NovelToon NovelToon

Pengantin Pengganti

Perjanjian

Seorang wanita paruh baya sedang duduk menunduk sambil memohon kepada seorang pria paruh baya .

"Tuan saya mohon, bantu perusahaan suami saya," ucap wanita itu sambil bergetar .

Pria paruh baya itu duduk sambil menyeringai .

"Emang, apa yang bisa kau berikan? sampai Aku tertarik membantu perusahaan suami mu?" tanya pria paruh baya tersebut sambil menatap tajam.

"Apa pun tuan," jawab wanita tersebut sambil menunduk .

"Apa pun?" tanya pria tersebut sambil menyeringai.

"Iya tuan," jawab wanita itu sambil mengangguk meyakinkan .

Seperkian detik pria tersebut tertawa sambil berfikir .

"Baiklah, apa kau memiliki seorang putri?" putus nya pada akhirnya, karena merasa sedikit tertarik dengan tawaran wanita tersebut.

"Saya memiliki dua orang putri," jawab wanita tersebut sambil menyodorkan hp nya .

Di lihatnya foto seorang gadis cantik dengan rambut yang di buat aga bergelombang, dia tersenyum sangat manis, yang menurut nya mendekati selera putranya. lalu di geser lagi foto anak kedua, dengan rambut lurus namun terlihat sederhana tanpa make up tersenyum .

"Mereka berdua kedua putri saya tuan," jelas wanita tersebut sambil tersenyum tipis .

Pria itu tersenyum seringai, lalu menyodorkan hp tersebut, di lihatnya foto anak pertama nya .

"Berikan putri mu pada ku, lalu Aku akan membantu perusahaan suamimu bagaimana?" tawar pria tersebut dengan menaikkan sebelah alisnya .

"Tapi tuan putri ku dia..."

"Tidak ada kesempatan kedua, kalo tidak mau tidak masalah, tanggung saja sendiri. Tawaran ini hanya berlaku sekarang, pikirkanlah baik-baik sebelum Aku berubah pikiran!" potong pria tersebut dengan penuh penekanan.

Mendengar penuturan pria tersebut, sejenak wanita itu berpikir keras dia tidak punya pilihan lain.

"Terima kasih tuan, Saya akan katakan ini pada putri saya," ucap wanita itu pada akhir setelah beberapa saat berpikir.

"Waw, cepat sekali berubah pikiran?" tanya pria tersebut dengan heran.

"Baiklah, bawa putri mu nanti sore, Aku ingin bertemu dengan nya. ingat, jangan macam-macam!" sambung nya dengan penuh penekanan .

"Baik tuan, Saya akan membawa putri Saya bertemu dengan anda," jawab wanita itu sambil mengangguk.

"Baiklah, kalo tidak ada urusan lagi, kau boleh pergi!" usir pria tersebut mempersilahkan wanita itu untuk keluar .

"Baiklah, kalo begitu saya permisi." pamit wanita itu, setelah itu langsung melangkah keluar dari ruang tersebut dengan wajah tak bisa di artikan.

Setelah wanita itu keluar pria yang merupakan asisten pria tersebut pun masuk.

"Ada perlu apa? wanita itu kemari tuan?" tanya Asisten tersebut setelah berada di samping tuanya .

"Dia bilang, Aku harus membantu perusahaan suami nya, dan sebagai imbalannya, Aku meminta putrinya, untuk Aku nikahkan. bagaimana menurutmu?" ucap pria tersebut sambil memberikan sebuah foto pada Asisten nya .

"Apakah anda yakin tuan? tuan muda akan menerima nya? Sudah banyak gadis yang dia tolak, dia bersikeras untuk tidak mau menikah," Tanya Asisten tersebut dengan beruntun karena merasa tidak yakin dengan keputusan tuan nya itu.

"Aku yakin, kali ini pasti dia tidak akan menolak. Entah sebuah takdir atau apa? gadis itu sangat begitu mirip dengan Mayra, bukan begitu Haris? " jelas pria tersebut pada Asisten nya .

"Iya tuan sangat mirip sekali" jawab Asisten tersebut sambil mengangguk mengiyakan.

"Kalo begitu, antar kan Aku, ke kantor Farel, sekarang juga!" perintah pria tersebut sambil berdiri .

"Baik tuan saya antar!"

********

Sementara wanita itu Setelah keluar dari gedung tersebut wanita itu bergegas menaiki mobilnya .

Ya wanita itu adalah Yuni seorang janda beranak 2 yang di tinggal suaminya beberapa bulan yang lalu karena kecelakaan .

kepergian suaminya, membuat dia harus menanggung semua nya sendiri, menggantikan suaminya mengurus perusahaan, namun na'as dia harus terlilit banyak hutang, karena akhir-akhir ini perusahaan mengalami kerugian besar, yang menyebabkan dia mau tak mau meminta bantuan, karena hanya perusahaan itu lah yang bisa dia minta bantuan .

Namun sayangnya tuan tersebut meminta putrinya, apa dia sanggup? melakukan itu apa putrinya mau menikah? Sedang kan putri pertamanya sudah jelas dia tau, putri pertamanya sangat keras kepala .

Putri pertamanya bernama Clara Amaliya, sekarang berusia 20 tahun dan masih kuliah. Dia memiliki sifa keras kepala egois tidak mudah di atur .

Putri keduanya bernama Adinda Amaliya, sekarang berusia 17 tahun dan baru menginjak kelas 3 SMA, Dia memiliki sifat baik hati, lemah lembut dan sederhana selalu mengalah pada kakaknya .

Setelah merenungkan apa yang telah terjadi, ternyata mobil Yuni sudah sampai di gerbang rumahnya .

Yuni segera masuk kedalam rumah nya, bergegas mencari putri nya, rupanya anak kedua sedang duduk di ruang tamu sedang membaca buku, melihat bunda nya pulang pun menghentikan aktivitas nya.

"Bunda, tumben jam segini udah pulang? ada apa Bun?" tanya nya dengan heran .

"Kakak mu di mana? sudah pulang?" Yuni justru malah balik bertanya membuat Dinda mengerutkan keningnya heran.

"Belum Bun, ada apa ya? seperti nya ada hal penting?" tanya Dinda dengan menyelidik, melihat dari raut wajah Bunda nya yang terlihat tidak seperti biasanya.

"Iya ada hal penting, yang ingin bunda beritahu pada kakak mu Clara," Jawab Yuni dengan tegang dan cemas.

"Mungkin sebentar lagi, dia pulang. Bunda duduk dulu, tenang kan pikiran bunda," ucap Dinda sambil menenangkan bundanya, membuat Yuni pun menurut.

DISISI LAIN

Tepat di sebuah perusahaan seorang pemuda sedang duduk menatap layar laptop, suara ketukan pintu di ketuk membuat nya mendengus sebal.

tok ...tok ...tok

"Masuk!" ucap pemuda tersebut sedikit berteriak.

"Ada apa ?" tanya nya setelah melihat Asistennya masuk langsung kembali melakukan kegiatannya.

"Tuan besar ingin bertemu dengan anda tuan," jawab Asisten tersebut sedikit tegang dan cemas.

Belum sempat menjawab pintu langsung di buka, menampakkan pria paruh baya langsung berjalan mendekati kedua nya.

"Farel papa ingin bicara dengan mu," ucap pria paruh baya tersebut langsung tude poin.

Farel enggan untuk menoleh, masih fokus pada laptop nya, rasanya dirinya sangat malas untuk menatap wajah Papa nya yang membuat dirinya kesal.

"Mau apa lagi? apa sepenting itu? sampai papa harus repot-repot kemari ? apa tidak bisa di bicarakan di rumah?" tanya Farel dengan beruntun matanya masih menatap layar laptop nya.

"Tidak bisa!" Jawab pria tersebut dengan singkat.

"Bicaralah, Aku akan mendengarkan," ucap Farel sambil mendengus kesal tanpa sedikitpun menatap wajah Papa nya itu.

