Tidak Bisa Berkutik

"Juan, benarkah itu kau?" ucap nya masih tak percaya saat melihat pemuda yang berdiri di belakang nya. Ya pemuda itu adalah Juan pemuda yang tadi siang mengantar Dinda pulang .

Juan berjalan mendekati Dinda langsung menarik kursi untuk duduk, di kursi berhadapan dengan Dinda yang sudah kembali duduk seperti semula .

"Adinda, benarkah ini kau? Aku pikir hanya sedang berhalusinasi, ternyata tidak, bahkan kau sangat begitu berbeda," ucap nya panjang lebar saat sudah duduk di depan Dinda.

"Kenapa kau ada disini? kau tidak berhalusinasi, benar ini Aku, kenapa kau memanggilku dengan nama panjang? membuat ku kaget tadi tau," jawab Dinda panjang lebar sambil penasaran, kenapa pemuda itu ada di sini .

"Kau berbicara banyak sekali? berbeda saat tadi siang Aku temui, kau sangat dingin kepada ku," tanya Juan sambil tersenyum.

"Emang kenapa? jawab saja kenapa tidak menjawab?" ketus Dinda dengan wajah kesal sambil memanyunkan bibirnya.

"Tadi aku asal manggil saja, rupanya benar itu kau," jawab Juan sambil menahan tawa nya melihat ekspresi wajah Dinda yang terlihat kesal itu.

"Terus kenapa kau ada di sini?" tanya Dinda masih dengan wajah kesal nya.

"Aku di ajak Ayah ku kemari, Ayah bilang menggantikan Tuanya, terus dia mengajak ku, Dia bilang agar Aku belajar tentang bisnis. Sebenarnya aku malas belajar tentang bisnis, Aku juga sebenarnya sedikit bosan di sini. tapi tak kusangka bisa bertemu dengan mu," jelas Juan panjang lebar dengan ekspresi serius, sudah tidak lagi menahan tawa nya, karena takut jika gadis di hadapannya itu marah.

"Oh begitu," jawab Dinda sambil asik melahap makanannya, kini bahkan wajahnya sudah tidak sekesal tadi, bahkan gadis itu tak memperdulikan Juan yang melihat nya dengan tidak berkedip .

"Kau sendiri kesini dengan siapa?" tanya Juan membuat Dinda menoleh ke arah Juan, Dan tiba-tiba Dinda kesedak mendengar pertanyaan Juan.

"Pelan-pelan makannya," ucap Juan sambil memberikan segelas air kepada Dinda .

"Abis enak sekali makanannya,sampai Aku lupa tidak menawarkan nya pada mu," jawab Dinda setelah meminum segelas air meskipun masih sedikit menahan batuk.

Juan hanya diam mematung melihat Dinda, bahkan pemuda itu tak berkedip sedikit pun saat melihat wajah gadis itu yang terlihat dekat dengan wajahnya.

"Juan kau tidak makan?" tanya Dinda setelah merasa lebih baik dan melihat pemuda itu hanya diam saja.

"Eh iya, Aku ambil makanan dulu," jawab Juan dengan gugup, membuat Dinda heran di buatnya.

Juan pun mengambil beberapa makanan, lalu segera kembali duduk di depan Dinda .

"Kau belum menjawab? tadi kesini bersama siapa?" tanya Juan setelah mengingat pertanyaan nya belum di jawab.

"Bunda," jawab Dinda dengan singkat.

Juan pun mengangguk mengerti . Juan makan sambil sesekali melirik Dinda .

"Cantik," ucap Juan tiba-tiba .

"Aku tidak salah dengar kan? siapa yang cantik?" tanya Dinda sambil menengok ke kanan dan kiri .

"Kau cantik malam ini, bagai bidadari turun dari kayangan," jawab Juan sambil mengedip kan sebelah matanya, membuat Dinda mematung di tempat, wajahnya sudah berubah memerah. Juan yang merasa jadi canggung segera berusaha mengembalikan suasana .

"Becanda, kenapa kau anggap serius?" ucap Juan sambil tersenyum, seketika Dinda seperti di jatuhkan begitu saja.

"Rupanya kau bisa bercanda juga, ku pikir seorang Juan yang selalu serius, tidak bisa becanda," jawab Dinda berusaha tersenyum kikuk menutupi kegugupannya.

