Hukuman

"Ada apa?" tanya Citra melihat raut wajah Dinda yang terlihat panik .

"Daniel, Citra, Aku harus pulang," jawab Dinda menatap kedua sahabatnya dengan menutup kepanikan nya.

"Loh ko buru-buru amat, biasanya juga sampai malam?" tanya Daniel heran, biasanya mereka memang suka pulang malam sampai kedua orang tua Citra pulang .

"Aku, ada urusan penting, jadi Aku pulang dulu ya," jelas Dinda masih berusaha untuk tenang.

"Biar aku antar," tawar Daniel sambil beranjak dari duduknya.

"Tidak usah, Aku bisa naik taxi," tolak Dinda dengan halus.

"Biar Aku saja yang mengantarkan," timpal Citra ikut menawarkan diri.

"Tidak usah, mending cari kan taxi saja," jawab Dinda yang tidak ingin melibatkan keduanya .

Akhirnya Daniel pun mencarikan taxi untuk Dinda meskipun merasa heran dengan perubahan sahabatnya. Setelah saling mengucapkan sampai jumpa dan mengembalikan jaket Daniel dan meminjam seragam Citra yang lain, Dinda pun masuk dan segera menaiki taxi .

Sementara di sebuah halaman rumah, tampak seorang pemuda turun dari mobilnya, sang Asisten pun mengikuti dari belakang pria tersebut celingak-celinguk mencari seseorang, namun yang di cari tidak ada dan segera berjalan menuju pintu .

Sampailah di depan sebuah pintu Pa Beni menyambut di depan pintu.

"Di mana gadis itu?" tanya pemuda tersebut tanpa menatap Pa Beni, pemuda itu tidak lain adalah Farel.

"Nona Muda belum pulang Tuan," jawab Pa beni sambil menunduk .

Farel yang mendengar hal tersebut sedikit kesal dan segera masuk, bergegas menaiki anak tangga, di ikuti Pa Beni dari belakang sementara Devit masuk ke ruangan kerja Farel .

Setelah masuk kamar Pa Beni pun membantu Farel melepaskan sepatunya, dan menyiapkan air hangat untuk mandi, tugas yang biasa nya dia lakukan sebelum Farel menikah sekarang di gantikan oleh Dinda .

Sementara di sebuah Taxi, Dinda terus merasa tegang dan gugup, membayangkan entah apa yang akan terjadi? di rumah yang menurut nya seperti neraka itu, hingga sampailah Taxi tepat di depan gerbang rumah tersebut.

Dinda segera turun dan membayar taxi tersebut, dan segera memencet bel rumah nya, tak lama satpam membuka kan gerbang tersebut.

Dinda pun masuk dengan tergesa-gesa , menuju rumah tersebut dan segera ingin mengetuk pintu namun Pa Beni lebih dulu membuka pintu tersebut .

"Nona Muda, Tuan Muda, sudah pulang," ucap Pa Beni dengan wajah khawatir .

"Iya Pa Beni, sekarang dia di mana?" tanya nya dengan wajah tegang .

"Ada di kamarnya, Ayo, Nona biar Saya antar," ucap Pa Beni mempersilahkan Dinda untuk masuk .

Pa Beni pun mengantarkan Dinda hanya sampai tangga saja, lalu segera bergegas ke dapur, Dinda pun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Pa Beni .

Lalu segera menaiki anak tangga dengan terburu-buru, sampai lah di atas, Dinda di kaget kan dengan Devit yang sudah berdiri dari atas tangga .

"Asisten Devit, anda mengagetkan Saya saja, kalau jantung saya copot bagaimana?" ucap Dinda sambil memegang dadanya .

"Nona, Anda telah melakukan kesalahan," ucap Devit menatap tajam gadis di hadapannya, tanpa memperdulikan perkataan nya.

"Asisten Devit, tolong Saya, anda orang baik, bantu Saya ya. Pleees," ucap Dinda memegang tangan Devit, membuat Devit heran, biasanya orang lain pasti akan takut dengan sorot mata nya tapi, gadis di hadapannya justru malah meminta tolong .

"Nona, ini kesalahan Anda, mari saya antar," jawab Devit sambil menarik Dinda untuk masuk, Devit pun membuka kan pintu dan menyuruh Dinda masuk. Dinda pun mau tak mau masuk, meskipun hatinya terus saja mengumpat dengan kesal Asisten Devit.