"Papa ingin kau menikah !" jelas pria tersebut mengutarakan niatnya, hal itu membuat Farel menghentikan aktivitas nya, lalu menoleh ke arah Papa nya .

"Menikah? sudah ku bilang berapa kali, Aku tidak ingin menikah, gadis mana lagi yang ingin papa kenal kan pada ku? haaaah!" tanya Farel dengan nada meninggi, matanya menyiratkan kemarahan.

"Kali ini kamu pasti tidak akan menolak," jawab pria tersebut dengan percaya diri tanpa sedikitpun memperdulikan kemarahan putranya itu.

"HA-HA-HA...." Farel tergelak mendengar penuturan Papa nya merasa lucu dengan apa yang Papanya katakan.

"Emang gadis seperti apa lagi? sampai Aku tidak akan menolak? sampai kapan pun aku tidak akan menikah!" sambung nya dengan tersulit emosi.

Pria tersebut menyodorkan hp nya menunjukkan foto seorang gadis yang ia dapatkan tadi .

"Bagaimana?" ucap nya penuh harap, membuat Farel langsung mengambil Hp tersebut, lalu menatap foto itu dengan penuh selidik lalu menatap Papa nya .

"Iya, dia gadis yang akan papa nikahkan dengan mu, kali ini tidak ada penolakan!" jawab pria tersebut tidak bisa di bantah, membuat Farel berfikir sejenak

"Apa? setelah Aku menikah papa akan puas?" tanya Farel menatap tajam Papa nya.

"Papa, hanya ingin yang terbaik untuk mu, semoga kau bisa menerima semua nya," jawab pria tersebut dengan yakin .

"Baiklah, terserah papa saja, Aku akan mengikuti permainan nya, tapi jika gadis yang papa pilih tidak sesuai, jangan salah kan Aku, jika Aku tidak memperlakukan nya dengan baik!" ucap Farel dengan penuh penekanan .

"Kalo tidak ada yang di bicarakan, Papa boleh keluar, Aku sibuk!" sambung nya sambil menyuruh papa nya untuk keluar .

"Pernikahan akan di adakan seminggu lagi," ucap pria tersebut membuat Farel kaget .

"Papa gila ya? seminggu lagi? dan bahkan Aku saja tidak mengenal wanita itu!" sentak Farel menatap tajam papa nya .

"Lebih cepat lebih baik bukan? kau kan sudah setuju, dan lagi mau sampai kapan kau seperti ini terus?" ucap pria tersebut dengan tersebut seringai .

"Tapi, bukan berarti secepat itu kan?" protes Farel merasa tidak terima.

"Tidak ada penolakan," ucap pria tersebut berlalu pergi dari ruangan Farel, tanpa memperdulikan protesan Farel dan umpatan Farel yang berteriak keras.

DITEMPAT LAIN.

Setelah beberapa saat Yuni duduk, akhirnya yang di tunggu tiba. Clara pun sudah pulang, Clara kaget tidak biasanya Bundanya pulang cepat, biasanya pulang malam atau sore. Clara berjalan hendak ke kamar dengan cueknya namun Bundanya memanggil membuat langkah nya terhenti.

"Clara, bunda ingin bicara dengan mu," panggil Yuni dengan tegas .

"Apa yang ingin bunda bicarakan?" Tanya Clara sedikit malas langsung berbalik badan.

"Duduk dulu," perintah Yuni mempersilahkan Clara untuk duduk, Clara pun duduk, menatap Bunda nya penuh selidik .

"Apa yang ingin bunda bicarakan, cepat," tanya Clara dengan malas .

"Perusahaan Ayah mu mengalami masalah, dan hampir bangkrut, Bunda juga terlilit banyak hutang," jelas Yuni dengan sedih.

"Terus? apa hubungannya dengan ku?" tanya Clara dengan bingung .

"Hubungan nya adalah, ada orang yang bersedia membantu, tapi syaratnya, kamu harus menikah," jelas Yuni menatap putri nya penuh harap .

"Aku? maksud Bunda apa? Clara ngga ngerti," tanya Clara masih kmbingung .

"Maksudnya adalah, Tuan Fikram ingin membantu tapi dia meminta mu, untuk menjadi menantunya, kau menikah dengan anaknya. Bunda harap kamu mau, tidak ada penolakan," jelas Yuni panjang lebar menatap putri nya itu penuh harap .

"Bunda becanda ya?" tanya Clara tersenyum getir.

"Bunda ngga becanda, Bunda serius, tidak ada penolakan, jika kamu menolak, kita akan jatuh miskin, dan bunda akan di penjara. kamu mau bunda mu di penjara?" ucap Yuni menjelaskan panjang lebar agar putri nya itu mengerti.

"Kenapa harus Aku Bun?

Ini semua gara-gara kamu ya Dinda, kalo bukan karena kamu, Ayah pasti masih hidup," Clara yang marah menunjuk ke arah Dinda, dia terus menerus menyalahkan adiknya itu.

"Clara, ini bukan salah Dinda, berapa kali bunda bilang, semua sudah takdir. kamu jangan salah kan adik kamu terus. Nanti sore kita bertemu tuan Fikram, bunda harap kamu setuju!" ucap Yuni dengan tegas, langsung menarik tangan Clara untuk masuk ke kamar agar putrinya tidak kabur .

"Lepas Bunda, Clara ngga mau, ini semua gara-gara kamu Dinda!" ucap Clara berusaha untuk memberontak sambil terus menyalahkan adiknya itu, namun Yuni langsung saja menarik tangan putrinya itu masuk ke dalam kamarnya.

"Maaf kan Bunda Clara, tidak ada pilihan lain," gumam Yuni dengan sedih, sambil mengunci kamar Clara yang masih terdengar berteriak.

"Dinda, apa yang kakak mu bilang, jangan di ambil ke hati ya," ucap nya setelah berada di depan putri bungsunya itu.

"Ngga papa ko Bun, apa yang Ka Clara bilang memang benar, Bunda yang sabar ya. apa separah itu Bun perusahaan ayah?" ucap Dinda langsung memeluk Bunda nya itu.

"Iya Din, bunda tidak ada pilihan lain," jawab Yuni dengan sedih langsung membalas pelukan putri nya itu.

SORE TELAH TIBA.

Sesuai perjanjian, kini Yuni sudah berada di depan Restoran tempat di mana bertemu, Yuni pun mengajak Clara, yang tampak terlihat sangat begitu kesal.

"Clara, Bunda mohon, kamu cukup diam dan jangan banyak bicara, oke." ucap Yuni meyakinkan Clara .

"Terserah deh" jawab Clara pasrah karena merasa malas.

Mereka pun masuk, pelayan mempersilahkan mereka untuk duduk, karena tempat tersebut sudah di pesan .

"Silahkan, Nyonya apa kah Nyonya Yuni? " tanya pelayan dengan ramah.

"Eh iya, ko tau ?" jawab Yuni balik bertanya karena merasa heran.

"Tuan Haris, sudah memberitahu saya, kalo Tuan Fikram, akan ke mari. Ayo silahkan duduk," jelas pelayan itu ramah mempersilahkan keduanya untuk duduk, membuat Yuni mengangguk mengerti langsung duduk.

Setelah beberapa saat kemudian.

Pintu di buka Fikram pun datang bersama asistennya, bersamaan juga pelayan memberikan minuman .

"Sudah lama menunggu?" tanya Fikram membuat Yuni menoleh .

"Tuan sudah datang? Kami baru datang tuan," Jawab Yuni menoleh sebentar setelah itu segera menunduk.

Pria yang merupakan asisten pria tersebut menarik kursi untuk mempersilahkan tuanya untuk duduk .

"Bagus lah, tidak usah bosa-basi lagi, dia putri mu?" tanya Fikram setelah duduk menatap ke arah Clara. Yuni segera menyiku lengan Clara untuk bicara, Clara pun menoleh mengulurkan tangannya dengan terpaksa.

"Clara tuan," ucap Clara dengan sedikit malas.

