Setelah selesai jam pelajaran
Semua murid segera berkemas untuk pulang, Dinda pun keluar lebih dulu tanpa menunggu kedua sahabatnya, namun tiba-tiba ada seseorang yang menarik tangan nya membuat Dinda kaget .
"Angel, kenapa membawa ku kemarin?" tanya Dinda dengan terkejut melihat ketiga gadis yang menarik nya ke lorong sepi.
Ketiga gadis tersebut menatap Dinda dengan tajam .
"Dasar gadis penggoda, sudah ku peringatan kan berapa kali? jauhi Juan, tapi justru kau malah mendekati nya!" ucap Angel sambil menjambak rambut Dinda .
Hal itu Membuat Dinda meringis kesakitan, ketiga gadis itu mendorong Dinda dengan kasar, membuat Dinda mengaduh berkali-kali, untung bukan kerikil jika mereka mendorong nya di bawah kerikil mungkin Dinda sudah luka-luka .
Lalu Angel dan kedua teman nya mengacak acak rambut Dinda hingga berantakan, tentu saja Dinda yang hanya satu orang dengan mereka yang lumayan aga tinggi Dinda pun kalah dan tidak bisa melawan.
"Ingat baik-baik, ini hanya peringatan, jika kau sekali lagi mendekati Juan, Aku pasti kan, akan lebih dari ini!" ucap Angel sambil menarik kedua sahabatnya untuk pergi .
Dinda hanya menangis terkulai lemah, merasa miris dengan takdir hidupnya.
"Kenapa? semua orang begitu menyalahkan ku? padahal Aku tidak merasa pernah melakukan apapun," ucap nya di sela isak tangis nya.
Dinda pun berusaha bangun dan segera merapikan rambut nya kembali, sekuat hati gadis tersebut berjalan dengan berusaha kuat.
Gadis itu berjalan dengan berusaha tidak terjadi apa-apa, menyusuri jalanan dengan badan yang sedikit ke sakitan, apa lagi dorongan yang Angel lakukan membuat nya sampai tersungkur keras, Dinda pun menunggu angkot sambil sesekali menghapus air mata nya yang terus saja jatuh, beberapa lama kemudian Dinda sudah masuk ke dalam angkot .
Setelah keluar masuk angkot, Dinda pun sudah sampai di depan gerbang rumah besar yang sudah seperti neraka baginya tapi tempat tinggal nya saat ini. Dinda berharap bisa istirahat setidaknya saat berada di rumah tersebut dan berharap tidak terjadi apa-apa .
Dinda masuk setelah satpam membuka kan pintu, lalu Dinda pun segera berlari kecil menuju ke rumah tersebut dan segera mengetuk pintu rumah tersebut, tak lama kemudian rupanya Nyonya Besar yang membukakan pintu tersebut .
"Akhirnya kau pulang juga," ucap Nyonya Besar dengan senyum jahat nya, membuat Dinda heran .
"Nyonya, ada apa?" tanya Dinda dengan heran tak biasa nya wanita paruh baya itu yang membukakan pintu.
"Kau lupa siapa kau? cepat ganti pakaian, pekerjaan mu sangat banyak, ingat kau tinggal di sini tidak gratis!" ucap Nyonya besar menatap tajam gadis di hadapannya itu, hal itu Membuat nyali Dinda menciut. Dinda hanya mengangguk tak sedikit pun membantah, membantah pun percuma karena dia memang pelayan .
Dinda segera masuk dan bergegas menaiki anak tangga, lalu segera masuk ke kamar nya dan berganti pakaian lalu bergegas untuk turun menuju dapur .
Dinda melihat dapur yang berantakan dan banyak cucian piring menumpuk, sementara para pelayan hanya melihat Dinda dengan kasihan, harus nya kan itu tugas mereka, apa lagi itu bekas makan mereka .
Ya Nyonya besar sengaja agar bekas makanan mereka Dinda yang mencuci .
"Yang bersih nyuci nya!" ucap Nyonya Besar saat melihat Dinda sedang mencuci .