"Semoga Nona Muda bisa meredakan amarah Tuan Muda," gumam Devit setelah menutup pintu .

Dinda pun berdiri tepat di depan pintu, melihat seorang pemuda sedang fokus dengan laptopnya. Farel yang melihat keberadaan Dinda pun menoleh ke arah gadis tersebut dan segera berdiri menghampiri gadis tersebut .

"Selamat sore Tuan," Sapa Dinda berusaha menyapa meski sudah bergetar .

"Sore kau bilang? lihat itu," ucap Farel menunjuk ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan jam 06.00. berarti pertanda sudah malam .

"Maaf Tuan," jawab Dinda sambil menunduk merutuki kebodohan nya sendiri.

"Baru hari pertama, Aku mengijinkan mu untuk sekolah, kau sudah berani melanggar semua nya, bagaimana kedepannya ? kau pikir, Aku akan membiarkan mu bebas, haaah!" ucap Farel dengan nada meninggi .

Dinda pun hanya menunduk, keringat dingin mulai membasahi wajahnya, tiba-tiba Dinda langsung berlutut tanpa Farel duga.

"Tuan, Saya mohon, tetap izinkan Saya untuk sekolah, sekolah adalah impian Saya sejak dulu. Tuan boleh menghukum Saya apa saja, asal Tuan tetap mengijinkan Saya untuk tetap sekolah, Saya mohon Tuan berbelas kasih lah, saya janji jika Tuan tetap mengijinkan Saya untuk sekolah, saya akan pulang tepat waktu dan Saya akan merasa berterima kasih pada tuan," celoteh Dinda panjang lebar sambil menangis .

Entah mengapa gadis tersebut melakukan hal itu? mungkin karena merasa hidup nya hanya bergantung pada pemuda tersebut .

Farel menatap wajah gadis tersebut, melihat gadis tersebut hati nya entah mengapa tiba-tiba merasa ikut sedih .

"Kenapa? melihat dia menangis membuat dada ku sesak ya?" gumam Farel di dalam hatinya .

Farel berjalan menuju ke arah sofa dan duduk, tanpa memperdulikan Dinda yang masih memohon .

"Baiklah, kali ini Aku memberi mu kesempatan, tapi jika kau melakukan kesalahan, Aku tidak akan mengijinkan mu untuk sekolah lagi," putus Farel pada akhirnya setelah beberapa saat berpikir karena merasa sangat begitu kasihan.

"Terimakasih-terimakasih Tuan," ucap Dinda masih tetap pada posisinya gadis itu merasa sangat begitu senang.

"Sebagai gantinya kau pijat Aku," ucap Farel sambil tersenyum tipis .

Dinda pun segera bangun dari tempat tersebut dan segera bergegas memijit punggung Farel tanpa banyak bicara .

Setelah hampir dua jam Dinda masih setia memijit punggung Farel, sebenarnya kaki nya sudah pegal, tentu saja pegal karena Dinda memijit sambil berdiri dengan posisi Farel duduk di sofa.

TOK-TOK-TOK..

Suara pintu di ketuk, membuat Farel menyuruh orang tersebut untuk masuk, setelah mendengar sahutan dari dalam orang tersebut membuka pintu .

Tampak lah Pa Beni berdiri tegap berjalan mendekati kedua nya .

"Tuan muda, Tuan Besar sudah pulang dan seluruh anggota keluarga sudah bersiap untuk makan malam, apa Tuan Muda ingin makan malam bersama atau saya antar kan?" jelas Pa Beni panjang lebar sambil menunduk .

"Sebentar lagi aku turun!" jawab Farel dengan datar masih fokus dengan laptopnya .

Pa Beni pun mengangguk mengerti dan segera membungkukkan badan untuk keluar, sambil sedikit tersenyum melihat Dinda memijit Tuan Mudanya .

"Lanjut, kenapa berhenti?" ucap Farel saat merasa tangan Dinda tidak bergerak .

"Tuan, Saya lapar, bisakah sedikit saja saya makan?" ucap Dinda dengan lesu .

"Lanjut dulu atau kau..." ucap Farel sambil tersenyum seringai.