"Oh Clara, cantik," jawab Fikram menatap Clara dengan seringai, sambil menyambut uluran tangan Clara.

"Kamu pasti sudah tahu? siapa saya kan? dan apa tujuan nya kau di ajak kemari?" sambung nya menjelaskan apa tujuan nya di suruh untuk datang.

"Iya Tuan, bukan nya Saya akan bertemu calon suami Saya? di mana dia?" ucap Clara menatap pria yang berdiri tidak jauh dari pria di hadapannya .

"Apa dia pria yang akan menjadi suami ku? Bunda bener-bener yah, bahkan menunduk, apa semenakutkan itu pria ini?" gumam Clara dalam hati, sambil menatap Bunda nya, namun yang di tatap justru malah menunduk .

"Putra ku sibuk, dia banyak pekerjaan, kau jangan khawatir. pernikahan akan di adakan seminggu lagi, semua pernikahan Asisten ku yang akan mengurus, kau tinggal siap kan diri mu saja, masalah gaun nanti orang ku yang akan datang ke rumah mu. Putra ku aga aneh, jadi aku harap kamu bisa memahami nya, dan ingat jangan macam-macam!" jelas Fikram panjang lebar, menatap tajam pada Clara, membuat Clara menelan ludah .

"Apa seminggu lagi? dan aku bahkan belum bertemu calon suami ku? dan dia bilang apa tadi? putranya aneh," gumam Clara di dalam hatinya merasa sangat begitu marah dan kesal.

"Apa kau dengar? apa yang aku katakan?" tanya Fikram Karena Clara hanya diam saja.

"Putri saya pasti siap Tuan, Ya kan Clara?" ucap Yuni menatap putri nya, Clara hanya mengangguk merasa marah di dalam hatinya.

Setelah itu Fikram menyodorkan sebuah map .

"Ini apa tuan ?" tanya Yuni kaget .

"Itu surat perjanjian, jika kau berani macam-macam, kau akan menanggung akibatnya, tanda tangan lah di situ, maka Aku akan bersedia membantu perusahaan suami mu," jelas Fikram panjang lebar dengan penuh peringatan, sambil mengambil minuman nya yang di sodorkan pelayan .

Yuni segera mengambil Map tersebut dan segera tanda tangan .

Setelah Yuni menyodorkan Map dan selesai tanda tangan, Fikram berdiri, Yuni pun juga berdiri .

"Baik lah, kalo begitu, Aku undur diri, jika tidak ada yang di bicarakan lagi," pamit Fikram.

"Baik lah tuan kalo begitu, mungkin tuan sibuk," jawab Yuni mempersilahkan Fikram pergi dan memaksakan untuk tersenyum,.

Beberapa saat setelah pria tersebut sudah keluar .

Yuni menghela napas panjang kembali duduk di tempat tadi.

"Bunda gila ya? Bunda seperti menjual putri bunda sendiri, bahkan, calon suami ku saja, Aku belum melihatnya. lihat apa yang Bunda lakukan tadi? seminggu lagi aku menikah Bunda juga setuju, tanpa memperdulikan Aku setuju apa tidak? bunda jahat!" ucap Clara mengeluarkan aksi protesnya nya karena merasa tidak terima.

"Tidak ada pilihan lain Clara, hanya dia yang bisa membantu Bunda. Ayo kita pulang" ucap yuni menarik tangan putri nya untuk pulang .

"Bunda bener-bener ya!"

BERSAMBUNG

maaf novel nya masih acak acakan

Pengantin Pengganti

SEMiNGGU BERLALU

Seorang pemuda tampan sedang berdiri merapikan jasnya, di bantu Asisten nya, dengan menampilkan wajah yang tidak bisa di artikan .

Dia adalah Farel Maherza Argadinata, pria yang bahkan membenci pernikahan, lantas kenapa sekarang justru malah menikah?

Asisten nya bernama Devit Prayoga, Asisten yang selalu setia berdiri di samping pria tersebut.

"Tuan bagaimana? apa kah anda yakin ingin menikah?" tanya Devit khawatir, melihat raut cemas tuan nya itu.

"Aku juga tidak tahu, perasaan ku juga tidak enak," jawab Farel dengan datar .

"Lalu? Saya harus apa tuan?" tanya Devit dengan bingung .

"Cukup diam, dan keluar, Aku ingin sendiri dulu!" perintah Farel menatap tajam Asistennya itu.

"Baik Tuan, kalo begitu Saya akan memastikan, apa yang terjadi di luar" Ucap Devit berlalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.

DISISI LAIN

Seorang gadis cantik sedang duduk menatap wajahnya di pantulan kaca, wajah yang sudah di rias cantik, menggunakan make up dan sudah lengkap menggunakan gaun berwarna putih .

Namun wajahnya sangat tidak bahagia, bagaimana mungkin bahagia? sementara dia harus menikah dengan pria yang bahkan tidak pernah dia temui .

Ya, gadis tersebut adalah Clara, selama seminggu setelah pertemuan nya dengan pria yang katanya calon mertuanya, Clara di kurung, dia hanya di izinkan keluar saat fitting gaun, itu saja di kawal pengawal .

"Pergi kalian, tinggalkan aku sendiri! " perintah Clara pada petugas yang merias .

"Baik Nona, kami keluar dulu," ucap semua nya berlalu pergi, meninggalkan Clara seorang diri.

BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Ceklek...

Pintu di buka seorang wanita paruh baya masuk.

"Clara, kau sangat cantik sekali," ucap wanita tersebut yang tak lain adalah Yuni .

"Bunda puas? melihat Aku menderita? ya kan, melihat Aku menikah dengan orang yang bahkan belum Aku temui. lebih baik Bunda keluar, Aku ingin sendiri !" ucap Clara dengan marah .

"Ko kamu ngomong begitu? orang tua mana yang senang melihat putrinya menderita? Clara, Bunda ngelakuin ini semua karena terpaksa," tanya Yuni dengan sedih.

"Bunda keluar! Clara ngga ingin melihat wajah bunda," usir Clara dengan sedikit berteriak.

"Baik, Bunda keluar, Bunda harap kamu mengerti dengan apa yang bunda lakuin. Oya bunda kesini hanya ingin memberi tahu kalo pernikahan satu jam lagi akan di mulai, jadi bersiap lah," ucap Yuni menjelaskan panjang lebar, setelah itu berlalu pergi dari kamar putri nya itu,membiarkan putri nya berfikir .

Tak lama kemudian pintu kembali di buka, membuat Clara semakin tegang.

"Aduh siapa lagi sih?" ketus Clara saat melihat pintu kembali di buka .

Dinda masuk, mengenakan dress berwarna merah muda selutut, dengan rambut di kuncir kuda dengan tampilan riasan sederhana .

"Mau apa? kau kesini?" tanya Clara menatap adiknya sinis .

"Kak, Aku hanya ingin melihat kakak, ternyata kakak cantik sekali," jawab Dinda dengan tulus .

"Halah, pasti kamu menertawakan Aku, iya kan? Melihat Aku harus terpojok begini. Harus menanggung semua nya, iya kan? mending kamu keluar, Aku nggak mau di ganggu!" ucapeClara sambil mendorong adiknya untuk keluar .

Dinda pun keluar dengan wajah sedih, air mata nya jatuh begitu saja.

"Aku kan, hanya ingin menghibur, tapi Ka Clara, selalu saja bersikap begitu pada ku. Dinda, kamu harus sabar, mungkin ka Clara, memang ngga ingin di ganggu," gumam Dinda menenangkan dirinya di balik pintu .

Setelah kepergian Dinda Clara mondar-mandir kebingungan .

"Bagaimana ini? Aku nggak bisa menikah, bagaimana mungkin? Aku harus terjebak dengan orang aneh. Ngga, ini ngga bisa di biarkan." gumam Clara pada diri sendiri, membayangkan kemungkinan buruk terjadi pada hidup nya nanti. Sejenak gadis itu berpikir keras lalu segera mencari Hpnya mencari kontak seseorang untuk di hubungi.