Dinda pun hanya mengiyakan, sambil berusaha sabar, tentu bagi Dinda tidak masalah melakukan semua itu, menurut nya itu adalah hal biasa, tapi bagi para pelayan itu adalah hal yang keterlaluan, apa lagi Nyonya Besar yang jarang ke dapur ini malah mengawasi gadis tersebut .
Sementara di sebuah perusahaan
Farel melihat Dinda dari CCTV kamar nya, gadis tersebut sudah pulan, Farel memang sengaja meletakkan CCTV untuk mengawasi gadis tersebut, apa saja yang gadis itu lakukan selama di kamar, ternyata Farel melihat Dinda masuk lalu keluar lagi setelah itu Farel kembali meneruskan pekerjaannya.
"Tuan Muda, hari ini pekerjaan sangat banyak, apa perlu Saya menyuruh karyawan untuk lembur?" tanya Devit sambil membawa beberapa berkas .
Farel hanya mengangguk saja, tanpa sedikitpun melirik Devit. Rupanya masalah kemarin membuat pekerjaan Farel bertambah, apa lagi kekacauan yang membuat perusahaan di ambang masalah, membuat Farel sesekali menghela nafas, meskipun Diana berjanji akan membereskan semuanya, tapi tentu saja Farel dan Devit pun harus ikut turun tangan untuk meyakinkan semua nya, agar perusahaan kembali stabil, meskipun perusahaan Farel sangat besar tapi jika para investor menarik semua nya perusahaan tersebut pasti akan hancur .
Farel tidak ingin perusahaan yang di bangun dengan susah payah harus hancur begitu saja. Farel bisa saja meminta bantuan pada Papa nya, tapi Farel bukan orang yang mudah menyerah apa lagi menurut nya ini masalah yang cukup kecil .
SEMENTARA DITEMPAT LAIN
Dinda yang sudah menyelesaikan cucian nya pun di suruh menyapu ngepel lagi, padahal lantai nya terlihat masih bersih, dan sebenarnya sudah di sapu pel oleh pelayan, namun Dinda tetap melakukan nya tanpa sedikitpun membantah, Dinda seperti sedang di interograsi saat bekerja lagi-lagi di awasi, apa lagi Dinda di buat lelah, nyonya besar terus mondar-mandir menginjak lantai yang Dinda sudah pel bersih. Dinda sesekali hanya menghela nafas panjang berusaha sabar . Akhirnya Dinda pun sudah menyelesaikan pekerjaan nya .
Dinda segera naik ke atas saat Nyonya Besar sedangkan menonton televisi, namun baru beberapa langkah hendak membuka pintu, suara panggilan dari belakang membuat Dinda menoleh .
"Mau apa kau? kemari!" ucap nyonya besar membuat Dinda mengurungkan niatnya untuk masuk .
Dinda pun mengikuti Nyonya Besar meskipun dengan wajah yang cukup kesal, Dinda heran kenapa Nyonya Besar mengajak nya ke samping kamar nya? Nyonya Besar membuka sebuah pintu ruangan. Dinda pun mengikuti Nyonya Besar di belakang nya, rupanya itu adalah ruang kerja Farel .
Dinda menatap takjub ruangan yang terlihat bersih dan rapi itu, buku-buku berjejer rapi seperti perpustakaan .
"Aku rasa, jika kau menyusun buku sesuai warna, itu akan lebih baik," ucap Nyonya Besar dengan senyum jahat nya.
"Tapi nyonya ini ..."
"Berani kau membantah!" potong Nyonya besar saat Dinda hendak membantah matanya nya menatap tajam gadis di hadapannya itu.
Hal itu Membuat nyali Dinda menciut, Dinda pun akhirnya mengiyakan, membuat Nyonya Besar keluar dengan senyum jahat nya .
"Rasain kamu, Aku tidak sabar semarah apa dia," gumam Nyonya Besar didalam hatinya sambil menutup pintu .
Setelah beberapa saat kemudian
Nyonya besar sudah duduk di sofa sambil tersenyum, hal itu membuat Stella yang baru pulang dari kampus merasa heran, apa lagi jarang sekali melihat Mamanya tersenyum begitu, senyuman yang sangat jahat .
