Bab 11

Kanya bertekad akan merebut hati Abian. Kanya memang di masa sangat percaya diri hanya karena tahu suaminya itu sengaja memeluknya. Tak ada yang salah kan dengan Kanya yang serakah ingin memiliki Bian seutuhnya. Tak peduli dengan Bian yang mencintainya atau tidak.

Kanya adalah istri sahnya, ia lebih berhak segala-galanya atas Abian. Ia akan lebih berdosa jika sampai membuat suaminya berpaling kepada perempuan lain.

"Yakin Li cuma tambah merica aja!" teriak Kanya pada Lili sahabatnya di layar ponsel.

"Ya Kanya, tapi rasain dulu kalau belum pas tambah sedikit lagi."

Seperti saat ini, Kanya sedang belajar memasak virtual dengan Lili. Lili tak bisa datang langsung karena kesibukan di kantor. Jadinya video call alternatif yang Kanya pilih untuk belajar memasak. Mungkin di lain kesempatan ia akan bersungguh-sungguh belajar memasak dengan ahlinya seperti Liliana.

"Tomatnya di potong berapa?" tanya Kanya.

"Terserah sesuai seleranya asal jangan terlalu kecil"

"Auh!" pekik Kanya ketika mendapati tangannya berdarah tergores pisaunya.

"Kay, Hati-hati! lo nggak apa-apa?" ucap panik Lili dari layar ponsel.

"Nggak apa-apa, tinggal kasih plaster beres," jawab Kanya menahan laju darah yang keluar di jarinya dengan kain lap.

"Oke lanjutkan, awas nanti kepotong lagi," goda Lili.

Setelah satu jam berperang dengan perlengkapan dapur dengan tutor virtual, Lili. Kanya akhirnya bisa menghasilkan masakan ayam bumbu kuning yang mungkin rasanya tak seenaknya buatan Lili. Tapi cukup begini saja Kanya sudah bangga meskipun tangannya tak lepas dari luka gores dan percikan minyak. Mungkin kalau Kanya dirumah. Mama, Papa terutama kakaknya sudah histeris, mungkin juga mereka akan memecat ART yang membiarkan memasak. Sekarang Kanya sudah menjadi istri, ia sendiri yang harus menentukan apa yang dilakukannya.

.

.

.

.

.

Tak butuh waktu lama Kanya menempuh perjalanan ditempatnya sekarang mengunakan taksi online. Ia masih berdiri di gedung berlantai empat yang didominasi warna hijau. Bangunan kantornya Bian memang tidak seperti kantor CEO novel karangannya yang tingginya berlantai-lantai hingga mencakar ke arah langit. Tapi begini saja Kanya sudah sangat bangga dengan sosok Abian. Ia merintis semuanya dari awal hingga seperti sekarang. Secara tak langsung suaminya ikut berjuang memajukan pendidikan di negeri ini.

Kanya juga sempat di tawari oleh Bunda Dita untuk membantu Bian berkerja di kantor ini. Tentu saja Kanya menolak dengan halus, ia cukup sadar diri. Ia hanya akan terlihat seperti ikan ****** di tengah ikan kakap.

Dengan ringan Kanya melangkah menaiki anak tangga untuk menuju ke lobby kantor. Ia juga tak malu dengan percaya diri menenteng rantang biru bermotif bunga matahari yang tadi dibeli mendadak.

"Kanya."

Langkah Kanya terhenti menuju lift. Wanita berkerudung biru itu langsung menoleh ke samping mencari sumber suara yang memanggilnya. Kanya tak menyangka akan bertemu perempuan yang selalu ia lihat story Instagramnya disini. perempuan itu kenapa selalu saja cantik dan tampil begitu anggun dengan kemeja salem yang di masukkan dalam rok hitam di bawah lutut.

"Kak Gareta," sapa Kanya memasang senyum manis. Tentu saja Gareta pasti di kantor ini. Perempuan itu brand ambassador dan team yang berkerja di sobatpintar.

"Cari Mas Bian," tanya wanita berambut lurus itu.

Bukan pertanyaan Gareta yang membuat darahnya mendadak mendidih, tapi panggilan perempuan itu yang begitu terdengar berbeda. Sepengetahuan Kanya, Bian selalu akrab dipanggil 'Kak' ketika di kantor oleh siapapun.

"Iya Kak," jawab Kanya meskipun masih kesal.

"Bian bukannya ada meeting dan nggak bisa di ganggu," seru Gareta.

"Masa sih Kak," jawab Kanya kecewa rencananya akan gagal.