Tak lama kemudian

"Hallo, ada apa Ra? ini gue lagi otw, Lo Kenapa? tumben nelpon," suara seseorang dari seberang telepon.

"Tan tolong gue, gue nggak bisa menikah, Tan," jawab Clara memohon pada sahabat nya .

"Maksudnya, lo mau kabur? bukan nya, Lo setuju untuk menikah?" tanya wanita itu yang sudah tau maksud sahabatnya, wanita itu tidak lain adalah Tania sahabat Clara.

"Iya Tan, bantu gue kabur, gue nggak ada waktu lagi, tinggal sebentar lagi, gue nggak mau menikah. gue akan bayar berapa pun, asal Lo mau bantu gue. Please, hanya Lo yang bisa bantuin gue, ini masalah masa depan gue," ucap Clara penuh harap.

"Tapi Ra, gue takut ketahuan, bagaimana? apa kamu yakin? ingin pergi dari pernikahan tersebut, dari yang gue liat, seperti nya pernikahan nya cukup mewah, pasti orang kaya," jelas Tania panjang lebar, yang sudah berada di depan gedung .

"Please Tan, Aku mohon, lima kali lipat, bagaimana?" tawar Clara meyakinkan sahabat nya .

"Baik, tapi kalo gue gagal, jangan salah kan gue, ya?" jawab Tania sambil berpikir .

Tania memang punya sedikit kemampuan bela diri, dan pandai mengibuli menggunakan semprotan penidur, sekali semprot orang pasti tertidur .

"Baik, cepetan sekarang ya, kamar gue ada di tangga sebelah kiri, kamar xx. okeh, ku tunggu, jangan lupa bawa topi kaca mata, andalan Lo," ucap Clara panjang lebar dengan penuh harap.

Setelah mematikan panggilan, Tania berjalan masuk ke gedung, dan menunjukkan kartu undangan kepada petugas yang berjaga, lalu segera masuk ke dalam untuk menyusun strategi.

"Rupanya ada pintu belakang juga," gumamnya, lalu bergegas mencari arah yang di katakan Clara, setelah melihat tangga yang di katakan Clara, Tania segera berjalan menuju anak tangga. Gadis itu berpapasan dengan banyaknya para tamu berdatangan .

"Sumpah, pernikahannya cukup mewah, tapi kenapa? Clara bodoh sekali, Seperti nya bukan orang sembarangan," gumam Tania yang lagi-lagi merasa takjub dengan apa yang di lihat nya, langsung berjalan menaiki anak tangga.

Tania terus menelusuri seluruh ruangan, masih merasa takjub dengan seluruh ruangan, gadis itu mencari di mana ruangan yang Clara maksud, namun baru beberapa langkah ada seseorang yang menghentikan langkahnya .

"Tunggu, siapa kau?" ucap seorang pria, membuat jantung Tania berdetak lebih cepat .

Tania menoleh, lalu menyemprot sesuatu pada pria tersebut, lalu menendang kaki pria tersebut, tak beberapa lama pria tersebut sudah pingsan .

"Aku harus berhati-hati, banyak para penjaga," gumamnya .

Tania berjalan terus sampai melihat sebuah ruangan yang di jaga oleh kedua penjaga, Tania berjalan dengan santai mendekati kedua penjaga tersebut lalu menyemprot sesuatu kepada kedua penjaga tersebut setelah itu menendang kaki keduanya .

Tak beberapa lama keduanya sudah tidak sadar kan diri, Tania pun mengetuk pintu .

tok- tok -tok

"Ra ini gue Tania," ucap nya dari balik pintu, tak lama pintu terbuka, Tania segera masuk membantu Clara berganti pakaian .

"Tan, lo memang sahabat terbaik gue," ucap Clara tersenyum senang .

"Dan gue ngelakuin ini ngga gratis, karena ini perlu perjuangan. Jadi cepetan, bersiap pakai ini!" ucap Tania membatu Clara ganti pakaian.

"Tenang gue, akan nepatin janji " janji Clara langsung mengikuti Tania, setelah selesai berganti pakaian.

Mereka berdua menyusuri lorong ruangan, pintu belakang. sepanjang perjalanan, banyak pengawal yang kalah karena kemampuan Tania, hingga mereka berhasil keluar dari gedung tersebut. Clara merasa lega sudah keluar dari gedung tersebut .

"Tan, terima kasih, berkat Lo, gue bisa terbebas dari pernikahan terkutuk itu," ucap Clara sambil menghembuskan nafas nya, merasa lega karena berhasil keluar dari gedung tersebut.

"Ra, Lo yakin? bagaimana nasib keluarga Lo? Bunda Lo, apa Lo ngga peduli sedikit pun? apa Lo ngga nyesel, bagaimana kalo calon suami mu sangat tampan?" tanya Tania dengan beruntun memastikan sahabatnya.

"Gue nggak peduli, Bunda aja nggak peduli, dengan nasib gue, dan gue nggak bakal nyesel," jawab Clara dengan yakin .

"Benarkah?" tanya Tania memastikan lagi .

Clara mengangguk mengiyakan, membuat Tania akhirnya menjalankan mobil nya meninggalkan tempat tersebut.

DISISI LAIN.

Yuni kaget melihat para pengawal sudah pada pingsan, lebih tepatnya kamar putri nya sudah kosong .Yuni menjadi panik dan tegang, dan saat masuk melihat surat yang ada di meja. Yuni merasa syok membaca surat tersebut, isi surat 'Bunda maaf, Clara ngga bisa menikah, Clara ngga mungkin menghancurkan hidup Clara sendiri, semoga Bunda mengerti' begitulah surat yang ditulis Clara, membuat Yuni menjadi lemas.

"Clara, apa yang sudah kamu lakukan?" ucap Yuni dengan lemas.

"Bunda, apa yang terjadi? " tanya Dinda yang baru masuk .

"Kakak mu, dia kabur, Bunda ngga bisa berbuat apa-apa, apa yang harus bunda katakan pada tuan Fikram?" jelas Yuni panjang lebar dengan sangat begitu tegang dan panik.

Baru saja Yuni berbicara Tuan Fikram datang, hal itu membuat Yuni kaget bukan main .

"Apa yang terjadi? katakan!" tanya Tuan Fikram, menatap tajam pada Yuni .

Yuni mendekati pria tersebut, berdiri tepat di hadapan pria tersebut .

"Tuan, maaf kan saya Tuan, Putri saya kabur," jelas Yuni sambil menetes kan air mata nya.

"Apa? berani nya kau? setelah apa yang sudah aku lakukan terhadap mu, dengan seenaknya kau bilang putri mu kabur? kau pikir aku bakal melepaskan mu begitu saja, haaah! berani nya kau mempermainkan ku!" bentar Tuan Fikram sambil menatap tajam kepada Yuni.

"Maaf Tuan, ini di luar dugaan saya Tuan," jelas Yuni menunduk sambil memohon, meskipun tangan nya sudah gemetar, dia berusaha untuk membujuk karena tidak mungkin menanggung resiko apa yang harus di bayangkan nya.

"Lalu? apa yang harus Aku katakan pada putra ku?

Semua tamu undangan sudah pada berdatangan, kau harus bertanggung jawab, dan ingat kau harus menanggung akibat nya, karena sudah berani macam-macam dengan ku!" bentak Tuan Fikram menjelaskan panjang lebar sambil menatap wanita di hadapannya itu dengan tatapan marah.

"Jadi dia? orang yang akan menjadi mertua ka Clara? pantas saja ka Clara tidak mau, ternyata orang tua nya aja seseram itu, apa lagi anaknya, tapi aku nggak boleh tinggal diam, Bunda ngga boleh di penjara," gumam Dinda di dalam hatinya sambil mengamati wajah Fikram.

Sambil menghela nafas panjang gadis itu mendekati pria tersebut, tanpa di diduga Dinda berlutut.