"Aku juga manusia, sama seperti mu, memang kau anggap aku itu apa?" jawab Juan dengan heran .

"Pangeran Modern, yang dingin dan selalu serius saat berkata-kata," jelas Dinda panjang lebar kini sudah kembali seperti semula.

Juan menahan tawanya mendengar penuturan gadis di hadapannya, rupanya gadis di hadapannya benar-benar terbuka .

"Aku baru sadar sekarang, rupanya kau gadis yang asik, membuat ku nyaman saat berbicara," ucap Juan sambil tersenyum senang .

"Terima kasih pujian nya, tapi Aku tidak suka di tertawa kan," jawab Dinda sambil cemberut.

"Ciee wajah nya memerah tuh, malu yah," goda Juan saat melihat ekspresi wajah Dinda yang menggemaskan menurut nya.

"Ih, menyebalkan sekali, sudah deh kamu jangan iseng, lihat tuh di perhatikan banyak orang," jawab Dinda sambil menunduk merasa malu di buat nya.

"kenapa telat ya mengenal mu? baru sekarang-sekarang nggak dari dulu, padahal kita satu sekolah," ucap Juan berusaha untuk menutupi rasa bahagia nya karena merasa sudah berhasil membuat gadis dihadapannya itu salah tingkah.

"Aku juga nggak tahu, ku harap kita tidak dekat lagi, Karena Aku tidak ingin berurusan dengan Angel," ucap Dinda kembali ketus. tiba-tiba suara HP Juan berdering membuat pemuda itu berdiri dan mengurungkan niatnya untuk berbicara.

"Kau di mana?" suara dari seberang telepon .

"Aku lagi makan , lapar," jawabnya Juan Singkat.

"Cepat kembali!" perintah suara dari seberang telepon sambil mematikan panggilan sepihak,membuat Juan menghela nafas panjang .

"Din, aku ke Ayah dulu ya, kamu nggak papa kan Aku tinggal?" pamit nya pada Dinda, meskipun sebenarnya merasa tidak rela.

"Iya ngga Papa," jawab Dinda sambil mengangguk. Sementara Farel yang ingin menghampiri Dinda hanya melihat punggung pemuda yang tadi habis bersama Dinda tak sempat melihat wajah Juan . Farel berjalan bersama dengan Asisten nya mendekat ke arah Dinda.

"Rupanya kau habis bersenang-senang ya!" ucap nya menatap tajam Dinda .

Dinda menjadi salah tingkah, merasa terintimidasi, entah apa yang harus dia katakan? apa lagi para orang terus melihat ke duanya, Dinda merasa menjadi seseorang yang kepergok habis berselingkuh.

"Suami ku, kau pasti sangat lapar, biar Aku ambil kan makan dulu," ucap Dinda berusaha berani, tanpa sedikitpun memperdulikan perkataan Farel, apa lagi memanggil Dengan kata 'suami ku' itu cukup menggelikan bagi Dinda. Dinda berani karena di depan orang banyak, tidak mungkin kan? Farel marah di depan umum . Farel yang mendengar panggil dari Dinda hanya mengernyitkan dahi nya tidak mengerti, niatnya ingin marah malah di buat tak bisa berkutik .

Dinda sudah mengambil kan makanan untuk Farel lalu segera mendudukkan Farel yang masih mematung .

"Buka mulut mu, Sayang," ucap Dinda dengan lembut, membuat Farel membuka mulutnya . Pria itu tak sedikit pun menolak, apa lagi berbicara, entah mengapa gadis itu bisa membuat nya tak bisa berkutik. Di tambah melihat senyumannya yang begitu sangat mempesona. Devit hanya melihat Tuanya dengan heran, tak biasanya Tuanya menjadi penurut, apa lagi melihat sikap Nona Muda nya yang terlihat berbeda dari biasa nya. semua mata melihat ke arah ke kedua pasang itu merasa iri dengan Dinda ada juga yang kagum . Tak terasa Dinda terus menyuapi Farel hingga habis .

"Anak pintar," puji Dinda saat makanan sudah habis. Farel tersadar melihat ke arah Dinda yang berdiri .

"Apa yang kau lakukan?" tanya nya berbicara dengan pelan namun, terlihat marah .