"Mama kenapa? tumben senyum-senyum seperti itu?" tanya Stella setelah duduk di samping Mamanya.
"Tentu saja Mama lagi senang, Mama habis memberi banyak kerjaan pada gadis kampung itu, apa lagi Mama menyuruh dia buat menyusun buku-buku yang ada di ruangan kerja kakak mu. lihat nanti apa yang akan terjadi dengan gadis kampung itu?" jelas Nyonya besar panjang lebar sambil Masih tersenyum.
"Benarkah Mah? hmmm rasain aja dia. Memang Mama paling bisa di andelin," ucap Stella sambil memeluk Nyonya Besar dengan tersenyum senang.
Sementara Dinda berusaha mengambil tangga untuk naik ke atas, karena rak buku yang cukup tinggi membuat Dinda kesusahan.
"Dinda kau pasti bisa," ucap nya menyemangati dirinya sendiri.
Dinda pun membereskan buku-buku tersebut sesuai warna hingga hampir 3 jam .
"Akhirnya selesai juga," ucap nya merasa lega setelah tugas nya selesai .
Setelah itu Dinda segera keluar dari ruangan tersebut, Dinda segera masuk ke kamar nya. menyenderkan tubuh nya di sofa. Dinda yang merasa sangat lelah sambil memejamkan mata nya sebentar hingga Dinda baru menyadari ke langit-langit samping ada CCTV, Dinda segera ke ruangan walk in closet .
"Kenapa Aku bisa lupa? kalo kamar ini ada CCTV nya," ucap nya setelah sampai di ruangan walk in closet .
Matanya tertuju pada berkas yang beberapa hari Dinda pelajari, lalu Dinda segera mengambil berkas tersebut dan membaca ruangan apa saja yang tidak boleh Dinda masuki .
Dinda membaca, rupanya ada sebuah ruangan yang tidak boleh dia masuki, Dinda segera keluar melihat ruangan tersebut, setelah keluar Dinda menengok ruangan mana yang di maksud, langkah nya tertuju pada ruangan yang paling ujung kiri.
"Ruangan apa ini" gumam nya setelah sampai di depan ruangan tersebut .
Dinda yang sedikit merinding akhirnya kembali ke kamarnya tidak ingin terjadi masalah .
Setelah sampai di kamar Dinda melihat jam rupanya jam menunjukkan pukul 06.00 pertanda sudah magrib.Dinda segera bergegas ke mandi untuk membersihkan tubuhnya .
Setelah beberapa saat kemudian
Setelah memakai pakaian, Dinda tidak lupa menjalankan ibadah magrib, setelah beberapa saat kemudian saat sedang berdoa.
TOK-TOK-TOK
Ketukan pintu membuat nya menoleh, lalu segera
melepas mukenah nya untuk melihat siapa yang mengetuk pintu. Rupanya nyonya besar sudah berada tepat di depan pintu membuat Dinda kaget .
"Nyonya, ada apa?" tanya nya heran.
"Cepat bantu pelayan, menyiapkan makan malam!" ucap Nyonya Besar tanpa bisa di bantah .
Dinda pun segera membereskan mukenah nya, lalu segera bergegas keluar untuk menuruni anak tangga .
Tentu saja Nyonya Besar yang tahu kalo Farel tidak pulang untuk makan malam merasa sangat senang, bebas menyuruh gadis tersebut, sesuka hati nya.
Dinda pun membantu pelayan menyiapkan makan malam, sebenarnya Pa Beni melarang nya, namun Dinda terus memaksa, akhirnya Pa Beni pun membiarkan Dinda melakukan semua nya.
Setelah beberapa saat kemudian Dinda yang sedang menyiapkan makanan, melihat Tuan Besar dan semua nya sudah kumpul di meja makan .
"Loh Dinda, kenapa kau ikut membantu pelayan? seharusnya kau tidak perlu melakukan semua nya?" tanya Tuan Besar saat melihat Dinda membantu pelayan .
"Tidak papa Tuan, Saya memang senang membantu mereka," jawab Dinda sambil tersenyum .