"Tuan, Saya mohon, jangan penjarakan Bunda Saya. Saya janji akan menggantikan kakak Saya menikah, dengan anak tuan, asalkan Tuan jangan penjarakan Bunda Saya, dia sangat berarti bagi hidup Saya Tuan," ucap Dinda panjang lebar sambil menangis, hal itu membuat Yuni kaget dan semua orang yang berada di ruangan tersebut merasa tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.

"Dinda, apa yang kau lakukan?" pekik Yuni dengan panik, merasa tidak habis pikir dengan putri bungsunya. ketegangan mulai terjadi, Fikram justru malah semakin marah dan kesal dengan gadis tersebut.

"Tidak bisa, putra ku hanya ingin Clara, bukan kau!" Tegas Fikram menatap tajam gadis yang sedang memohon, sambil berusaha untuk menyingkirkan tubuh gadis tersebut yang memeluk kaki nya.

Seorang pemuda yang melihat kejadian tersebut segera pergi menuju kamar seseorang, lalu membisikkan sesuatu kepada pemuda tersebut .

"Apa? berani sekali dia? antar kan aku ke sana!" ucap pemuda tersebut, sambil mengepalkan tangannya menahan amarah.

"Baik tuan," jawab pemuda itu menganggu patuh, dan segera berjalan keluar di ikuti Tuan nya.

Pemuda itu tidak lain adalah, Devit. Devit yang melihat kejadian tersebut, segera melaporkan pada tuannya .

Beberapa saat kemudian, mereka sudah sampai di tempat tujuan .

Farel melihat seorang gadis yang sedang berlutut, sambil menangis, Farel berfikir sejenak dan memperhatikan semuanya lalu detik berikutnya .

"Baik lah, Aku akan menikahi gadis itu," Tunjuk Farel membuat semua orang kaget begitu juga dengan Fikram langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Cepat, berganti pakaian, waktu tinggal 10 menit lagi. Pelayan tolong bantu dia bersiap!" sambung nya, lalu pergi dari tempat tersebut dengan wajah yang tidak bisa di artikan .

Dinda langsung bangun, tanpa memperdulikan keterkejutan Tuan Fikram, gadis itu bergegas ke kamar, untuk berganti pakaian, di bantu pelayan. Dinda tidak sempat ber mak'up, Dinda hanya berganti pakaian yang tadi di kenakan Clara, lalu memakai veil di kepalanya membiarkan rambutnya tergerai.

Beberapa saat kemudian Yuni masuk ke dalam kamar.

"Dinda, Bunda ngga nyangka, pengorbanan mu sangat besar, Bunda minta maaf, tidak bisa melakukan apapun," ucap Yuni dengan sendu merasa sangat begitu bersalah.

"Bunda, jangan merasa bersalah, Dinda pasti bisa. Apa pun akan Dinda lakukan, asalkan Bunda baik-baik saja," jawab Dinda sambil memeluk Bunda nya, air mata nya tidak bisa di bendung lagi.

"Kau memang anak Bunda yang paling pengertian, sejak kecil kau selalu mengalah untuk kakak mu," ucap Yuni sambil mengingat sifat putri bungsunya yang selalu mengalah untuk kakak nya .

Beberapa saat kemudian seseorang datang, membuat mereka melepaskan pelukannya.

"Nyonya, acaranya akan segera di mulai," jelas seseorang itu ramah .

Yuni segera menggandeng Dinda untuk keluar, mereka berjalan beriringan menuruni tangga dari kiri, tempat acara akan di mulai .

Dari kanan juga, seorang pemuda berjalan di gandeng bersama Asisten nya, mereka berjalan berhadapan namun Dinda hanya menunduk .

Sampailah Dinda tepat di hadapan pemuda tersebut, pemuda itu langsung menggandeng Dinda menuju ke penghulu .

Ada hawa dingin di sekitarnya, sekuat hati Dinda berusaha tenang meski hatinya merasa tidak karuan .

Sampai lah tepat di depan penghulu. Semua orang bertanya-tanya, Kenapa nama mempelai wanita nya ganti? ada yang merasa iri juga, kenapa bukan dia yang menjadi pengantin nya? suara bisik-bisik para tamu undangan mulai terdengar, namun keduanya hanya diam seribu bahasa tanpa memperdulikan omongan orang-orang.

Penghulu mempersilahkan mereka untuk duduk, Devit sudah memberitahu penghulu tersebut bahwa mempelai wanitanya ganti, penghulu juga menjelaskan bahwa buku nikah mereka untuk sementara masih berada di KUA dulu, karena calon mempelai wanita masih di bawah umur, Devit pun menyetujui hal tersebut .

SETELAH BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Ijab kabul sudah selesai, kini Dinda sudah sah menjadi seorang istri, jatuh sudah air matanya .

"Istri? seumur hidup Aku nggak pernah membayangkan bakal menikah secepat ini? bahkan menikah dengan orang yang seharusnya menjadi kakak ipar ku, orang asing yang tidak Aku kenal sama sekali, melihat wajah nya saja enggan. Walaupun pernikahan ini karena terpaksa, tapi ini sah menurut agama dan hukum, bagaimana hidup ku nanti nya?" gumam Dinda di dalam hatinya sambil menahan air mata yang hendak jatuh.

Setelah itu mereka tanda tangan, Farel memakaikan cincin di jari Dinda, begitu pun juga Dinda memakaikan cincin di jari Farel.

Kemudian Dinda menyalami tangan Farel, Farel pun mengecup kening Dinda, sambil mencengkram dan berbisik di telinga Dinda.

"Lihat, apa yang akan terjadi pada diri mu? walaupun kau sudah menikah dengan ku, kau hanya lah pelayan berkedok istri, ingat itu baik-baik!" Bisik Farel di telinga Dinda.

Dinda hanya menunduk tanpa melihat pria yang berstatus suaminya tersebut, air matanya jatuh begitu saja, apa lagi mendengar apa yang di katakan pria tersebut sangat menyohok hatinya .

Setelah acara tersebut selesai, Dinda dan Farel berdiri di pelaminan .

Semua orang mengucapkan selamat, terkecuali keluarga pria tersebut, entah dimana keluarga dari pria tersebut? bahkan Dinda saja tidak tahu siapa ibunya .

Hanya orang yang Dinda ketahui adalah Ayah pria tersebut. Sepanjang acara, Dinda terus menunjukkan senyum tanpa melihat pria di samping nya.

Acara demi acara, mereka lakukan seperti pernikahan bahagia dan saling mencintai. Hingga bahkan acara pelemparan bunga pun mereka lakukan.

Tak sedikit pun Dinda melihat wajah pria tersebut, meskipun sepanjang acara mereka terus bergandengan tangan, sampai acara selesai .

Setelah beberapa jam kemudian, acara sudah selesai semua tamu sudah hilir mudik pergi. Ya acara sekalian resepsi, sesuai permintaan Farel bahkan media pun tidak boleh mengambil gambar sedikit pun .

"Sudah sana, lelah akting!" ucap Farel melepaskan tangan Dinda dari tangan nya dan bergegas keluar tanpa sedikitpun memperdulikan kebingungan Dinda.

Dinda yang baru sadar rupanya semua tamu sudah pada pulang pun berusaha menghentikan langkah pria tersebut .

"Tuan, Anda mau kemana?" tanya Dinda menghentikan langkah Farel .

Farel yang merasa di panggil menghentikan langkahnya, tanpa menoleh ke belakang .

"Pa antar, Dia pulang !" perintah Farel melihat supir yang tidak terlalu jauh .

setelah mengatakan hal itu Farel, bergegas keluar tanpa memperdulikan Dinda.

"Ayo,Nona," ajak supir tersebut dengan ramah .

Yuni yang melihat putrinya di campakan, merasa sedih lalu segera menghampiri putri nya itu .

"Dinda, maaf kan Bunda Na,"" ucap Yuni sambil menangis .

Dinda tersenyum berusaha menahan kesedihannya.

"Dinda, ngga papa Bunda, Dinda ikhlas melakukan semua ini, Bunda," ucap Dinda berusaha menutupi kesedihannya .