"Aku, ingin pulang Tuan," jawab Dinda merasa hawa dingin mulai terasa . Dinda pun berjalan terlebih dahulu mendahului Farel dan Devit, karena merasa takut dengan apa yang terjadi nantinya, tanpa sadar Dinda yang memakai high heels tinggi tiba-tiba kakinya tersandung sesuatu .

"Aaaaw!" pekik nya sambil terduduk di lantai. Farel yang melihat hal itu segera mendekati Dinda dan langsung berjongkok.

"Kenapa kaki mu?" tanya nya melihat Dinda yang kesakitan . Farel yang melihat kaki dinda berdarah segera menggendong gadis itu Ala Bridal Style. Hal itu membuat Dinda kaget, apa lagi kedua nya menjadi pusat perhatian semua orang.

"Pegangan jika kau tak ingin jatuh," perintah Farel saat merasa Dinda hampir jatuh .

Dinda pun akhirnya, mengeratkan tangan nya di leher Farel . Entah perasaan apa yang sedang Dinda rasakan? jantungnya berdetak kencang, apa lagi saat melihat wajah Farel yang begitu dekat .

"Mimpi apa Aku? di gendong pangeran modern ku, Citra bantu aku sadar dari mimpi ini," batinnya terus berteriak heboh sambil memanggil nama sahabat nya itu.

Ya kebiasaan Dinda dan Citra yang selalu menghayal, dapat pangeran modern dan tampan saat sedang mengobrol dengan sahabatnya itu .

Farel menurunkan Dinda, tepat di jok belakang mobil dan membuka high heels yang Dinda pakai membuat Dinda merasa tidak enak .

"Tuan, biar Saya saja yang melihat nya," ucap Dinda sambil memegang tangan Farel yang hendak membuka high heels yang di pakainya.

Farel melihat kaki Dinda dan membuka high heels yang Dinda pakai, tanpa memperdulikan perkataan Dinda sedikitpun, benar saja kaki gadis itu lecet dan satu nya berdarah karena tadi tersandung dan kena belakang high heels itu.

"Dasar ceroboh, menjaga kaki saja tidak becus," ejek Farel saat melihat kaki Dinda.

"Ini tuan," ucap Devit memberikan kotak P3K membuat Dinda hanya diam saja mendengar ejekan Farel.

Dinda hanya menurut saja, saat Farel mengobati kaki nya, bahkan sekarang kaki nya sudah berada di pangkuan Farel .

"Terima kasih," ucap Dinda saat Farel sudah selesai mengobati, namun Farel hanya menanggapi nya dengan diam saja.

Devit langsung melajukan mobilnya. sementara ke dua orang saling diam tak sedikit pun berbicara, bahkan Dinda juga memposisikan duduk nya mepet ke jendela karena gadis itu takut jika pria di samping nya marah, apa lagi mengingat perkataan pria itu tadi sebelum berangkat .

"Kenapa? Aku begitu khawatir pada nya, apa yang terjadi pada ku? harus nya Aku tidak peduli bukan? " gumam Farel di dalam hati nya merutuki diri nya sendiri.

Kecanggungan semakin terjadi, baik Dinda maupun Farel hanya diam tak sedikit pun berbicara, mereka tenggelam dalam pikiran nya masing-masing . sementara Devit fokus menyetir sambil sesekali melirik ke kaca spion dengan raut wajah heran.

Hingga tak terasa mobil sudah sampai di gerbang rumah, satpam penjaga segera membuka gerbang saat mendengar telakson mobil . mobil sudah memasuki halaman rumah itu. Setelah mematikan mesin mobil, Devit segera membuka pintu untuk Tuanya, Dinda pun hendak turun sambil menenteng high heels nya namun lagi-lagi di buat kaget saat Farel tiba-tiba menggendong nya .

"Kau ini merepotkan ku saja," gerutu Farel sambil menggendong Dinda .

Dinda hanya diam tanpa sedikitpun berbicara, karena merasa aneh dengan Farel, mulutnya menggerutu tapi tetap saja menggendong nya. Sementara Devit mengikuti dari belakang sambil geleng-geleng kepala melihat Tuanya itu yang aneh menurut nya. Pa Beni membuka pintu saat tahu Farel sudah pulang, Pa Beni kaget melihat Tuan Mudanya menggendong seorang gadis, tanpa banyak bicara Pa Beni mengikuti Farel dari belakang .

