JAM MENUNJUKKAN PUKUL 16.00
Dinda yang sudah satu jam membersihkan gudang merasa lelah, apa lagi harus menggeser-geser barang yang harus di bersihkan, aktivitas nya terhenti saat melihat ada seseorang yang berada di belakang nya .
"Nona Muda, Tuan Devit mencari anda di depan," panggil Pa Beni menjelaskan niatnya datang ke tempat itu .
"Untuk apa? Asisten Devit mencari Saya? apa Tuan Muda sudah pulang?" tanya Dinda mengerutkan keningnya heran .
"Tidak Nona, dia bilang ingin menjemput Anda. Ayo mari Nona, biar gudang ini nanti orang lain yang melanjutkan," ucap Pa beni mempersilahkan Dinda untuk mengikuti nya .
"Tapi Pa saya," ucap Dinda merasa ragu untuk meninggalkan ruangan itu.
"Jangan di pikirkan," jawab Pa Beni yang mengerti maksud Dinda .
Akhirnya Dinda pun mengikuti Pa Beni dan segera mencuci tangan nya yang kotor .
Sampailah tepat di mana Devit berada, Devit sedang duduk di sofa tidak jauh dari Nyonya Besar dan Stella. Devit langsung berdiri saat melihat Dinda mendekat .
"Asisten Devit, ada apa?" tanya Dinda saat sudah berdiri di depan Devit .
"Saya hanya ingin mengajak Nona, jalan-jalan," jawab Devit asal membuat kedua orang saling pandang .
"Sore hari begini? kenapa harus mengajak Saya?" tanya Dinda menatap Devit dengan heran .
"Nona tinggal ikut, saja jangan membantah!" jawab Devit penuh penekanan dan menatap Dinda dengan tatapan mematikan, membuat nyali Dinda menciut.
"Baik, tapi saya mandi dulu," ucap Dinda sambil berlari kecil membuat semua orang heran . Stella yang penasaran langsung berjalan mendekati Devit.
"Ka Devit, mau di ajak kemana gadis kampung itu?" tanya nya menatap Devit dengan penasaran .
"Bukan urusan Nona," jawab nya dengan datar tanpa ekspresi.
"Ka Devit, kenapa sih? selalu dingin kepada ku," protes Stella merasa kesal sambil melipat tangan di dada nya .
Devit pun kembali duduk tanpa memperdulikan adik Tuan Mudanya itu . Namun Stella malah duduk di samping Devit, hal itu membuat Nyonya Besar tidak mengerti apa yang putri bungsunya ingin lakukan.
"Ka Devit, bukan nya Aku adik mu juga?" tanya Stella dengan senyum jahatnya, sambil bergelayut manja di lengan Devit, hal itu membuat Devit tidak nyaman .
"Jaga sikap anda Nona!" hardik nya sambil berdiri berusaha melepaskan tangan nya dari Stella .
Nyonya besar yang melihat itu langsung mendekati putri bungsunya .
"Stella, apa yang kau lakukan?" tanya nya merasa tidak habis pikir dengan putrinya itu .
"Aku hanya ingin dekat dengan ka Devit saja, apa itu salah?" jawab nya dengan nada meninggi .
"Tapi sikap mu berlebihan," ucap Nyonya Besar memperingati .
Stella malah menatap pria di samping nya yang diam tanpa ekspresi sedikit pun .
"Ka Devit, kenapa ka devit berubah? dulu Ka Devit selalu menyayangi ku, menjaga ku, tapi sekarang sikap Ka Devit sangat dingin kepada ku, apa salah ku pada ka Devit?" ucap Stella panjang lebar mengeluarkan unek-unek di dalam hati nya.
Devit dulu memang sangat menyayangi Stella, bahkan gadis itu selalu menempel padanya, entah kenapa? gadis itu lebih suka dekat dengan Devit, di banding dekat dengan Farel, sikap nya selalu Arogan ketus, namun beda hal nya saat bersama Devit, gadis itu selalu manja pada nya, bahkan dengan Papa nya sendiri saja tidak pernah bersikap manja, justru Amanda lah yang lebih manja .
Devit bersikap seperti itu agar gadis itu tidak ketergantungan dengan nya dan bisa mandiri tanpa Devit, namun benar saja, Stella memang gadis mandiri namun gadis itu sangat tertutup .
"Ka Devit jawab?" tanya Stella sambil menggoyangkan tubuh Devit .
Namun pria itu hanya diam saja, tanpa sedikitpun ingin menjawab .
Beberapa menit kemudian, Dinda yang sudah bersiap pun segera menuruni anak tangga, Dinda kaget saat melihat Stella sedang menggoyangkan tubuh Devit dan memukul dada Devit. Bahkan Devit hanya diam saja tanpa memperdulikan Stella yang terus memukul dadanya berulang kali karena kesal.