"Pak, bisakah? Putri Saya mengambil barang-barang nya terlebih dahulu? dan berganti pakaian?" tanya Yuni kepada sang supir, karena merasa kasian dengan putrinya yang kewalahan memakai gaun tersebut .

"Maaf, Nyonya, Saya hanya menjalankan tugas untuk mengantarkan Nona sekarang, saya tidak berani membantah. Ayo, Nona Saya antar pulang," jawab supir itu sambil menunduk .

"Tidak papa Bunda, Dinda bisa ko berjalan, Bunda jaga diri baik-baik ya, jaga kesehatan, jangan terlalu memikirkan Dinda, Dinda anak yang kuat, Bunda," ucap Dinda menjelaskan panjang lebar, langsung memeluk Bundanya itu.

Setelah mereka berpelukan cukup lama, gadis itu berjalan mengikuti supir, Yuni hanya menatap punggung putri nya dengan penuh kesedihan .

BERSAMBUNG.

maaf masih acak acakan semoga suka, ini karya pertama ku jadi jangan di hujat ya

Tugas Di Hari Pertama

Di sebuah pesta tampak seorang pemuda sedang memukuli banyak orang, dengan tak ampun .

"Hentikan Farel, kau bisa membuat nya mati," ucap Fikram kepada putranya .

"Hahaha .... " Farel Tertawa tawa yang cukup mengerikan.

"Kenapa kau takut? mereka-mereka mati? Haaah!" tanya Farel dengan meninggi, menatap tajam pada Papanya .

Itu kebiasaan Farel saat sedang marah yang aneh menurut Papanya, menyuruh Devit untuk mencari orang, yang siap di pukuli dan di bayar .

"Papa hanya ngga ingin kau seperti ini terus, Papa mohon, hentikan! " ucap Fikram memegang tangan Farel .

"Lepas! kau cukup diam dan jangan banyak bicara, sebentar lagi Aku masih asik bermain dengan mereka," ketus Farel dengan tersenyum seringai, langsung menepis tangan Papanya yang memegangnya, membuat Fikram akhirnya mengalah dan kembali Duduk.

Sementara Devit masih setia berdiri tidak jauh dari Farel pria itu hanya menjadi penonton saja. Begitu pula dengan Mama dan kedua Adik Farel, mereka juga duduk diam tanpa banyak bicara, mereka tau bicara pun percuma .

Setelah beberapa saat kemudian, setelah merasa lelah Farel Duduk di samping Papanya, mengambil minuman dan menikmati pesta.

Berbeda dengan Devit yang mengurus para pria tadi, yang di pukuli dan di bawa ke rumah sakit. mereka menikmati pesta di ke indahan malam hingga menjelang tengah malam .

DI sisi lain

Dinda yang melamun tersadar kalo dirinya sudah sampai di sebuah halaman cukup luas .

"Nona, Ayo, biar saya antar," ucap supir tersebut setelah membukakan pintu mobil .

Dinda pun turun dan melepas high heels yang di pakai, karena merasa kesusahan saat berjalan .

Dinda mengikuti supir tersebut sambil menenteng kedua high heels dan tangan satunya memegang gaun nya, sambil sesekali menatap takjub bangunan yang seperti istana itu.

"Waw, mimpi apa nyata ini? melihat istana? rasanya seperti mimpi," gumam Dinda di dalam hatinya .

Kini Dinda sudah sampai di depan pintu, seorang pelayan menyambut di depan pintu.

"Selamat datang Nona muda, saya pelayan di sini, nama Saya Lina, Nona bisa memanggil saya sesuka hati nona," ucap pelayan itu ramah, sambil melihat Dinda heran karena menurutnya sangat aneh, apa lagi saat melihat Dinda menenteng high heels nya .

Dinda pun tersenyum kikuk menatap pelayan tersebut .

"Jangan panggil Aku Nona, panggil saja Aku Dinda" jawab Dinda sambil tersenyum .

"Ayo, ikut saya Nona, biar saya bantu bawa sepatu nya nona, sepertinya nona kesulitan saat berjalan," ucap pelayan itu tanpa menjawab perkataan Dinda.

Pelayan tersebut membantu dinda menaiki anak tangga, mengantarkan Dinda sampai di sebuah pintu kamar.

Dinda yang berjalan mengikuti pelayan pun menatap takjub melihat semua ruangan, namun yang membuat nya heran rumah tersebut terlihat sangat sepi entah dimana penghuni rumah tersebut.

Pelayan membukakan pintu tersebut, mempersilahkan Dinda untuk masuk, Dinda yang cukup kewalahan berusaha berjalan masuk ke dalam.

Lagi-lagi Dinda di buat takjub, dengan isi ruangan tersebut. Lina menunjukkan beberapa ruangan dan mengajak Dinda ke ruangan walk in closet .

"Nona, di sini ada pakaian, Nona bisa memakai nya sesuka hati nona," jelas Lina menunjukkan sebuah lemari pakaian.

Dinda diam masih melihat-lihat ruangan tersebut, sepatu yang berjajar rapi tempat rias juga ada, dan beberapa Lemari besar berjejer di dalam nya .

"Nona, anda mendengar saya?" panggil Lina lagi menyadarkan Dinda dari lamunannya.

"Eh iya, semua isi lemari ini punya saya?" tanya Dinda menyadarkan dirinya dari keterkejutan nya, lalu menatap isi lemari yang terlihat pakaian sangat begitu rapi.

"Iya Nona, Saya hanya menjalankan tugas," jawab Lina dengan singkat .

"Oh iya, terima kasih" ucap Dinda mengangguk mengerti.

"Ayo, Nona, saya antar ke kamar mandi." Lina mengajak Dinda keluar dari ruangan tersebut, membuat Dinda mengikuti saja tanpa banyak bertanya. Lina menunjukkan letak kamar mandi yang ada di samping tempat tadi, Dan menyalakan air lalu menaruh aroma terapi untuk Dinda mandi. Dinda hanya melihat saja sambil memperhatikan cara pelayan tersebut bekerja.

"Airnya, sudah siap Nona, Ayo biar saya bantu," ucap Lina setelah selesai dengan tugasnya dan hendak membantu Dinda, yang terlihat masih terbengong.

"Tidak usah, Saya bisa mandi sendiri, bisakah lepaskan ini?" ucap Dinda menunjuk resleting bagian belakang gaun nya .

"Oh, baik Nona," jawab Lina segera membantu Dinda .

"Terima kasih, Ka Lina boleh keluar," perintah Dinda sambil tersenyum tipis menunjuk ke arah pintu.

"Tapi Nona, Saya harus membantu Nona, dan Nona kenapa? memanggil saya ka?" jawab Lina dengan ekspresi wajah bingung.

"Pertama, Saya tidak biasa di layani, kedua Saya senang memanggil Ka, sepertinya kita bisa berteman," jelas Dinda panjang lebar sambil tersenyum senang .

"Berteman? mana mungkin Nona? Saya hanya pelayan? " jawab Lina dengan ketakutan. .

"Sama saja, ya sudah kalo begitu, ka Lina boleh keluar dan istirahat, terima kasih, dan maaf sudah merepotkan," ucap Dinda tanpa sedikitpun memperdulikan perkataan pelayan tersebut.

"Tidak, Nona, ini sudah tugas Saya. Baiklah kalo begitu Saya keluar, " pamit Lina segera keluar dari ruangan tersebut. dengan wajah yang heran.

"Sepertinya Nona muda sangat baik? bahkan sangat lembut, berbeda sekali dengan nona-nona yang aku kenal, sombong dan arogan," gumam Lina di dalam hati dan segera menuruni anak tangga .

Baru saja Lina sampai di bawah sudah dikagetkan dengan kehadiran seseorang yang terlihat sedang menunggu nya.

"Pa Beni, Anda mengagetkan saya," ucap lina memegang dadanya karena merasa terkejut.

"Bagaimana ? apa kau sudah menjalankan tugas mu dengan baik? ku harap kau tidak melakukan kesalahan?" Tanya Pa Beni yang merupakan kepala pelayan, tanpa sedikitpun memperdulikan keterkejutan Lina.

