menjadi ketua panitia ajang kompetisi basket sehingga dia tak sempat masuk untuk mengajar anak-anaknya seperti biasa. Hanya tugas-tugas yang dia titipkan lewat Ari si ketua kelas, agar bisa dikerjakan murid-muridnya untuk mengisi waktu kosong. Lexa yang sudah selesai dengan tugasnya memilih perpustakaan sebagai tempatnya melarikan diri. Ana sibuk dengan tugasnya sebagai ketua OSIS. Ari pun sama, tanggungjawab ketua kelas membuat Ari sibuk mengurus kelas. Dan Erick, dia seperti menghindari Lexa. Dia menghilang entah kemana sejak istirahat tadi.

Lexa merasa sebal. Berkali-kali mengutuk dirinya dengan memukul pelan kepalanya ke buku. Membuang napas kasar. Melihat sekeliling perpustakaan yang lengang. Dan berhenti pada sosok laki-laki yang berjalan menghampirinya.

"Disini rupanya... Aku cari kamu kemana-mana loh.., Udah baikan??" Tanya Adhit.

Lexa hany bisa membalas pertanyaan Adhit dengan senyum.

Tunggu dulu, Lexa mulai berpikir. Apakah Adhit yang kemarin membawanya ke UKS?.

"Aku khawatir kamu kenapa-kenapa, Lex..." Ucap Adhit tulus.

"Makasih ya Dhit, udah nolongin aku..." Kata Lexa ragu-ragu tapi terdengar tulus.

Adhit hanya mengembangkan senyum berhias lesung pipi.

"Tapi kamu beneran udah baik-baik aja kan?"

Kata Adhit sambil mengamati Lexa.

"Iya.. Aku baik-baik aja..." Jawab Lexa seraya mengembangkan senyum ke arah Adhit.

Di luar, Erick mendadak berlalu mengurungkan niatnya untuk masuk ke perpustakaan.

Episodes
1 Gadis Hening itu...
2 Awal Baru
3 Harapan
4 Tetangga
5 Permulaan
6 Perkenalan
7 Kegelisahan Ratih
8 Tatapan
9 Teman
10 Beban Tersembunyi
11 Menepis Jarak
12 Sebuah Perhatian
13 Pertolongan
14 Rival
15 Hujan Pertama
16 Antara Lexa dan Rachel
17 Gerimis dalam Hati
18 Kekesalan Erick
19 Don't Leave Me
20 Masa Lalu
21 Masa Lalu (2)
22 Masa Lalu (3)
23 Janji Erick
24 Pencarian Lexa
25 Kamu Tak Sendiri
26 Kepercayaan dan Keberanian
27 Janji Lexa
28 Lexa, Pulang...
29 Sebuah Usaha
30 Sebuah Permintaan
31 Keadaan Lexa
32 Hari-hari Bersama
33 Ketulusan
34 Semua Hanya Mimpi
35 Alexa Diandra Putri
36 Kenapa Tuhan?
37 Salam Perpisahan
38 Tanah Merah
39 Harus Bangkit
40 Antara Lexa dan Rachel (2)
41 Bunga Daisy
42 Antara Ratih dan Angga
43 Antara Ratih dan Angga (2)
44 Tidak Ingin Sia-sia
45 Bertemu Angga Lagi
46 Penjaga Lexa
47 Semangat Lexa
48 Berita Tak Terduga
49 Berita Tak Terduga Lainnya
50 Ratih dan Kenangannya
51 Pilu Yang Tak Kunjung Usai
52 Berharap Indah Pada Waktunya
53 Bertemu Ayah dan Ibu
54 Terimakasih Lexa
55 Memori Erick
56 Senyum yang Selalu Dirindukan
57 Tamu Malam
58 Menemukan Sosok Kakak
59 Melepaskan Belenggu Perasaan
60 Hari Pertemuan (1)
61 Hari Pertemuan (2)
62 Harapan Martha
63 Takdir Tuhan
64 Jalan Yang Dipilih Erick
65 Buku Harian Lexa
66 Harapan Baik Laksana Kupu-kupu
67 Ke Kota
68 Di Kota
69 Kebahagiaan Yang Datang
70 Kembali Sekolah
71 Mengisi Ruang Hampa
72 Kembali
73 Makan Malam
74 Hanya Untuk Erick
75 Pengumuman
76 Menyampaikan Semua
77 Setiap Saat, Setiap Waktu
78 Angga Menginap
79 Bertemu Adhit
80 Langkah Baru
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Gadis Hening itu...
2
Awal Baru
3
Harapan
4
Tetangga
5
Permulaan
6
Perkenalan
7
Kegelisahan Ratih
8
Tatapan
9
Teman
10
Beban Tersembunyi
11
Menepis Jarak
12
Sebuah Perhatian
13
Pertolongan
14
Rival
15
Hujan Pertama
16
Antara Lexa dan Rachel
17
Gerimis dalam Hati
18
Kekesalan Erick
19
Don't Leave Me
20
Masa Lalu
21
Masa Lalu (2)
22
Masa Lalu (3)
23
Janji Erick
24
Pencarian Lexa
25
Kamu Tak Sendiri
26
Kepercayaan dan Keberanian
27
Janji Lexa
28
Lexa, Pulang...
29
Sebuah Usaha
30
Sebuah Permintaan
31
Keadaan Lexa
32
Hari-hari Bersama
33
Ketulusan
34
Semua Hanya Mimpi
35
Alexa Diandra Putri
36
Kenapa Tuhan?
37
Salam Perpisahan
38
Tanah Merah
39
Harus Bangkit
40
Antara Lexa dan Rachel (2)
41
Bunga Daisy
42
Antara Ratih dan Angga
43
Antara Ratih dan Angga (2)
44
Tidak Ingin Sia-sia
45
Bertemu Angga Lagi
46
Penjaga Lexa
47
Semangat Lexa
48
Berita Tak Terduga
49
Berita Tak Terduga Lainnya
50
Ratih dan Kenangannya
51
Pilu Yang Tak Kunjung Usai
52
Berharap Indah Pada Waktunya
53
Bertemu Ayah dan Ibu
54
Terimakasih Lexa
55
Memori Erick
56
Senyum yang Selalu Dirindukan
57
Tamu Malam
58
Menemukan Sosok Kakak
59
Melepaskan Belenggu Perasaan
60
Hari Pertemuan (1)
61
Hari Pertemuan (2)
62
Harapan Martha
63
Takdir Tuhan
64
Jalan Yang Dipilih Erick
65
Buku Harian Lexa
66
Harapan Baik Laksana Kupu-kupu
67
Ke Kota
68
Di Kota
69
Kebahagiaan Yang Datang
70
Kembali Sekolah
71
Mengisi Ruang Hampa
72
Kembali
73
Makan Malam
74
Hanya Untuk Erick
75
Pengumuman
76
Menyampaikan Semua
77
Setiap Saat, Setiap Waktu
78
Angga Menginap
79
Bertemu Adhit
80
Langkah Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!