"Devit kau pulang saja," perintah nya saat Devit masih mengikuti nya .

"Baik, selamat malam Tuan Muda, Nona Muda," ucap Devit sambil membungkuk badan nya .

Dinda masih di gendongan Farel, membenamkan wajahnya di dada Farel tanpa melihat kepergian Devit, membuat Devit heran tapi tidak berani menoleh lagi. Farel hendak menaiki anak tangga namun langkah nya terhenti saat melihat Pa Beni masih mengikuti nya, pria itu menyuruh Pa Beni untuk istirahat saja, akhirnya Pa Beni pun mengangguk dan membungkukkan badannya, untuk permisi .

Farel sudah sampai di depan pintu kamar nya, namun sedikit kesusahan saat membuka pintu, Farel baru sadar wajah Dinda, berada di dadanya, lalu menoleh, ternyata gadis itu sudah tidur di gendongan nya .

"Dasar gadis ceroboh, bisa-bisa nya tidur sembarangan," gerutu nya sambil berusaha membuka pintu . Farel yang tak tega akhirnya menidurkan Dinda di tempat tidur nya . menatap wajah gadis itu dengan lekat lalu menyelimuti gadis itu dan segera bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya .

Setelah selesai mandi dan memakai pakaian tidurnya, Farel ke luar dari kamar itu menuju kamar tamu yang ada di samping kamarnya untuk istirahat . Farel membuka kamar tersebut lalu segera merebahkan tubuh nya di ranjang itu.

Farel berusaha memejamkan mata nya, namun bayang-bayang wajah Dinda terus berkeliaran di pikirannya, apa lagi panggilan Sayang dan Suamiku yang tadi Dinda katakan terus terngiang-ngiang di pikiran nya .

"Sialan, kenapa gadis itu tidak bisa membuat ku tidur? apa yang terjadi pada ku?" umpatnya dengan kesal dan segera bergegas mengambil air putih untuk menenangkan diri nya .

"Kalo begini terus, Aku tidak bisa tidur?" ucap nya sambil memegang kepalanya yang terasa pusing karena pikiran nya yang terganggu .

Akhirnya Farel keluar dari kamar itu lalu kembali ke kamar nya, melihat Dinda yang tertidur pulas membuat pria itu mendekatinya, terus memandangi gadis itu tanpa sadar memegang wajah gadis itu sambil tersenyum .

"Apa yang Aku lakukan? kenapa, Aku ingin menyentuh wajah nya? lebih baik aku tidur di sini saja," tanya nya merasa heran dengan dirinya sendiri, akhirnya dengan terpaksa tidur di sebelah Dinda, sambil meletakkan guling di tengah-tengah, agar tidak terlalu dekat dengan Dinda, apa lagi ranjang Farel yang cukup besar membuat mereka tidak terlalu dekat .

Akhirnya Farel pun terlelap tak beberapa lama kemudian sudah masuk ke dalam alam mimpi .

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Linda Erma

Linda Erma

Critanya bagus,bahasa yg dgunakan juga bikin enak bacanya...semangat kk thor

2022-08-16

1

Mira kader Mira

Mira kader Mira

benci benci tapi cintakan

2022-06-12

0

lihat semua
Episodes
1 Perjanjian
2 Pengantin Pengganti
3 Tugas Di Hari Pertama
4 Di Jadikan Pelayan
5 Ternyata Tidak Seperti Yang Di Pikir Kan
6 Kembali Sekolah
7 Lupa Waktu
8 Hukuman
9 Membuat Bekal Untuk Tuan Galak
10 Selalu Di Salahkan
11 Lupa Mengerjakan Tugas
12 Jelek Dan Kampungan
13 Berubah Menjadi Cantik
14 Acara Kolega Bisnis
15 Tidak Bisa Berkutik
16 Pertengkaran Keluarga Argadinata
17 Sikap Tegas Juan
18 Keberanian Dinda
19 Ternyata Hanya Mimpi
20 Kemarahan Clara
21 Kenapa Naik Angkot?
22 Penyesalan Clara
23 Wanita Tak Tahu Malu
24 Menantu Yang Tak Di Anggap
25 Semuanya Sama Saja, Matre
26 Habis Jatuh Tertimpa Tangga Pula
27 Kekepoan Dua Sahabat
28 Demam
29 Kembali Sekolah
30 Amanda Meminta Maaf
31 Kartu Tanpa Batas
32 Sisi Lain Fikram
33 Sikap Aneh Tuan Galak
34 Obsesi Clara
35 Amanda Yang Selalu Membela
36 Napas Buatan Dan Ciuman Itu Beda
37 Pernyataan Cinta Juan
38 Rencana Licik Stella Dan Clara
39 Kemarahan Devit Dan Farel
40 Bunga Mawar Putih
41 Terlalu Berharap Lebih
42 Masa Lalu Farel
43 episode 43
44 episode 44
45 episode 45
46 episode 46
47 episode 47
48 episode 48
49 episode 49
50 episode 50
51 episode 51
52 episode 52
53 episode 53
54 episode 54
55 episode 55
56 episode 56
57 episode 57
58 episode 58
59 episode 59
60 episode 60
61 episode 61
62 episode 62
63 episode 63
64 episode 64
65 episode 65
66 episode 66
67 episode 67
68 episode 68
69 episode 69
70 episode 70
71 episode 71
72 episode 72
73 episode 73
74 episode 74
75 episode 75
76 episode 76
77 episode 77
78 episode 78
79 episode 79
80 episode 80
81 episode 81
82 episode 82
83 episode 83
84 episode 84
85 episode 85
86 episode 86
87 episode 87
88 episode 88
89 episode 89
90 episode 90
91 episode 91
92 episode 92
93 episode 93
94 episode 94
95 episode 95
96 episode 96 Visual author
97 episode 97
98 episode 98
99 episode 99
100 episode 100
101 episode 101
102 episode 102
103 episode 103
104 episode 104
105 episode 105
106 episode 106
107 episode 107
108 episode 108
109 episode 109
110 episode 110
111 episode 111
112 episode 112
113 episode 113
114 episode 114
115 episode 115
116 episode 116
117 episode 117
118 episode 118
119 episode 119
120 episode 120
121 episode 121
122 episode 122 21+
123 episode 123
124 episode 124
125 episode 125
126 episode 126
127 episode 127
128 episode 128
129 episode 129
130 episode 130
131 episode 131
132 episode 132
133 episode 133
134 episode 134
135 Tingkah aneh Dinda
136 Cerita Farel
137 Sisi lain Dinda
138 Kejadian tak terduga
139 Pulang ke Indonesia
140 Kedatangan tamu
141 Kecemburuan yang berujung malu
142 Rasa iri itu pasti ada
143 Kejutan untuk Bunda
144 Perasaan dokter Aldo
145 Sarapan pagi yang memalukan
146 Perdebatan Dinda Vs Devit
147 Perdebatan dokter kandungan vs Farel
148 Triple Date
149 Triple Date Konyol
150 Akhir dari persahabatan
151 Kegalauan Dinda
152 Menjelang Hari kelahiran
153 Persatuan Keluarga
154 Konferensi Pers
155 Gara-gara Perawan atau Janda
156 Tragedi Yang berujung kencan
157 Kisah Masa Lalu Devit
158 Extra Part Anjani Devit
159 Anjani Vs Stella
160 Kejujuran Yang Selama Ini Di Pendam
161 Izin Yang Tertunda
162 Kekhawatiran Farel
163 Menjadi Pengasuh
164 Penderitaan Kedua Ayah
165 Ayah Siaga
166 Kejadian Tak Terduga
167 Kesedihan Farel
168 Keajaiban
169 Birthday Darel
170 Lamaran Tak Terduga
171 Gara-gara Hujan
172 Pernikahan Kedua Mempelai (Happy Ending)
173 Terimakasih Author
Episodes