Devit yang melihat Dinda sudah ada di depan nya pun segera berekspresi seperti biasanya.
"Sudah marah-marah nya Nona?" tanya Devit sambil tersenyum tipis ke arah Stella yang terlihat masih memukul dadanya.
"Kau menyebalkan!" gerutu Stella sambil berlari ke kamar nya membuat Dinda heran .
"Nona Muda, Ayo kita berangkat," ajak Devit sambil membenarkan Jas nya yang terlihat sedikit berantakan.
Dinda hanya berdiri bengong dengan apa yang sebenarnya terjadi .
"Nona Muda," panggil Devit lagi sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Dinda, Karena merasa Dinda diam saja sedari tadi.
"Eh iya," ucap Dinda saat sudah tersadar dari lamunannya.
"Nyonya Besar, Saya permisi dulu," pamit Devit sambil membungkukkan badan nya, di depan Nyonya Besar yang sama-sama masih berdiri mematung .
"Iya, maafkan Stella tadi yah? sudah memukul mu, Aku tidak menyangka putri ketus ku itu bakal Semarah itu pada mu?" ucap Nyonya Besar tersenyum tipis, sambil melihat Dinda dengan tidak suka. Nyonya Besar tahu Putri bungsunya jarang merengek untuk di perhatikan, tapi dengan Devit malah sampai begitu, itu yang membuat Nyonya Besar heran .
"Tidak Papa Nyonya, kalo begitu saya permisi," Jawab Devit datar sambil melangkah keluar dari ruangan tersebut.
Dinda pun juga ikut permisi, tanpa memperdulikan raut wajah tidak sukanya Nyonya Besar.
Hingga sampailah di samping mobil, Devit segera membuka kan pintu untuk Dinda. Dinda pun masuk, sambil masih kepikiran dengan apa yang tadi di lihatnya .
Setelah Dinda masuk, Devit segera melajukan mobilnya . Sepanjang perjalanan Dinda terus bertanya-tanya mau di ajak ke mana dia? sambil sesekali melihat ke samping jendela tanpa sedikitpun berbicara .
Beberapa saat kemudian
Mobil sudah sampai di sebuah mall pusat perbelanjaan, Dinda heran saat Devit menyuruhnya untuk turun .
"Kita ngapain turun di sini?" tanya nya heran .
"Nona juga tahu ini apa kan? orang-orang ke sini mau apa?" jawab Devit singkat padat dan jelas .
Dinda hanya mengangguk-angguk mengerti sambil mengikuti Devit dari belakang tanpa banyak bicara .
Hal pertama yang Devit lakukan adalah memilih gaun untuk Dinda .
"Nona, coba semua ini biar Saya yang menilainya," ucap Devit sambil memberikan beberapa gaun pada Dinda.
"Tapi, ini mahal-mahal Saya mana mampu beli ini?" celetuk Dinda merasa ragu saat melihat betapa mahalnya pakaian itu .
"Nona tinggal pakai saja, Tuan Muda yang akan membayarnya," ucap Devit dengan datar.
"Tuan Muda, benarkah? dia memang baik," tanya Dinda sambil tersenyum, membayangkan wajah tampan Farel, walaupun Farel sering marah padanya, entah mengapa gadis itu masih menganggap pria itu baik .
Devit yang mendengar penuturan gadis itu, hanya sedikit tak percaya dengan apa yang gadis itu pikirkan, padahal Tuan Mudanya sering menghinanya .
Dinda mencoba beberapa gaun namun lagi-lagi Devit menggeleng, hingga sudah ke dua belas yang Dinda coba pria itu tak kunjung juga mengatakan bagus, hingga sekarang Dinda sedang mencoba lagi .
Dinda keluar menggunakan gaun berwarna navi yang panjangnya, di bawah lutut dengan motif renda-renda, menambah kesan anggun namun tidak terlalu mencolok jika di lihat nya.
"Bagus," gumam Devit sambil tersenyum tipis mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Pelayan bungkus yang ini, dan sekalian kirim kan pasangan nya juga ke alamat ini," perintah nya pada pelayan toko itu sambil memberikan kartu alamat .
"Baik Tuan," jawab pelayan itu patuh dan segera membungkus apa yang di inginkan pria itu.
Langka selanjutnya, Devit mengajak Dinda membeli beberapa perhiasan, seperti kalung dan anting yang senada dengan, pakaian nya .
Dinda hanya menurut, diam tak banyak bicara. Setelah membeli perhiasan Devit mengajak Dinda membeli tas. Dinda lagi-lagi di buat kaget dengan harga barang yang harus di belinya, namun Devit hanya diam tak sedikit pun menjawab apa yang dinda katakan .
