🌻🌻🌻🌻
"Siapa gadis itu, kak?" tanya Rasya serius menatap selidik putranya.
"Papa terima informasi dari paman Rainal, katanya kamu membiarkan orang asing memasuki kediaman pribadi mu belum lama ini," tambahnya kini mulai timbul kecurigaan mengenai tingkat keamanan yang di miliki Faraz.
Pria itu sangat hapal bagaimana karakter sang putra yang membenci orang luar berada di sekitarnya apalagi itu menyangkut wanita.
Infomasi yang Rasya terima dari orang kepercayaannya mengatakan jika waktu itu bukan hanya satu wanita yang datang ke rumah Faraz melainkan dua wanita sekaligus.
Dan untuk apa mereka kemari sedangkan lebih dari enam tahun ini belum pernah ada orang lain berani memasuki rumah putranya selain dirinya dan Kamila, istrinya.
Faraz yang mendadak di beri pertanyaan soal gadis yang di sebut sang papa tentu sedikit lambat menaggapinya.
"Gadis apa maksud papa?" seru Faraz balik bertanya.
Plak
"Aw, sakit pah ..." adunya menatap masam ke arah pria tua yang masih terlihat sangat tampan itu.
"Jangan mengelak, kak. Atau kamu ingin papa sendiri yang mencari tahu siapa gadis cantik itu?" sentak Rasya kesal sembari menyandarkan punggungnya yang lelah.
Mendengar kata cantik terucap dari mulut sang papa baru otak Faraz mencerna dengan baik.
"Oh. Namanya Qiara," jawabnya kemudian tanpa ada yang di tutupi.
"Jangan salah paham, gadis itu tidak ada hubungannya dengan ku tetapi memiliki hubungan baik dengan Sandra." Tambahnya memberi penjelasan agar Rasya tidak lagi menghadiahinya dengan pukulan yang lebih keras
"Maksudnya?" tanya Rasya bingung.
"Gadis itu merupakan sahabat Sandra, dan dia juga yang membawa Erzhan dan istriku kabur entah kemana sekarang." Tanpa sadar Faraz mengatakan perihal hilangnya sang putra bersama Sandra yang di bawa kabur Qiara tepat sudah tiga jam berlalu
"APA ...?" pekik Kamila lumayan keras membuat kedua pria tampan itu tersentak kaget.
Kamila yang awalnya berniat kembali masuk ke dalam rumah karena ingin mengambil ponsel yang tertinggal di atas meja siapa sangka justru mendengarkan apa yang di katakan putranya.
"Siapa yang membawa kabur menantu dan cucuku?" serbu Kamila bertanya dengan raut wajah masam.
Baik Rasya maupun Faraz berusaha menelan ludah mereka susah payah melihat tatapan garang dari wanita cantik yang selama ini belum pernah terlihat marah.
"Jawab kak!" bisik Rasya menyenggol lengan kanan putranya tidak berani menatap kembali ke arah sang istri.
Pria itu memilih diam dengan kepala menunduk dalam.
"Ngga mau aa, takut kena amuk singa betina" sahut Faraz ikut berbisik namun ternyata Kamila bisa mendengarnya.
Tanpa keduanya sadari wanita itu sudah berada tepat di hadapan mereka semenit setelah Kamila bertanya.
"Aww, mama ..."
"Sakit sayang ..."
Jeritan lumayan kuat dari kedua pria tampan itu menggema di ruang tengah secara bersamaan.
Satu tangan Kamila sudah bertengger indah di telinga kiri Rasya sementara satunya lagi berada di telinga kanan Faraz.
"Bagus ... makin ngelunjak ya sekarang," omel Kamila semakin menguatkan jewerannya di telinga suami dan putranya tersebut.
"Ampun mama, janji kakak ngga bisik-bisik lagi" rengek Faraz memelas, menahan sakit bercampur perih merasakan satu jemari lentik sang mama kemungkinan kuku panjangnya sudah menggores kecil area telinganya.
Hilang sudah ketampanan dan wibawa ku di depan orang rumah. Bathinnya menjerit tertahan
"Sakit sayang ... Kenapa aku ikutan kena juga sih," protes Rasya tidak terima bukan dirinya yang menyebut sang istri dengan julukan singa betina tetapi ia justru terkena imbasnya.
Dasar anak durhaka. Geramnya dalam hati
Tatapan mata pria itu begitu tajam dan menghunus ke arah sang putra.
Akan tetapi, yang di tatap justru menjulurkan lidahnya sengaja mengadu genderang perang.