"Tidak, tidak, Tuan, Saya akan melanjutkan," jawab Dinda dengan cepat karena merasa takut .

Dinda pun kembali memijit dengan lemas, karena memang sebenarnya kaki nya sudah sangat pegal .

Bruuuuuugh

Dinda terjatuh, karena Farel berdiri mendadak, pemuda itu berjalan meletakkan laptop nya tanpa melihat ke arah Dinda .

"Tuan, kenapa Anda berdiri mendadak?" tanya Dinda sambil memegangi pantatnya yang sakit .

"Dasar lemah, baru segitu saja sudah jatuh," sindir Farel dengan mengejek tanpa memperdulikan Dinda yang kesakitan.

Farel hendak membuka pintu, namun langkah nya terhenti saat melihat Dinda masih duduk di bawah .

"Kau bilang kau lapar? apa kau akan tetap duduk terus di situ?" Tanya Farel menoleh ke arah Dinda dengan heran, membuat Dinda segera berdiri .

"Tuan, Saya belum mandi," celetuk Dinda tiba-tiba sambil memegang pantatnya .

"Ck.. Kau jorok sekali," decak Faarel menatap tajam gadis di hadapannya .

Dinda pun segera memasuki kamar mandi, setelah Farel menyuruh nya untuk mandi dan Farel pun duduk kembali .

Tak lama kemudian

Devit masuk menghampiri Farel, Farel pun mempersilahkan Devit untuk duduk di samping nya, dan mulai membahas tentang pekerjaan, sambil Devit menengok kesana-kemari merasa heran .

Tak beberapa lama kemudian

Dinda yang sudah mandi tiba-tiba teringat kalo dirinya lupa membawa handuk kebiasaan yang membuat dirinya kesusahan dibuat nya.

"Aduh, kenapa Aku harus lupa lagi sih? semoga Tuan galak itu sudah keluar," gumam Dinda di dalam hatinya sambil mondar-mandir.

Dinda segera membuka pintu, menyumulkan kepalanya untuk mengintip, Dinda melihat kedua orang sedang duduk di sofa merasa kaget .

"Bagaimana ini?" gumam nya sambil mondar mandir dengan panik.

Akhirnya dengan terpaksa, Dinda menyumulkan kepalanya lagi, melihat kedua nya masih di sana akhirnya dengan keberanian nya Dinda berusaha untuk memanggil salah satu di antara kedua nya .

"Tuan Farel, Asisten Devit, maaf, bisakah kalian keluar? atau membantu saya?" teriak nya membuat keduanya kaget .

"Apa yang kau lakukan?" tanya Farel sambil berdiri dan mendekati Dinda .

Devit pun juga ikut berdiri, Dinda yang melihat Farel mendekat ke arah nya pun panik .

"Tuan, jangan mendekat, Saya tidak pakai baju, bisakah? Anda mengambilkan handuk, atau tuan keluar sebentar?" jelas Dinda sambil menahan pintu.

Farel yang merasa kesal, akhirnya menyuruh Devit untuk keluar. Devit pun keluar dan setelah menutup pintu Devit pun geleng-geleng kepala merasa lucu menurut nya .

"Tak kusangka? kenapa Aku bisa tersenyum begini ya? melihat tingkah Nona Muda. semoga nona muda bisa meluluhkan hati Tuan Muda yang sudah lama mati," gumam Devit di balik pintu sambil tersenyum tipis.

Sementara Farel segera memberikan handuk pada Dinda, Dinda pun mengucapkan terima kasih .

Setelah beberapa saat kemudian, Dinda yang sudah menggunakan handuk pun keluar Dinda kaget saat melihat Farel masih berdiri di depan pintu .

"Tu-tuan, masih ada di sini?" tanya nya dengan terbata-bata .

"Dasar ceroboh, berani nya membuat ku menunggu!" hardiknya menatap tajam gadis di hadapannya .

"Maaf, Tuan Saya tidak bermaksud, kalo begitu Saya ganti baju dulu," jawab Dinda sambil menunduk.

