Saling berbagi dengan sahabat
Diam adalah cara terbaik Kanya untuk mengekspresikan sesuatu yang menganjal di hatinya. Sepanjang perjalanan pulang di dalam mobil, Kanya hanya melihat keluar jendela membisukan suaranya.
Bian melirik sekilas ke arah Kanya. Entah apa yang salah dengan dirinya yang menjadi pemenang penghargaan. Bian menyadari Kanya menjadi pendiam setelah ia kembali dari ruang pemenang. Bukankah harusnya istrinya itu senang seperti yang lain. Sudahlah! Mungkin Kanya memang sedang dalam mode tenang ingin berdiam diri. Pikir Bian.
"Kamu ngantuk dan capek ya Kay," seru Bian.
"Ya," jawab Kanya singkat kemudian mengalihkan pandangannya lagi keluar.
"Tidur saja dulu, kalau udah sampai aku bangunin kamu,"
"Ya Mas," jawab Kanya berpura memejamkan mata.
Sekarang Bian merasa masalahnya dengan Kanya beres. Mungkin istrinya memang lelah. Tapi sungguh wanita yang bersama Kanya yang berbeda.
.
.
.
"Ini baju untuk Mas," ucap Kanya meletakan kaos dan celana pendek di atas tempat tidur. Ia pun langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur. Kanya melihat bayangan dirinya di cermin. Entah apa yang terjadi pada dirinya. Apakah benar langkah yang ia ambil dengan bersikap acuh pada Bian. Bukankah ia berada dalam tahap pendekatan.
Ia begitu sangat ingin marah pada Bian tapi tak bisa. Sikap lembut Bian dan bongkahan di dalam hatinya begitu bertolak belakang. Kenapa sih! Ia tak seperti pasangan suami istri lain yang bisa menyelesaikan masalah dengan berbicara. Kenapa ia tak bisa seperti itu.
Kanya sungguh masih merasakan hal aneh! Hal yang begitu menganjal dalam hatinya. Tapi kenapa suaminya justru bersikap sebaliknya. Lebih meyakitkan bagi Kanya seolah suaminya tak menganggap penting apa yang dianggap Kanya penting.
Kanya membasuh wajahnya. Mungkin beristirahat adalah cara terbaik menenangkan diri untuk malam ini. Kanya melihat Bian masih sibuk dengan ponsel di sofa. Tanpa berkata apa-apa. Kanya langsung berjalan melewati suaminya menuju ranjang. Kali ini ia memilih tidur menyamping membelakangi suaminya. Kanya tak tahu suaminya nanti memeluknya atau tidak seperti malam sebelumnya.
.
.
.
"Galang kosong hari Selasa Kay, kita bisa mulai pemotretan sore. katanya pencahayaan waktu itu bagus," seru Raisa meletakan ponsel dan menyeruput jus mangganya.
Kanya berjanji temu dengan sahabatnya Foursquad sore ini di cafe milik Lili.
"Ya gue siap," seru Kanya kini kembali mengaduk-aduk minumannya.
Raisa dan Lili saling pandang melihat tingkah Kanya yang jadi pendiam tak seperti biasanya.
"Lo lagi datang bulan?" tanya Raisa.
"Nggak!" balas Kanya.
"Pasti kebanyakan vaksin nih bocah!" seru Galang tiba-tiba muncul menunjuk Kanya. Pria itu langsung asal menyeruput minuman Raisa seperti biasa.
"Pesan sendiri coba!" Raisa memukul lengan Galang. Kanya tak heran, pasti ada kegaduhan kalau sudah pria itu muncul.
"Kelamaan gue haus!" elak Galang mengambil duduk disebelah Kanya yang terdapat kursi kosong.
"Udah! Pasti ribut deh kalau lo datang. Kita dengerin suara hati Kanya kenapa dia mendadak galau," potong Lili.
"Ih gue baik-baik aja kok, cuma gue mau nanya sama kalian." Kanya memandang sahabatnya satu persatu.
"Kalo misal kalian dapat penghargaan siapa sih orang-orang yang bakalan kalian sebut," seru Kanya.
"Kalau gue, yang pertama pasti berterimakasih sama Allah, kedua orang tua terus suami gue dong," seru Raisa.
"Gue juga samalah, Allah, kedua orang tua, dan yang pasti suami tercinta!" ucap Lili semangat.
Benarkan! Tidak akan ada yang melupakan pasangannya di saat bahagia.
"Eh tunggu, kenapa Lo tiba-tiba nanya gitu! atau jangan-jangan Bian tadi malam ...." Lili langsung meraih ponsel untuk segera melihat channel YouTube yang terdapat siaran acara penghargaan yang di datangi Kanya.
"Pantas, nih kalian lihat," Lili menyerahkan video pidato Bian pada kedua sahabatnya.
"Ya ampun Kay, jadi hanya karena ini muka Lo kusut kayak jemuran kehujanan," seru Galang memperlihatkan video yang ditonton pada Kanya.
Kanya akhirnya mengangguk mengaku. Tak ada memang yang bisa di tutupi dari sahabat-sahabatnya.
"Emang salah gue kesel sama Mas Bian yang nggak ajak gue ke podium. Paling parah lagi dia nggak nyebut nama gue, Kanya istrinya!"
"Kay! Mungkin Bian punya alasan. Hanya karena Bian nggak sebut nama Lo, bukan berati istrinya nggak berarti untuk dia. Ini bukan novel halu. Lo harus ingat, nggak ada manusia yang sempurna seperti dewa di dunia tanpa kesalahan Kay." Raisa berusaha memberi pengertian pada Kanya.
"Kayaknya kepala Kanya yang isinya cuma kehaluan harus di upgrade deh," Galang menimpuk kepala Kanya dengan sendok plastik.
"Apaan sih, itu artinya gue orangnya perasa." bantah Kanya membalas memukul kepala Galang.
"Gue setuju sama Raisa Kay. Gue juga pernah kok ditelantarkan Mas Renald dua jam di mall,"
"Lo Serius! Di telantar gimana maksudnya." Kanya tentu saja kaget. Kanya sangat tahu kalau Mas Renald begitu sangat amat perhatian dengan Lili. Kanya hampir tak pernah melihat ada celah dalam rumah tangga mereka. Kebucinan Renald menurut Kanya bahkan melebihi tingkat dewa pada Lili.
"Mas Renald janji mau jemput gue. Jadinya gue tunggu sampai dua jam sampe lumutan nih kaki dia nggak datang-datang."
Kanya setengah tak percaya.
"Dan loh tahu dia bilang apa waktu gue datangin kesini." Lili menunjuk atap cafe. "Maaf Sayang, Mas nggak inget!" cerita Lili menirukan gaya suaminya.
Kanya membuka mulutnya lebar. Apa mungkin seorang Renald yang perhatian dan kebucinan selama ini membuat Kanya iri bisa lupa menjemput istrinya. Apa ini yang di maksud jangan lihat seseorang dari luarnya. Rumah tangga yang terlihat begitu sempurna pun tak akan luput dari celah.
Apa kabar rumah tangganya yang baru hitungan minggu menuju bulan.
"Menurut gue intinya komunikasi sih. Dalam rumah tangga kita harus terbuka sama pasangan. Istri itu tempat suami untuk pulang berkeluh kesah. Begitu pun sebaliknya, kalau salah satu nyimpan uneg-uneg. Ya pasti sakit hati sendiri." Raisa menutup petuah dengan menyuap kentang ke mulutnya.
"Gue setuju, waktu gue tanya kenapa Mas Renald nggak jemput. Ternyata hapenya mati! Batal deh gue kesal sama dia," sambung Lili.
"Pusing juga gue dengarin masalah ibu-ibu kayak kalian. Gue cabut duluan," Galang bangkit dari kursinya.
"Bilang aja yang jomblo kepanasan," teriak Raisa sambil cekikan bersama Lili.
Kanya hanya menggelengkan kepala melihat sahabatnya.
Kini Kanya mencoba membuka pikiran memahami perkataan Raisa. Benar apa yang dikatakan sahabatnya, tidak ada komunikasi yang baik antara dirinya dan suaminya. Suaminya begitu sibuk dan sangat jarang berbicara. Lebih parah lagi Kanya juga ikut sibuk dengan persepsinya sendiri selalu curiga dengan Bian. Jika ia terus menerus seperti ini tanpa ada yang memulai untuk menekan ego. Mau dibawa kemana rumah tangganya nanti?
Kanya sadar sekarang ia masih perlu waktu untuk bisa memahami Bian. Jika Bian tak peduli lagi padanya. Mana mungkin ia memberi kesempatan untuk Kanya belajar menjadi istri yang baik. Jika ia tak berarti untuk suaminya, mana mungkin ia selalu sabar dan bersikap lembut padanya.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung......
Jangan lupa tinggalkan jejak like komen beri hadiah ya 😘 terima kasih 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Mery Comenk
mb ei, kapan update lagiiii
2022-07-13
0
Elia Nurlaela
mana lagiiii
2022-07-08
0
Mery Comenk
ei. bykin dong episodenya
2022-07-04
0