"Su-sudah Pa, Saya sudah menjalankan tugas dengan baik," jawab Lina dengan terbata-bata .

"Baiklah, kau boleh istirahat," perintah Pa Beni mempersilahkan Lina untuk istirahat, Lina pun pergi dengan lega karena tidak di tanya macam-macam.

Sementara Dinda yang berada di kamar mandi segera membersihkan tubuhnya yang menurutnya sangat lengket .

Tak beberapa lama, Dinda pun sudah memakai pakaian tidur nya dan segera menatap tempat tidur dengan ragu, lalu menaiki tempat tidur tanpa melihat sekeliling karena badannya sudah sangat lelah. Pukul 23.00 Dinda pun sudah terlelap.

Jam menunjukkan pukul 01 .00 dini hari, Mobil yang di kendarai seluruh anggota keluarga, sudah masuk ke halaman rumah.

Devit sigap turun membukakan pintu untuk Tuanya, bersamaan dengan mobil yang lain juga pada turun .

"Kau pulang saja, tidak usah membantu ku," ucap Farel menyuruh Devit untuk pulang .

Devit pun pulang menaiki mobilnya, Farel pun berjalan menuju ke arah pintu bersama kedua orang tua dan kedua adiknya, ternyata di depan pintu Pa beni sudah menyambut bersama beberapa pelayan.

"Selamat datang Nyonya besar, Tuan besar, Tuan muda dan Nona-Nona," sambut beberapa pelayan sambil membungkukkan badannya, mempersilahkan semua untuk masuk . Pa Beni mengikuti Farel sampai depan kamarnya.

"Pa, buat detail rinci apa saja yang harus dia lakukan, dan apa saja yang tidak harus dia lakukan, buat serinci-rincinya, antarkan berkasnya besok pagi!" perintah Farel tanpa melihat ke arah Pa Beni .

"Baik, Tuan muda," jawab Pa Beni dengan patuh.Setel mengatakan itu Farel mengibaskan tangan nya agar Pa Beni pergi .

"Baik, kalo begitu saya istirahat dulu," Pamit Pa Beni berlalu pergi sambil membungkukkan badannya.

Farel membuka pintu kamarnya, terlihat seorang gadis terlelap di atas kamar tidurnya, Farel pun mendekati gadis tersebut, menggoyangkan tubuh gadis tersebut .

"Heh, Bangun! bangun! " ucap Farel dengan suara yang cukup keras, sambil menggoyangkan tubuh gadis itu. Dinda yang merasa tubuhnya terguncang keras langsung terjatuh.

Bruuuuuugh..

"Aaaaw, siiiiih!" pekik Dinda saat tubuh nya terjatuh di lantai.

"Bunda kenapa? membangunkan Aku dengan keras?" sambung nya dengan mata yang masih setengah mengantuk .

"Berani nya kau!" bentakFarel menatap tajam pada Dinda.

Dinda yang mendengar suara seorang pria, langsung membulatkan matanya sempurna, dan menoleh sumber suara tersebut, gadis itu membuka matanya lebar-lebar, rasa kantuknya hilang berubah menjadi rasa takut, lalu segera menunduk .

"Maaf Tuan, Saya tidak bermaksud," ucap Dinda masih menunduk sambil berusaha untuk bangun .

Dinda segera ingin membereskan ranjang, namun Farel melempar semua spre dan selimut yang tadi Dinda pakai .

"Ganti semua nya, Aku tidak suka tempat tidur yang sudah bekas orang lain!" titah nya menatap tajam pada Dinda .

Dinda pun segera mengganti spre, dan mengganti selimut, tanpa sedikitpun berbicara lagi, setelah beberapa saat Dinda pun sudah selesai, Dinda menghela napas lega karena sudah menyelesaikan tugasnya, namun Dinda di kaget saat mendengar suara .

"Siapkan air, untuk mandi, cepat ! " perintah Farel yang sedang menyenderkan dirinya di sofa.

"Baik, Tuan." Dinda pun segera menuju kamar mandi, melakukan tugasnya, setelah Dinda keluar kamar mandi Dinda pun membantu Farel melepaskan sepatunya, Farel pun melepaskan semua pakaiannya, setelah Dinda berbalik badan. namun hal yang tidak Dinda duga Farel melempar pakaiannya tepat di wajah Dinda, Dinda pun hanya mengelus dada untuk sabar .

Tak beberapa lama kemudian

Farel sudah menggunakan pakaian tidur nya segera menaiki tempat tidur.

Sementara Dinda masih berdiri mematung, bingung ingin tidur di mana? tidur di sofa, sofanya sangat kecil, hanya untuk duduk dua orang, jika untuk tidur pasti sempit .

"Kau mau berdiri terus di situ, tidur!" ucap Farel sambil melempar bantal, lalu berdiri mengambil selimut yang tadi Dinda pakai .

"Gunakan ini untuk tidur, tempat mu memang di sini," ucap Farel sambil meletakkan selimut di lantai .

"Terima kasih, Tuan" ucap Dinda sambil menunduk, berusaha untuk menahan kesedihannya.

Jam menunjukkan pukul 02. 00 dini hari, Dinda segera mematikan lampu dan menyalakan lampu tidur, lalu bergegas untuk tidur, berharap ini hanya mimpi buruk dan bangun seperti biasa nya.

Pagi menyapa matahari sudah memancarkan sinarnya jam sudah menunjukkan pukul 07 .00 pagi .

Farel terbangun saat ada suara ketukan pintu dan melihat seorang gadis masih terlelap di balik selimut.

"Dasar pemalas, jam segini masih tidur," gerutu nya sambil berjalan menuju ke arah pintu .

Farel segera membuka pintu, terlihat Pa Beni sudah berdiri di depan pintu .

"Maaf, Tuan muda, Saya hanya mengantar apa yang Tuan muda inginkan," ucap Pa Beni tak enak hati, sambil menyodorkan berkas yang di bawanya. Farel pun langsung mengambil berkas tersebut dan segera menutup pintu, tanpa sedikitpun berbicara.

Farel melihat Dinda dengan raut wajah kesal, lalu mengambil segelas air untuk minum dan mengambil lagi lalu berjalan mendekati Dinda dan tiba-tiba.

Byuuuur......

Farel menyiram Dinda, Dinda yang kaget karena wajahnya basah segera bangun .

"Maaf Tuan, Saya kesiangan," ucap Dinda saat sudah duduk .

Farel hanya diam menatap tajam Dinda, lalu melempar kan map ke wajah Dinda .

"Baca itu, dan pelajari baik-baik, tugas mu sudah di mulai hari ini!" ucap Farel lalu duduk di sofa, tanpa memperdulikan raut wajah bingung Dinda .

"Apa ini? apa kah surat perjanjian kontrak kaya di novel-novel?" tanya Dinda keceplosan sambil menutup mulutnya .

Farel yang mendengar ucapan Dinda menatap tajam gadis di hadapannya, dengan tak habis pikir gadis di hadapannya itu berani terus terang .

"Maaf saya salah bicara," ucap Dinda merasa hawa dingin di sekitarnya .

Dinda pun membuka berlembar-lembar berkas tersebut, berusaha untuk mencerna apa saja yang harus pelajari nya.

"Ternyata bukan perjanjian kontrak seperti di novel-novel, hanya tugas seperti pelayan, benar aku kan hanya pelayan," gumam Dinda di dalam hatinya sambil tersenyum getir.

Dinda segera bangkit saat hawa dingin mulai terasa, dan segera membereskan selimut nya meletakkan nya di tempat seharusnya dan segera bergegas ke kamar mandi untuk mandi .

Setelah beberapa saat kemudian Dinda lupa tidak membawa handuk membuat gadis itu ke kebingungan .

"Aduh, kenapa Aku lupa tidak membawa handuk? bagaimana ini? pasti dia marah," ucap Dinda sambil mondar-mandir.

