🌻🌻🌻🌻🌻
Qiara benar-benar tidak terima dirinya malah di tuduh sebagai penculik si bocah kecil tampan yang jelas-jelas dia tahu itu anak sahabatnya sendiri.
"Astaga wajah ku yang sangat cantik terawat ini bisa-bisanya di tuduh menculik anak kecil," gumam pelan Qiara nyaris tidak terdengar.
Tidak suka dengan tuduhan yang di tujukan padanya, sisi galak dan bar-bar Qiara akhirnya keluar juga.
(Padahal sebelumnya sangat kalem dan anggun😔)
Qiara balik menatap tajam ke arah Faraz tanpa ada rasa takut sedikit pun, bahkan dia malah semakin mengikis jarak di antara mereka agar lebih dekat dengan pria dingin tersebut.
Hanya berjarak satu jengkal menjadi pembatas dua orang yang mungkin siap berperang.
"Wah lancang sekali ya mulut anda, Tuan. Sembarangan menuduh saya sudah menculik putra mu." Cecar Qiara dengan napas memburu
"Anda bilang apa tadi wahai Tuan tampan? Apa anda tidak salah bicara? Kalau situ yang lalai dalam menjaga anak jangan main sembarang nuduh orang juga dong." Tambahnya mulai mengomel
"Harusnya anda itu tanya dulu sama saya dengan bahasa baik-baik, ini anak kenapa bisa ada sama saya bukan malah main nuduh gitu ajah dong. Anda pikir Tuan, semua orang mau di perlakukan seenaknya seperti yang anda lakukan barusan?" lanjutnya tanpa ada rasa takut sekalipun.
Semua karyawan hotel termasuk Tara dan si biang kerok masalah sampai tercengang tidak percaya, ternyata di dunia ini masih ada orang yang berani memaki Faraz apalagi sampai di depan banyak orang.
"Paman Tara," panggil Erzhan tanpa melepaskan tatapannya dari Qiara.
"Hmm, ada apa?" sahut Tara sama halnya masih menatap kaget ke arah gadis cantik itu.
"Mommy benar-benar hebat paman, Abang rasa pasti nantinya Daddy akan sangat kesal pada Mommy." Jawab bocah tampan itu begitu serius
Tara sampai mengerutkan dahinya mendengar kalimat yang keluar dari mulut sang keponakan barusan.
"Mommy? Kenapa dari tadi Abang terus menyebut gadis cantik itu dengan kata Mommy? Apa dia ada hubungan dengan Daddy mu?" tanya Tara bertubi-tubi semakin di buat penasaran.
Ia seperti berbicara dengan orang dewasa sekarang, pola pikir Erzhan yang terbilang cukup dewasa dan terlampau pintar membuat Tara sangat senang bila putra dari sahabatnya itu mengajaknya berbicara.
"Ya ampun, Abang lupa kasih tahu paman Tara siapa Mommy." Jawab Erzhan menepuk pelan dahinya
"Mommy itu yang kemarin datang ke rumah, Mommy adalah sahabat dekat mama Sandra. Kata mama Sandra kemarin itu Mommy nya Abang, jadi Abang sering panggil Mommy deh sampai sekarang. Kan itu Mommy nya, Abang." Terang bocah tampan itu pada Tara yang semakin di buat bingung campur keheranan
Mana ada ibu kandung sendiri malah justru mengatakan pada anaknya jika wanita lain yang jelas bukan siapa-siapa justru adalah ibu dari anaknya, bila yang di maksud Sandra adalah sebutan Aunty karena kebetulan mereka merupakan sahabat, mungkin Tara masih bisa percaya.
Tapi ini justru lain lagi ceritanya, apa ada seorang ibu yang merelakan anaknya sendiri memanggil sahabatnya Mommy.
Sedangkan itu adalah panggilan yang memiliki makna sangat penting, bisa saja di masa depan terjadi sesuatu hal yang tidak menyenangkan.
"Mama Sandra ngomong gitu ke Abang?" tanya Tara lagi, masih ingin memastikan.
