Kanya buru-buru turun ke lantai bawah ketika mendengar alarm berbunyi menandakan seseorang masuk ke dalam rumah.
"Ini untuk kamu Kay," Bian menyerahkan box besar berwarna hitam ketika istrinya mendekat.
Mata Kanya berbinar-binar sedangkan hatinya bertanya-tanya. Apakah isi kotak itu?
"Itu baju dari sponsor! Dia ingin kamu pakai ke acara award nanti. Kalau kamu nggak suka ganti baju lain yang kamu suka aja."
Kanya baru ingat kalau Bian akan mengajak ke acara penghargaan yang diselenggarakan intansi pemerintah itu besok malam.
"Aku lihat dulu," Kanya duduk di sofa membuka isi box itu. Ia mengangkat dress panjang berwarna hitam dengan sedikit perpaduan kristal di lengan dan dibagian Payet rok.
"Suka?" tanya Bian yang ikut duduk di sebelah Kanya.
Terlalu mewah nggak sih? Kanya ragu akan percaya diri atau tidak memakai gaun seperti ini.
"Mas Bian suka Nggak?" timpal Kanya menunjukkan dirinya memasang ke tubuhnya.
"Bagus Kay, pasti kamu cocok pakai itu," seru Bian. Kanya hanya membalas senyum. Harusnya bilang cantik pasti membuat aku makin yakin pakai baju ini.
"Pasti butik sponsor senang kamu mau pakai bajunya," seru Bian.
Membicarakan masalah sponsor, Kanya jadi teringat beberapa waktu lalu ia ditawari jadi endrose beberapa brand muslim ternama. Apa ini saat yang tepat ia meminta izin pada suaminya.
"Mas, minum dulu tehnya." Kanya menyodorkan teh yang sebelumnya ia buat untuk memulai membicarakan maksudnya.
"Mas," Kanya mulai berusaha merayu ketika Bian menyelesaikan satu tegukan tehnya dan mengembalikan ke meja.
"Kenapa?" jawab Bian mengerti seperti ada sesuatu yang ingin dibicarakan Kanya.
"Setelah kita menikah kemarin. Followers aku tiba-tiba naik drastis," seru Kanya.
"Bagus dong," balas Bian.
"Dan akhir-akhir ini banyak tawaran endrose yang masuk. Salah satunya baju muslim branded. Mas ijinkan aku nggak berpose di sosmed untuk kepentingan iklan?"
"Wah, kamu mau jadi selebgram?"
"Bukan keinginan aku Mas, tapi siapa yang sangka ada yang mau pakai jasa aku untuk promosikan produk mereka."
Bian meraih tangan Kanya meletakan dipangkuannya. "Boleh Kay, lakukan apapun yang menurut kamu baik dan bisa mengembangkan potensi yang ada di dalam diri Kamu."
"Mas setuju?" tanya Kanya memastikan.
Bian mengangguk mengiyakan.
"Makasih Mas," Kanya hampir lepas kendali ingin memeluk Bian. Tapi, buru-buru keinginan itu Kanya tepis mengingat Bian yang mungkin saja merasa ilfeel.
.
.
.
.
.
Kanya melihat pantulan dirinya di cermin. Dandanan yang cukup membuat dirinya puas karena merasa serasi dengan bajunya. Kanya memang sudah jago urusan make up. Tadinya butik yang memberinya sponsor baju sudah menawari jasa MUA, tapi Kanya menolak karena lebih suka hasil make-upnya sendiri.
"Udah siap ya," suara Bian yang sukses mengagetkan Kanya yang memakai lipstik. Untung tangan Kanan sudah mahir dengan benda kecil itu. Jadi goresannya tak melebar ke samping.
"Udah Mas," Kanya berbalik memasang senyum dengan menggerakkan roknya. Alih-alih Bian terkesima dan memuji dirinya. Kanya malah yang kagum melihat penampilan suaminya.
Abian sang suaminya kini sudah benar-benar mirip dengan CEO di Drakor dan novel karangannya. Bian terlihat tampan dan cocok mengenakan tuxedo berwarna hitam yang menutupi tubuh tegapnya. Perpaduan yang selaras dengan dasi motif batik berwarna merah yang berusaha ia lilit agar terbentuk rapi. Penampilan yang jarang sekali Kanya lihat Bian seperti ini. Bian ke kantor yang lebih sering memakai celana Cino dan kemeja.
"Aku bantu Mas," Kanya mendekat meraih dasi yang sudah mulai terbentuk.
Bian pun melepaskan tangan membiarkan Kanya memperbaiki dasinya.
Kalau seperti ini Kanya sudah merasa mirip istri CEO seperti novelnya. Kanya memang tak terbiasa memakaikan dasi seseorang. Tapi tentu saja ia tak sebodoh itu tak bisa memakaikannya. Ia dulu juga pernah membetulkan dasi sang ayah ketika ibunya tak ada.
Beberapa detik berlalu dengan jarak yang begitu dekat. Kanya tak mendengar satupun pujian Bian dengan penampilannya. Padahal Kanya sudah berdandan paling maksimal malam ini.
"Udah rapi," seru Kanya sedikit kecewa Bian tak juga memujinya.
"Makasih. Ayo!" Bian membuka pintu kamar memberi kode dengan ekor mata matanya untuk keluar.
Kanya pun melangkah di belakang Bian menuju bagasi.
"Kay," Bian berbalik memperhatikan Kanya.
Kanya berhenti sejenak melihat tatapan Bian yang tak biasa.
"Kamu cantik malam ini," seru Bian langsung kembali melangkah.
Telat! teriak Kanya dalam hati. Tapi itu sudah cukup membuat hati Kanya berbunga seperti Cherry blossom yang bermekaran di musim semi. Blush-on Kanya pun semakin ketara karena pipinya yang memerah.
"Kay, tunggu apa? Masuk," seru Bian yang akan masuk ke mobil.
"Ya Mas,"
sudahlah! Dipuji cantik sudah cukup bagi Kanya malam ini. Jangan ngelunjak minta dibukakan pintu mobil. Seperti Kanya harus membuang kehaluannya yang mendarah daging khusus malam ini.
.
.
.
.
.
Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Raisa Kalyna
kebanyakan baca novel kamu Kanya 😂😂😂
2022-06-29
1
bunda dad
lanjut..
2022-06-29
1