Updated 173 Episodes

1
Perjanjian
2
Pengantin Pengganti
3
Tugas Di Hari Pertama
4
Di Jadikan Pelayan
5
Ternyata Tidak Seperti Yang Di Pikir Kan
6
Kembali Sekolah
7
Lupa Waktu
8
Hukuman
9
Membuat Bekal Untuk Tuan Galak
10
Selalu Di Salahkan
11
Lupa Mengerjakan Tugas
12
Jelek Dan Kampungan
13
Berubah Menjadi Cantik
14
Acara Kolega Bisnis
15
Tidak Bisa Berkutik
16
Pertengkaran Keluarga Argadinata
17
Sikap Tegas Juan
18
Keberanian Dinda
19
Ternyata Hanya Mimpi
20
Kemarahan Clara
21
Kenapa Naik Angkot?
22
Penyesalan Clara
23
Wanita Tak Tahu Malu
24
Menantu Yang Tak Di Anggap
25
Semuanya Sama Saja, Matre
26
Habis Jatuh Tertimpa Tangga Pula
27
Kekepoan Dua Sahabat
28
Demam
29
Kembali Sekolah
30
Amanda Meminta Maaf
31
Kartu Tanpa Batas
32
Sisi Lain Fikram
33
Sikap Aneh Tuan Galak
34
Obsesi Clara
35
Amanda Yang Selalu Membela
36
Napas Buatan Dan Ciuman Itu Beda
37
Pernyataan Cinta Juan
38
Rencana Licik Stella Dan Clara
39
Kemarahan Devit Dan Farel
40
Bunga Mawar Putih
41
Terlalu Berharap Lebih
42
Masa Lalu Farel
43
episode 43
44
episode 44
45
episode 45
46
episode 46
47
episode 47
48
episode 48
49
episode 49
50
episode 50
51
episode 51
52
episode 52
53
episode 53
54
episode 54
55
episode 55
56
episode 56
57
episode 57
58
episode 58
59
episode 59
60
episode 60
61
episode 61
62
episode 62
63
episode 63
64
episode 64
65
episode 65
66
episode 66
67
episode 67
68
episode 68
69
episode 69
70
episode 70
71
episode 71
72
episode 72
73
episode 73
74
episode 74
75
episode 75
76
episode 76
77
episode 77
78
episode 78
79
episode 79
80
episode 80
81
episode 81
82
episode 82
83
episode 83
84
episode 84
85
episode 85
86
episode 86
87
episode 87
88
episode 88
89
episode 89
90
episode 90
91
episode 91
92
episode 92
93
episode 93
94
episode 94
95
episode 95
96
episode 96 Visual author
97
episode 97
98
episode 98
99
episode 99
100
episode 100
101
episode 101
102
episode 102
103
episode 103
104
episode 104
105
episode 105
106
episode 106
107
episode 107
108
episode 108
109
episode 109
110
episode 110
111
episode 111
112
episode 112
113
episode 113
114
episode 114
115
episode 115
116
episode 116
117
episode 117
118
episode 118
119
episode 119
120
episode 120
121
episode 121
122
episode 122 21+
123
episode 123
124
episode 124
125
episode 125
126
episode 126
127
episode 127
128
episode 128
129
episode 129
130
episode 130
131
episode 131
132
episode 132
133
episode 133
134
episode 134
135
Tingkah aneh Dinda
136
Cerita Farel
137
Sisi lain Dinda
138
Kejadian tak terduga
139
Pulang ke Indonesia
140
Kedatangan tamu
141
Kecemburuan yang berujung malu
142
Rasa iri itu pasti ada
143
Kejutan untuk Bunda
144
Perasaan dokter Aldo
145
Sarapan pagi yang memalukan
146
Perdebatan Dinda Vs Devit
147
Perdebatan dokter kandungan vs Farel
148
Triple Date
149
Triple Date Konyol
150
Akhir dari persahabatan
151
Kegalauan Dinda
152
Menjelang Hari kelahiran
153
Persatuan Keluarga
154
Konferensi Pers
155
Gara-gara Perawan atau Janda
156
Tragedi Yang berujung kencan
157
Kisah Masa Lalu Devit
158
Extra Part Anjani Devit
159
Anjani Vs Stella
160
Kejujuran Yang Selama Ini Di Pendam
161
Izin Yang Tertunda
162
Kekhawatiran Farel
163
Menjadi Pengasuh
164
Penderitaan Kedua Ayah
165
Ayah Siaga
166
Kejadian Tak Terduga
167
Kesedihan Farel
168
Keajaiban
169
Birthday Darel
170
Lamaran Tak Terduga
171
Gara-gara Hujan
172
Pernikahan Kedua Mempelai (Happy Ending)
173
Terimakasih Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!