Malam harinya acara berlanjut ke acara resepsi yang berlangsung di tempat yang sama dengan akad nikah. Acara resepsi pernikahan Kanya dan Bian tergolong mewah dengan tema biru. Sudah lebih dari satu jam Kanya dan Abian berdiri untuk menerima tamu undangan yang memberi ucapan selamat. Tangan Kanya juga sesekali mengait tangan Bian ketika ada tamu undangan yang meminta untuk berfoto bersama. Tak lupa senyum terekah termanis di tunjukkan Kanya untuk menunjukkan dialah perempuan paling bahagia malam ini. Hal yang sungguh berbanding terbalik dengan yang ditunjukkan Bian. Lelaki itu hanya tersenyum seutas, ia seolah berontak kalau dirinya tak ikut bahagia seperti yang di tunjukkan Kanya.
Miris! Itulah yang kini di rasakan Kanya.
“Terima kasih Pak Mentri,” ucap santun Kanya pada salah satu tamu undangan penting.
“Selamat ya Mas Bian dan Mbak Kanya. Semoga jadi keluarga yang sakinah, mahwahdah, waromah,” ucap pria paruh bayah yang menjadi salah satu jajaran menteri kabinet pemerintah itu.
“Terima kasih sekali lagi sudah menyempatakan hadir Pak, Bu,” ucap Bian mengantarkan pamit Pak Mentri.
Kanya kembali berdiri resah, kakinya terasa begitu nyeri dengan heels yang dikenakan. Rasanya Kanya ingin sekali melepaskan heelsnya, lagipula tak akan ada yang tahu ia akan berdiri dengan kaki telan-jang. Rok gaunnya yang mengembang menyapu lantai itu bisa menutupinya. Selain itu tinggi badannya dengan Abian juga tak terlalu jauh hanya selisih 10cm dari tinggi badannya 162cm. Pasti tidak akan ada orang yang menyadari jika ia akan melepaskan highheelsnya sekarang juga.
"Kenapa?" tanya Bian yang membuat Kanya berdiri tegap seketika.
"Nggak apa-apa?" elak Kanya tiba-tiba ingin mengurungkan niatnya yang bisa merusak sisi keanggunan di mata Bian.
"Kamu pasti capek ya," tanyanya lagi.
Kanya mengangguk lega meskipun hanya pertanyaan sederhana. Bian memang tak banyak bicara, tapi ia tak sedingin balok es seperti tokoh CEO cerita fiksi karangannya. Ia masih punya sisi perikesuamian.
"Sabar tinggal beberapa jam lagi," sambungnya berbisik pelan di telinga Kanya.
Lagi-lagi Kanya hanya mengangguk dengan seutas senyum, mungkin jika pasangan lain yang saling mencintai akan berkata. "Nanti aku gendong sampai ke kamar Sayang."
Sudahlah! Kanya tak ingin menghalu untuk memikirkan hal yang hanya membuatnya kecewa sendiri. Mendapat sedikit perhatian dari suaminya saja ia sudah bersyukur, setidaknya nasibnya tak terlalu menyedihkan seperti tokoh perempuan di novel karangannya.
Matanya langsung berbinar melihat tamu undangan selanjutnya yang naik ke pelaminan.
Sahabat-sahabatnya muncul dengan baju warna seragam. Sahabat yang ia sebut dengan geng foursquad itu langsung berhambur satu persatu memeluk Kanya. Mulai dari Raisa yang memeluknya dengan sangat erat. Tentu saja ia senang akhirnya sahabat perempuan terakhir yang sekaligus rekan kerjanya itu menemukan tulang rusuknya. Tampan, muda, CEO pula.
“Akhirnya soldout,” kini giliran Lili memeluk Kanya. Perempuan yang berprofesi sebagai calon pengacara dan influencer itu juga begitu gembira melihat tidak ada lagi member perempuan foursquad yang jomlo.
“Kay. Lihat deh penampilan sobat ambyar kita,” Raisa meraih tangan Lelaki berkuncir kuda yang memakai baju batik senada dengan corak rok yang dikenakan Raisa dan Lili.
Kanya menutup mulut dengan kedua tangannya kaget. Lelaki itu merentangkan tangan ingin memberi pelukan pada Kanya seperti yang dilakukan Raisa dan Lili.
“Eits …” Kanya langsung meringsuk ke lengan Bian.
Lelaki bernama Galang itu kembali menutup tangannya mundur, “lupa gue Kay, bukan mahram.” kekehnya.
“Kebiasan deh!” sembur Kanya. Kanya sudah tak heran dengan member Lelaki satu-satunya foursquad yang berprofesi sebagai fotografer itu memang suka menjahili dirinya. Tapi yang Kanya heran adalah penampilan sahabatnya yang tidak seperti biasanya. Rambutnya di kuncir rapi dengan memakai baju batik dan celana kain. Biasanya selalu memakai kaos di lapisi kemeja tanpa di kancing lengkap celana robek-robeknya.
“Canda Kay. Lihat nih gue sekarang! Cuma demi datang ke acara lo Kay, gue rela di dandani kayak pemilihan RT sama duo racun, mana udah kayak mau pergi pengajian pakai baju kembaran pula,” seru lelaki itu yang mengundang gelak tawa tiga wanita di atas pelaminan.
“Bersyukur masih ada yang mau kembaran sama lo,” ledek Lili.
“Selamat berkembang biak ya Kay, tinggal gue aja nih yang jones,” ucap Galang megulurkan tangan, kemudian menerbangkan tangannya. Begitulah cara kedua orang ini bersalaman selama bersahabat.
“Makasih Lang, sering begini siapa tahu nggak cuma jadi RT Beneran tapi jadi lurah,” goda Kanya tanpa sadar sudah mengabaikan seseorang disampingnya.
"Malas gue kalau warganya reseh kayak kalian semua," balas Galang.
Matanya melirik sekilas kearah Bian yang sempat ia lupakan beberapa menit karena teman-temannya.
Sungguh! Kanya sama sekali tak melihat Bian menampakan wajah cemburu meskipun melihat kedekatannya dengan Galang yang berlawan jenis. Lelaki itu tersenyum ramah seperti caranya menegur tamu undangan yang lain. Hanya ekpresinya saja memandang Galang dengan cara orang genius. Mungkin ia berpikir rambut gondrong orang didepannya bisa di jadikan ekperimen untuk perkembangbiakan ketombe. Kanya mengelengkan kepalanya, tak mungkin Bian berpikir hal tak penting seperti itu.
.
.
.
.
.
Bersambung ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Bunda Ghaly Ghany
ya ampun si.kanya selalau membandingkan bian dgn karyanya wkwkwkwk
2022-08-20
1
Ika Sriwulandari
🤣🤣🤣
2022-03-30
1
Nuriyah
hahaha berprikesuamian
2022-03-29
1