🍀
Beberapa pelayan rumah sampai ikut menyaksikan sang Nyonya besar menghukum kedua pria tampan yang mereka yakini telah melakukan sebuah kesalahan yang fatal.
"Kasihan ya Tuan besar dan Tuan muda kena omel Nyonya besar."
"Mana di jewer lagi telinga Tuan muda, aduh ... Sini tampan mau Alin obati pakai ciuman sayang."
Plak
"Sembarangan kalau ngomong, entar kedengaran baru tahu rasa kamu."
"Tahu nih, sok cantik dan sok baik berulah lagi."
[Hhuuhh...] Seru beberapa pelayan bersamaan.
"Hustt, sebaiknya kita pergi dari sini. Tidak baik diam-diam menonton," sang Bibi pelayan memerintahkan para pelayan itu meninggalkan rumah utama menuju halaman belakang.
Tidak ada yang boleh berada di sana terlebih sampai mengganggu ketenangan sang majikan.
🍀
Masih di ruang tengah.
Kamila melepaskan jewerannya dari telinga dua pria tampan kesayangannya itu karena kasihan.
Tidak ada gunanya menghukum suami dan putranya sendiri, sebab yang jauh lebih penting sekarang adalah keberadaan menantu dan cucunya.
"Sekarang katakan kak! Dimana Erzhan dan Sandra berada?" tanya Kamila serius duduk tenang berhadapan dengan putranya.
Faraz menggeleng pelan, "Aku tidak tahu" jawabnya jujur.
"Jangan bohong kak," sentak Kamila tidak percaya.
"Sumpah, aku ngga bohong mama. Lagian mana mungkin aku hanya berdiam diri di sini kalau aku tahu kemana gadis itu membawa mereka pergi" tanpa sadar Faraz berbicara dengan nada lumayan tinggi.
"Maaf, kakak refleks" sambungnya merasa bersalah sudah setengah membentak.
Kamila memijit pangkal hidungnya yang terasa sakit.
"Siapa tadi nama gadis itu?"
"Qiara ..." jawab Faraz.
"Apa dia berasal dari negara lain?"
"Tidak, gadis itu asli lahir di negara ini." Kini Rasya lah yang menjawab pertanyaan sang istri
"Di antara kalian ada yang tahu putri siapa gadis itu?" tatapan mata Kamila berubah teduh seakan tidak asing dengan nama Qiara.
Apa mungkin gadis itu merupakan putrinya? Dalam hati bertanya
"Sudahlah. Lebih baik jangan ganggu mereka, biarkan gadis itu membawa Sandra dan Erzhan kali ini." Lanjut Kamila berbicara membuat kedua pria tampan di hadapannya saling pandang antara bingung dan penasaran
"Apa? Jangan liatin mama dengan tatapan aneh kalian itu," tambahnya seraya bangkit dari sofa.
Kepalanya serasa pusing seakan mau pecah, begitu banyak kejanggalan yang timbul.
"Papa ngga pulang?" tanya Kamila melihat Rasya masih betah duduk termangu seraya menatapnya serius.
"Aa iya, papa pulang dulu ya kak" jawab Rasya ikut bangkit dari sofa hendak menyusul sang istri.
Pria tampan itu masih sempat berhenti sebelum hilang dari balik pintu masuk utama.
"Ada apa, pah?" tanya Faraz menyadari sang papa belum juga pergi.
Bukannya menjawab Rasya justru melemparkan sebuah kartu nama ke arah putranya dengan senyum tertahan.
"Semoga berhasil," bisiknya menggunakan isyarat gerakan tangan.
Setelah itu Rasya benar-benar keluar dari rumah sang putra tanpa mengindahkan panggilan dari Faraz.
🍀
Di dalam mobil Kamila sabar menunggu kedatangan suaminya meski sudah lewat lima menit berlalu.
Klek
Pintu mobil di tutup perlahan setelah Rasya berhasil masuk.
"Jalan pak!" titahnya pada sopir.
Mobil sedan warna hitam tersebut keluar dari pekarangan rumah Faraz menuju jalan besar.
Sepanjang jalan pasangan suami istri tersebut berbicara banyak hal terutama perihal apa yang di berikan Rasya pada putranya.
"Bagaimana?" tanya Kamila penasaran.
"Kita lihat saja nanti ... papa cuma kasih anak itu kartu nama milik keluarga gadis itu, selebihnya biarkan ia sendiri yang berusaha." Pandangan mata Rasya menghadap lurus ke depan
Semenatara Kamila mengangguk paham tanpa berniat kembali bertanya lebih banyak lagi.
🍃🍃🍃🍃🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments