BAB 2C

"Jaga sobat gue ya!” kata Galang dengan gaya selengeannya mengepalkan tangan tinju ingin mengadu tos dengan Bian.

Kanya membulatkan mata ke arah Galang mencoba untuk menjinakkan sahabatnya itu. Bian dengan tetap memasang senyum meladeni tos sahabat perempuan yang baru dinikahinya itu.

“Pasti, sudah tugasku sebagai suaminya,” jawab Bian.

Hati Kanya langsung bersemi cerry blossom saat itu juga mendengar ucapan Bian. Tapi ketika melihat Galang, Kanya rasanya ingin menendang keluar sahabatnya itu untuk di jadikan tukang parkir. Bagaimana bisa Bian yang pembawaanya tenang, bermartabat dan berwibawa bisa tos seperti anak SD dengan sahabatnya itu.

“Selfi dulu!” serobot Lili sambil mengandeng lengan suaminya membawa ponsel lengkap dengan tongkat saktinya.

Setelah membuat kerusuhan dengan foto berbagai gaya di atas pelaminan dengan heboh. Akhirnya para sahabat Kanya berserta para pasanganya turun dari pelaminan. Kecuali Galang, dia memang jomlo angkut.

“Mereka sahabat baik kamu ya?” tanya Bian usai para foursquard pembuat onar itu turun dari pelaminan.

“Ya, kita sahabatan dari SMP sampai sekarang. Maklumi, mereka memang sedikit heboh,” jawab Kanya malu. Mungkin sahabat Bian orang – orang pandai alumni MIT tidak akan ada berkelakuan sekonyol sahabatnya.

Bian hanya mangut-mangut elegan. Meskipun pembawaannya tenang, Bian tidak sekaku kanebo kering seperti CEO karangannya. Lelaki itu welcome pada para sahabatnya yang sempat mengoda mengenai malam pertama. Kanya saja yang berusaha mati-matian memberi kode agar sahabatnya itu mengerem sedikit kegresekannya.

Tak lama beselang, ada laki-laki dan perempuan naik ke pelaminan. Mereka bukanlah pasangan! Mereka adalah sahabat, karena keduanya berjalan masing-masing tanpa bergandengan seperti yang lainnya.

Kanya tahu pria itu adalah Rehan COO SobatPintar partner suaminya. Sedangkan si perempuan cantik yang memakai dress brukat lengan panjang selutut berwarna maroon, dengan rambut lurus coklat yang tergerai. Perempuan itu tentu Kanya juga tahu.

Perempuan itu berjalan sangat anggun dengan highheels yang tingginya entah berapa centi hingga menunjang tubuh tingginya. Jika Kanya yang memakai sepatu itu sudah dipastikan hitungan tiga langka ia akan terjungkang.

Senyum perempuan itu begitu teduh, tangannya melambai anggun. Kanya rasanya ingin menyerahkan mahkota yang mehiasi kepalanya karena saking terkesimanya. Ternyata jargon, puteri nusantara brain, beauty, behavior begitu melekat meskipun sudah meninggalkan panggung. Ternyata seorang Gareta, runner up puteri nusantara tahun ini jauh lebih anggun dibandingkan dengan yang Kanya tonton saat wawancara di beberapa media online.

Kanya melirik kearah suaminya. Senyum yang lebar permirsa! Itu hal pertama yang ia lihat. Suaminya seperti menemukan sumber bahagianya setelah Gareta datang dan mendekat ke arah keduanya.

Gareta mengulurkan tangan menyalami tangan Bian memberi ucapan selamat, tatapan keduanya membuat hati Kanya resah. Kedua orang bukan mahram yang sedang berjabat tangan itu seolah memancarkan rasa rindu satu sama lain.

Kanya mendadak jadi kasihan melihat Abian, Gareta memang pasangan yang lebih tepat untuk Lelaki itu. Kedua orang itu sama – sama pintar dan berprestasi, Kedua orang ini satu kampus ketika menempuh gelar sarjana. Mereka punya banyak kesamaan! Mereka serasi! Bisa jadi mereka masih saling mencintai.

“Ya, rabb Jika tahu seperti itu, kenapa dia mau menerima perjodohan dengan gadis lemot sepertiku.” Jerit Kanya dalam hati yang mendadak merasa pilu.

Apakah benar akan ada kesepakatan pernikahan seperti novel – novel karangannya? Sungguh meyedihkan nasibnya. Jika memang itu terjadi, Kanya harus siapkan budget untuk tisu paling sebentar untuk enam bulan ke depan. Setelah itu ia harus mulai mencari nama yang cocok dan keren untuk status barunya nanti selain janda bolong.