"Setahu aku gitu, dia memang nggak bilang sama kamu," ucap Gareta lagi.

Kanya mendadak diam, Bian memang tak banyak bercerita banyak hal tentang kegiatan di kantor padanya. Kanya juga tak menghubungi Bian terlebih dulu untuk memberi kejutan. Kanya hanya tersenyum pada Gareta karena tak ingin menunjukkan pada perempuan itu komunikasi dengan Bian memang tidak terlalu baik.

Kanya meletakan kebelakang badannya rantang yang ia pegang agar tak terlihat oleh Gareta

"Kamu bawakan makan siang untuk Bian ya," tanya Gareta lagi yang memperhatikan tangan Kanya.

Kanya tak bisa lagi berkata, ia hanya bisa tersenyum karena hatinya mendadak kecewa.

"Sayang banget ya, kita udah selesai makan Kanya."

Hati Kanya mendadak kecewa bercampur nyeri, bahkan mulutnya rasanya tak sanggup lagi menjawab perkataan Gareta.

"Ya udah kalau gitu, aku mau keluar dulu. Sekedar saran ya Kanya, kita di sini udah dapat asupan gizi yang cukup kok. Lain kali nggak perlu repot-repot masak untuk Mas Bian." Gareta menepuk pundak Kanya lalu melenggang pergi perlahan menjauh keluar gedung.

Entahlah! Kanya tak pernah merasakan perasaan nyeri seperti saat ini. Ia rasanya ingin mengeluarkan sesuatu yang rasanya tak bisa ia tahan. Ia berjalan cepat dari tempat pijakannya menuju ke papan arah bertuliskan toilet.

Ia membuka pintu cepat dan membiarkan bulir lembut keluar dari matanya di depan kaca wastafel. Sungguh apa yang ia lakukan hanyalah sia-sia, suaminya sudah menikmati makan siang dengan Gareta. Persepsi tentang Gareta dan suaminya yang sempat ia mentahkan kembali menjalar dalam pikirannya.

Kanya menepis airmata yang sungguh sulit sekali ia kontrol. Untung toilet ini sepi jadi tak ada yang melihatnya dengan keadaan seperti ini.

"Permisi mbak," petugas kebersihan toilet berhasil memecah kepedihan Kanya.

"Maaf," Kanya menyeka cepat air matanya dan menyingkir agar tak menghalangi petugas itu membersihkan lantai.

"Mbak Nggak apa-apa, maaf saya nganggu sebentar," katanya yang tak buta melihat Kanya menangis.

Kanya menggeleng mencoba menghargai usaha wanita berumur yang sudah peduli padanya. Kanya maklum, Mungkin petugas toilet ini tak terlalu aktif disosial media hingga tak mengenali dirinya adalah istri CEO di kantor ini.

"Ibu sudah makan?" tanya Kanya.

"Belum Mbak, setelah membereskan ini semua, baru saya makan," jawabnya.

Kanya meraih rantang bermotif bunga matahari.

"Ini buat ibu, ini saya masak sendiri," seru Kanya menyodorkan pada wanita itu.

"Loh kok dikasih saya mbak, pasti ini untuk orang spesialnya Mbak. Jangan mbak saya nggak enak," seru wanita itu.

"Nggak apa-apa Bu, dia sudah makan. Tolong terima ya Bu. Tapi maaf kalau nggak enak ibu nggak usah makan," ucap Kanya jujur memaksa menyodorkan rantangnya.

"Tapi mbak," ibu merasa tak enak.

"Nggak apa-apa, saya senang kalau ibu mau terima," Kanya berhasil membuat ibu itu menerima rantangnya.

"Terimakasih mbak, semoga di balas oleh Allah Mbak di limpahi kebahagiaan dan rejeki yang berlimpah," seru wanita itu tulus.

"Amin, saya pamit dulu." Kanya pun keluar toilet masih dengan perasaan kecewa.

Tapi setidaknya hasil kerja kerasnya siang ini bisa dinikmati orang yang tepat meskipun itu bukan Abian.

.

.

.

.

.

.

Bersambung....

Jangan lupa like komen beri hadiah ya. Makasih 😍

Terpopuler

Comments

imelda

imelda

si garetta sengaja tuh kanya

2022-07-03

1

Raisa Kalyna

Raisa Kalyna

ishhhh gareta sok tau banget sich😤

2022-06-15

1

Yuli Wirnawan

Yuli Wirnawan

lanjut update thor

2022-06-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!