"Iya. Malah waktu Mommy datang ke rumah kemarin yang bantuin Abang mandi dan jadi rapih adalah Mommy. Pasti paman tidak percaya kan, kalau Mommy bisa melakukan semua pekerjaan yang tidak pernah sekalipun orang rumah lakukan selain Daddy." Jawab antusias Erzhan dengan senyum tak lepas daru wajah tampannya
Tara menyimak semua kalimat yang di ucapkan bocah tampan itu, ia juga tahu bagaimana semua orang yang ada di rumah sang sahabat tidak ada yang berani mendekati atau menyentuh Erzhan.
Parahnya lagi kenapa bisa seorang gadis yang bukan istri atau ibu kandung dari keponakannya itu malah sudah begitu akrab dan lengket, ini benar-benar tidak beres. Pikir Tara
...****...
Masih dengan situasi yang sama dimana perdebatan terus berlangsung antara Qiara dan Faraz, di antara mereka tidak ada yang mau mengalah.
Qiara masih dengan ucapannya dan Faraz dengan sikap dingin dan angkuhnya.
"Jangan banyak alasan hanya demi menghindari masalah, jelas-jelas semua tempat sudah di periksa dan tidak ada putra ku di manapun." Selak Faraz tetap yakin Qiara sudah menculik putranya
"Sepertinya otak anda bermasalah Tuan, percuma tampan kalau otak mu tidak bekerja dengan baik. " Sindir Qiara tidak kenal takut
"Maksud mu apa bicara seperti itu?" geram Faraz mulai terpancing emosi.
Qiara menyeringai tipis, betapa sialnya dia kembali berada dalam situasi yang pernah terjadi sewaktu di Negara orang.
"Hais. Ngakunya pemilik hotel, semua yang ada di sini berada dalam pengawasan ketat dan di lengkapi CCTV, terus kenapa masih juga kecolongan? Apa ini yang di bilang hotel teraman dan nyaman untuk di tempati?" cecar Qiara sengaja ingin memanas-manasi Faraz.
"KAU,"
"Sstt, jangan marah dulu tuan Sarfaraz Rasya yang terhormat." Potong Qiara cepat seraya menyeringai tipis
"Rupanya anda masih belum tahu kalau hotel yang anda kelola ini justru belum sepenuhnya aman, mau aku tunjukan kebenarannya?" lanjut Qiara dengan berani menyentuh mulut Faraz menggunakan jari telunjuk.
Semua orang terpengarah melihat kelakuan Qiara yang menurut mereka sangat nekat, gadis itu bahkan tak segan-segan menarik dasi sang Tuan muda sampai keduanya berjalan pelan menuju tangga darurat.
Beberapa di antaranya termasuk Tara dan Erzhan ikut mengekor di belakang dua orang yang masih saja berseteru.
"Kita sudah sampai Tuan Faraz," ucap Qiara seraya menunjuk satu lorong yang hanya di isi 6 kamar dengan jarak berjauhan.
"Untuk apa kamu membawa ku kesini?" kesal Faraz tidak terima di perlakukan buruk oleh seorang gadis kecil.
"Ya ampun. Apa anda tidak bisa melihatnya Tuan tampan? Di lorong ini satu pun tidak ada CCTV yang menempel." Jawab Qiara begitu gemas ingin rasanya menampar kuat bibir tipis Faraz
"Lalu apa urusannya dengan ku?" tanya Faraz masih belum paham.
Mata Qiara melotot sempurna dengan mulut yang siap mengomel, belum juga hilang rasa malunya karena kejadian waktu di rumah tempat sahabatnya berada.
Kini justru masalah baru kembali menimpanya, entah kapan Qiara bisa merasa tenang dan nyaman.
Perang yang mungkin akan terus berlanjut tidak tahu sampai kapan berlangsung, yang jelas antara Qiara dan Faraz tidak ada yang mau mengalah.
Keduanya bak Singa yang siap bertarung nyawa siapa yang akan menang.
Ini namanya mencari masalah tanpa tahu hasil akhirnya.
.
.
.
🍃🍃🍃🍃🍃
Like & Komennya jangan lupa ya🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Duwi Hariani
next tor
salam dari istri yang bisu🙏
2022-04-17
6