"Kenapa kau memanggilku Tuan? bukan kah kau menantuku ? panggil saja Papa," tanya tuan besar pada dinda membuat ke tiga wanita tersebut melihat ke arah Dinda .
"I-iya Papa," jawab Dinda sambil terbata bata.
"Terus kau mau kemana? Ayo duduk?" ucap Tuan besar lagi, membuat Dinda heran, yang Dinda ingat pria tersebut sangat begitu menyeramkan menurut nya, tapi ini sangat begitu baik dan lemah lembut.
"Saya makan di dapur saja Tuan, eh Papa," jawab Dinda sambil menuju ke dapur .
"Sudah biarkan saja Pah, dia sadar diri, tempat dia kan di dapur," ucap Nyonya Besar angkat bicara karena sedari tadi sudah menahan kekesalannya. Akhirnya Tuan Besar pun membiarkan Dinda makan di dapur, meskipun ada rasa kasihan di dalam hati nya, tapi tidak ingin terlalu memaksa.
Dinda pun makan bersama para pelayan, sementara para pelayan melihat Dinda dengan aneh, apa lagi Dinda adalah istri Tuan Muda nya.
Dinda tak peduli sorot mata para pelayan lainnya, Dinda makan bersama Lina, mereka pun makan dengan lahap, entah mengapa? gadis tersebut merasa nyaman saat bersama Lina.
Lina pun sebenarnya merasa kasihan dengan gadis tersebut . Setelah selesai makan, Nyonya Besar menyuruh Dinda mencuci piring semuanya, karena Tuan Besar yang langsung ke ruangan kerja nya, membuat Nyonya Besar menyuruh Dinda seenaknya .
Setelah beberapa jam kemudian, jam menunjukkan pukul 22.00.
Mobil Farel sudah berada di halaman rumah nya, Devit dengan sigap membuka kan pintu untuk Tuanya, Farel masuk ke dalam rumah nya, sementara Devit pamit untuk pulang, Pa Beni menyambut nya seperti biasa.
Farel memang sengaja tidak ingin Dinda menyambut nya, membiarkan Dinda tidur terlebih dahulu, Pa Beni pun mengikuti Farel dari belakang, menaiki anak tangga, Farel menghentikan langkah nya, melirik Pa Beni mengambil berkas yang Pa Beni pegang, lalu masuk ke ruangan kerja nya, Pa Beni pun langsung mengikuti dari belakang .
Farel masuk ke ruangan kerja nya, tidak biasanya pria itu masuk ke ruangan kerja nya sebelum membersihkan dirinya, namun kali ini justru pria itu malah masuk terlebih dahulu, mungkin memang ingin meletakkan sesuatu .
Farel membuka pintu ruangan kerjanya, melihat ruangan kerjanya yang sudah berubah, hal itu membuat wajah pria itu berubah menjadi marah .
"Pa Beni, siapa yang berani? merubah buku-buku itu!" tanya Farel dengan wajah memerah, menatap Pa Beni dengan tajam .
"No-nona Muda Tuan," jawab Pa Beni dengan ketakutan .
"Panggil dia kemari !" titah Farel dengan meninggi .
Dinda yang sudah menyelesaikan pekerjaan nya, segera membuka buku pelajaran nya, ingin mengerjakan tugas yang tadi siang harus di kerjakan, namun aktivitas nya terhenti saat mendengar suara ketukan pintu.
TOK-TOK-TOK
Dinda segera merapikan kembali bukunya dan meletakkan ke tempat nya, lalu segera membuka pintu, tampak lah Pa Beni berdiri tegap di depan pintu.
"Nona Muda, Tuan Muda, memanggil Anda di ruangan kerja nya," ucap Pa Beni langsung tude poin.
"Dia sudah pulang?" tanya Dinda dengan heran, Pa Beni hanya mengangguk lalu mempersilahkan Dinda untuk mengikuti nya.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Muly Yanti
kknya yg salah kok adeknya yb di siksa.. cari kknya siksa dia.. kasian dinda yg kena getahnya..
2022-10-08
0
🤗🤗
namanya juga orang iri
2022-09-14
1
Wiek Soen
malang bener nasibmu Dinda
2022-07-29
1