Setelah membeli tas, Devit mengajak Dinda ke toko sepatu untuk membeli high heels, Dinda melihat-lihat high heels yang begitu tinggi, sambil menatap heran kepada Asisten Devit, mengapa mengajak nya kemari? dan berbelanja itu, bagi Dinda barang-barang yang ada di rumah nya juga sudah cukup banyak dan semua itu juga masih belum di pakai, mubazir menurut nya membuang-buang uang.
"Nona coba ini," ucap Devit memberikan high heels yang menurutnya sangat bagus, membuat Dinda membuyarkan lamunannya dan meraih high heels yang Devit berikan.
"Ini tinggi sekali? mana mungkin Saya memakai setinggi ini?" gumamnya merasa tak yakin sambil tersenyum tipis getir.
"Coba dulu Nona, bukan kah? Nona Muda ingin tinggi?" ucap Devit berusaha membujuk .
Dinda yang mendengar penuturan Devit merasa sedikit terhina, dengan terpaksa akhirnya mencoba sepatu itu dengan rasa takut, yang menurut nya high heels itu sangat tinggi yang ada gadis itu bakal kelimpungan saat berjalan sama seperti waktu menggantikan kakak nya menikah .
Devit menyuruh pemilik toko itu mengajari Dinda berjalan saat menggunakan sepatu hak tinggi itu, sebegitu niatnya Devit ingin merubah Nona Mudanya itu.
Dinda pun berjalan walaupun sedikit ketakutan, apa lagi tinggi sepatu tersebut 12 cm, tentu saja lumayan tinggi bagi Dinda yang biasa menggunakan sandal jepit .
Setelah itu Devit mengajak Dinda ke sebuah salon, Dinda awal nya menolak namun Devit terus memaksa gadis itu dan memberikan bara-barang yang tadi di belinya .
Setelah itu Devit duduk menyenderkan tubuhnya di sofa tunggu, ternyata menemani Dinda berbelanja membuat nya cukup kelelahan .
Namun baru beberapa saat menghela nafas panjang, suara dering telepon membuat Devit bangkit dari duduknya.
"Iya Tuan Muda," ucap Devit saat sudah mengangkat panggilan telepon nya .
"Kenapa? kau mengirimkan jas berwarna navi? Aku tidak suka warna itu?" ucap suara dari seberang telepon sudah mengeluarkan aksi protesnya.
"Tuan Muda, itu jas yang senada dengan Nona Muda," jawab Devit dengan suara datar namun terdengar tenang.
"Kau itu? beraninya mengatur ku, awas saja jika gadis itu membuat ku malu, Aku tidak akan memaafkan mu!" ancam nya dan segera mematikan panggilan nya sepihak .
Devit menghela nafas panjang lalu kembali duduk di sofa, tanpa sedikitpun merasa takut dengan ancaman Tuan nya itu.
Beberapa saat kemudian
Dinda sudah selesai di make'up.
"Nona, lihat diri Anda sangat cantik, apa kah Nona puas dengan hasil kerja Saya?" tanya sang MUA itu pada Dinda sambil menyuruh Dinda bercermin.
"Benarkah? ini saya?" tanya Dinda tak percaya dengan wajah nya yang sudah cantik .
Sang MUA itu hanya mengangguk, lalu tinggal merapikan rambut Dinda. rambut Dinda di buat bergelombang dengan di kepang sedikit di bagian belakang nya dan di biarkan tergerai, tidak lupa pita di samping rambut nya menampilkan seperti putri yang sangat cantik .
Begitulah kira-kira
Kini Dinda sudah lengkap memakai perhiasan dan gaun yang sudah melekat di tubuh mungil nya dengan memakai high heels . Dinda terlihat seperti gadis yang sudah dewasa bukan seperti gadis remaja lagi .
"Tuan, Saya sudah mengerjakan tugas seperti yang anda mau, semoga Tuan suka dengan hasil riasan Saya," ucap sang MUA pada Devit saat sudah berada di depan Devit .
Devit menoleh melihat seperti apa Nona Muda nya, Dinda keluar dengan menggunakan gaun yang tadi di belinya .
mata Devit tak berkedip dengan apa yang di lihat nya
"Dia siapa?" tanya nya setelah diam beberapa saat, namun hanya melihat seorang gadis yang berjalan mendekati nya .
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Sely Ina
visualnya dong thorrrr...
2023-01-25
1
🤗🤗
kata2mu menusuk jantungku.
2022-09-19
0
🤗🤗
aku mau juga bungkus 2 ya
2022-09-19
0