"Kau mau membuat ku menunggu lama, haaah!" bentak Farel sambil menggedor-gedor pintu dengan marah .

Tak biasanya pria itu menunggu, justru dia malah yang di tunggu .

"Tuan, maaf, Saya tidak bisa keluar," ucap Dinda di balik pintu dengan menyumulkan kepalanya.

"Apa maksudnya?" tanya Farel sedikit aga khawatir .

"Tuan, mau kan menolong saya? please, jangan marah ya? tolong ambilkan saya handuk, saya lupa tidak membawa handuk," terang Dinda panjang lebar dengan penuh harap.

Farel yang kesal akhirnya mengambil kan handuk gadis tersebut .

"Terima kasih, Tuan," ucap Dinda saat sudah menerima handuknya .

Tak beberapa lama kemudian Dinda sudah keluar menggunakan handuk langsung segera berlari kecil menuju walk in closet .

Farel yang melihat gadis tersebut hendak marah, namun segera di urungkan, melihat Dinda seperti itu rasanya sangat lucu menurut nya, tiba tiba tanpa sadar tersenyum .

"Apa yang Aku lakukan? harus nya Aku marah kan? dengan gadis itu ,kenapa aku tersenyum?" gumamnya di dalam hati merasa heran dengan dirinya sendiri.

Dinda yang sudah memakai pakaian, segera keluar terlihat Farel sedang duduk menatap Layar ponselnya sambil menyilangkan sebelah kakinya .

Melihat Dinda keluar langsung menatap tajam gadis tersebut, Dinda yang merasa di tatap merasa takut .

"Maaf, Tuan, Saya tidak bermaksud," ucap Dinda dengan menunduk .

"Beraninya kau? membuat ku menunggu!" bentak Farel dengan nada meninggi .

Detik berikutnya, Dinda menoleh melihat sorot mata Farel menunjuk ke arah sebuah berkas yang tadi Dinda letakkan di meja .

"Apa Tuan? Saya tidak mengerti ? berkas, oh iya, sudah saya baca," Tanya Dinda melihat Farel dengan raut bingung. Farel terus menatap tajam Dinda membuat Dinda tersadar .

"Oh iya Tuan, saya ingat," ucap Dinda sambil berlari ke kamar mandi .

"Huuuuh, kenapa hanya menggunakan bahasa isyarat? apa tadi? untung aku segera mengingat nya," gerutu Dinda setelah sampai di dalam kamar mandi .

Tak lama kemudian Dinda di buat kaget saat tiba-tiba Farel sudah ada di belakangnya .

"Tuan, anda mengagetkan Saya," ucap Dinda sambil memegang dadanya dan bergegas keluar .

Dinda memegang dadanya merasa lega sudah keluar dari kamar mandi tersebut, namun baru beberapa langka sudah terdengar .

"Gadis kecil!" teriak Farel dari dalam kamar mandi .

"Apa? dia memanggil ku? kenapa panggilan nya aneh?" gumam Dinda segera masuk kembali .

"Tuan, memanggil Saya?" tanya Dinda setelah sudah sampai di dalam.

"Kau ingin membunuh ku ya!" bentak Farel dengan meninggi, sambil menunjuk air .

"Tidak Tuan, mana mungkin? Saya minta maaf Tuan, segini sudah cukup?" ucap Dinda sambil mengisi air lalu setelah itu segera keluar .

Dinda sudah keluar sambil menghela napas, melihat sekeliling ruangan yang baru Dinda sadari, pandangan nya tertuju pada sebuah foto yang ada di meja samping tempat tidur, Dinda perlahan mendekati foto tersebut, lalu melihatnya dengan jarak yang cukup dekat .

"Ka Clara? benar kah ini ka Clara? bukan nya ka Clara bilang tidak mengenalinya? tapi kenapa ini? bahkan mereka saling pelukan?" gumam Dinda di dalam hati nya terus mengamati Foto tersebut dengan wajah kebingungan.

Tiba-tiba suara pintu terbuka, membuat Dinda terlonjak kaget .

"Sedang apa kau?" ucap Farel yang keluar dari kamar mandi .

"Ti-tidak , Tuan, Saya tidak melakukan apa-apa, " jawab Dinda dengan terbata-bata.

"Jangan pernah, berani-beraninya, kau menyentuh barang-barang ku, jika tidak rasakan akibatnya!" ancam Farel menatap tajam Dinda .

"Ba-baik Tuan, Saya minta maaf," jawab Dinda sambil bergetar. Farel pun segera masuk untuk berganti pakaian .

Namun baru beberapa saat suara dari dalam terdengar, Dinda yang merasa di panggil langsung segera masuk .

"Apa ini ?" tanya Farel melempar pakaiannya tepat di wajah Dinda .

Dinda pun langsung mengambil pakaian tersebut .

"Ini pakaian Tuan, emang nya apa?" jawab Dinda dengan polos nya. Mendengar jawaban itu membuat Farel menatap tajam gadis di hadapannya itu .

"Kau ingin membuat ku malu? dengan menggunakan pakaian ini? membuat ku ditertawakan semua orang di perusahaan? haaaah!" ucap farel dengan meninggi. Membuat Dinda menghela nafas berusaha untuk tenang .

"Maaf Tuan, Saya tidak bermaksud, Saya pikir anda tidak bekerja, hari ini kan hari Minggu" jawab Dinda sambil menunduk .

"Beraninya kau mengatur ku? Kau pikir kau siapa? haaah!" tanya Farel dengan marah.

"Tidak Tuan, saya tidak berani," ucap Dinda sambil menggeleng dengan cepat karena merasa dirinya tidak aman.

gadis itu segera berjalan menuju ke arah lemari pakaian, mengambil pakaian untuk Farel, setelah adegan drama pakaian, Farel mengambil pakai nya dan segera memakainya.

Setelah itu Farel keluar dan melempar handuk tepat di wajah Dinda .

"Keringkan rambut ku!" ucap Farel sambil berjalan menuju sofa untuk duduk .

Dinda pun segera mengambil handuk tersebut, tanpa berbicara dan langsung mengeringkan rambut tuanya dengan halus, setelah itu menyisirnya .

Setelah selesai beberapa menit kemudian, Farel berdiri mengambil dasi memberikan nya pada Dinda, Dinda yang berdiri hanya bengong membuat Farel menoleh .

"Kenapa Hmmm?"tanya Farel dengan heran heran.

"Tuan, Saya tidak bisa, mana mungkin Saya memasang kan dasi kalo anda berdiri seperti itu," jelas Dinda panjang lebar sambil menunduk, takut-takut tuanya marah .

"Ha-Ha-Ha," Farel tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan gadis di hadapannya itu.

"Oya Aku baru sadar, ternyata kau sangat kecil," sambung nya dengan tatapan mengejek.

"Ternyata Tuan bisa tertawa juga," ucap Dinda keceplosan sambil menutup mulutnya .

Farel segera kembali berekspresi seperti biasanya lalu segera duduk tanpa sedikitpun merasa marah.

Dinda pun segera memasang kan dasi, dengan jantung yang berdetak kencang, karena posisinya sangat begitu dekat dengan wajah Farel.

Sementara Farel hanya bergeming tidak berbicara sama sekali , tiba-tiba karena grogi Dinda tak sengaja dasi yang licin membuat Farel menatap tajam pada Dinda .

"Kau, ingin membunuh ku ya!" bentak Farel yang merasa dasinya terlalu kencang mengikat leher nya .

"Tidak Tuan, Saya tidak sengaja," jawab Dinda sambil bergetar langsung menggeleng dengan cepat.

Setelah selesai Dinda segera mengambil sepatu dan segera memakai kanya, akhirnya tugas pun selesai setelah banyaknya drama. Setelah itu Dinda segera keluar mengikuti Farel dari belakang menuruni anak tangga. Dinda yang sudah sampai di bawah membulat kan matanya sempurna, saat melihat 3 orang wanita duduk di meja makan .

BERSAMBUNG

semoga suka maaf baru belajar nulis maklumi tulisan nya masih acak acakan

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!