Setelah itu Dinda pun segera berlari kecil, namun Karena rambutnya yang basah tiba-tiba hampir kepleset, Farel yang melihat Dinda hampir jatuh langsung berlari menangkap gadis tersebut, posisi Farel memegang pinggang Dinda, Dinda pun membulat kan matanya sempurna, mata mereka saling bertatapan. jantung nya mulai berdetak kencang ini kali pertamanya mereka berdua saling menatap lebih dekat .

Dinda yang tersadar langsung berusaha untuk berdiri berusaha untuk mengontrol jantung nya yang hendak keluar dari tempatnya.

"Terima kasih tuan," ucap Dinda melepaskan tangan Farel dari pinggang nya, dan langsung segera masuk ke ruangan walk in closet . Membuat Farel yang tadi bengong pun tersadar .

"Ada apa ini? kenapa saat menatap matanya membuat ku tak berdaya, dan bahkan jantung ku kenapa?" gumam Farel sambil memegang dadanya merasa heran sendiri.

Sementara di dalam Dinda terus menghela nafas panjang .

"Dinda- Dinda, tenangkan diri mu," ucap nya mencoba menenangkan dirinya, sambil memakai pakaian dan segera menyisir rambut nya, membiarkan rambutnya yang basah, setelah itu segera keluar .

Farel yang melihat Dinda keluar pun segera membuka pintu untuk keluar, tanpa ingin berbicara sepatah kata pun, Dinda pun langsung mengikuti Farel dari belakang, hingga mereka berdua pun sudah sampai di depan meja makan, semuanya ternyata masih menunggu keduanya, Devit pun rupanya ada di sana ikut makan bersama. Pa Beni pun sigap menarik kursi untuk Farel duduk .

"Malam Farel," sapa Tuan Besar sambil tersenyum tipis menatap putranya itu.

"Malam Pah," jawab Farel singkat.

Mendengar sapaannya di jawab putranya, membuat Fikram merasa senang, ternyata putranya tidak lagi marah padanya, dan sambil tersenyum melihat ke arah Dinda, apa lagi melihat rambut Dinda yang basah.

Sementara Nyonya Besar, menatap Dinda dengan kesal, apa lagi hari ini Dinda pulang sore, jadi tidak ada orang yang dia bebas suruh-suruh.

Namun rasa kesalnya berganti menjadi heran saat melihat rambut Dinda yang basah, begitu juga dengan kedua adik Farel yang terus melihat Dinda dengan tatapan aneh .

"Mereka kenapa? melihat ku begitu? apa ada yang aneh dengan ku?" gumam Dinda di dalam hatinya merasa risih dengan tatapan semuanya.

Mereka pun makan tanpa banyak bicara, hanya suara sendok yang terdengar, mereka tenggelam dalam pikirannya masing-masing, hingga makan malam pun selesai. Devit pun pamit untuk pulang, sementara Dinda mengikuti Farel, kembali ke kamar mereka, begitu juga dengan mereka tanpa berbicara sepatah kata pun .

Hingga tiba lah Dinda dan Farel di kamar Dinda segera berganti pakaian, lalu menyiapkan pakaian tidur untuk Farel setelah itu Farel sudah memakai pakaian tidur nya, Dinda yang hendak bersiap untuk tidur namun harus kecewa.

"Mau apa kau?" suara Farel membuat Aktifitas Dinda terhenti.

"Tidur tuan," jawab Dinda sambil menunduk.

"Siapa yang mengizinkan mu untuk tidur? pijit kaki ku!" ucap Farel sambil menunjuk kakinya yang di letakkan di atas meja .

Dinda pun menghela nafas panjang dan segera bergegas menuju ke arah Farel, Dinda pun memijit kaki Farel sambil berdiri hingga menjelang malam, namun pria tersebut tak kunjung juga mengantuk, Dinda berulang kali menguap namun pria tersebut masih tetap tak peduli .

Jam menunjukkan pukul sebelas malam

Akhirnya pria tersebut mengizinkan Dinda untuk istirahat, Dinda pun berulang kali mengucapkan terima kasih dan segera berlari ke kamar mandi untuk sikat gigi, bersiap untuk tidur dan segera mematikan lampu ketika Farel sudah naik ke tempat tidur, lalu segera tidur di tempat tidur yang sudah dia siapkan yaitu di atas lantai yang hanya di alasi sprei, tak lama keduanya sudah terlelap .

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Muly Yanti

Muly Yanti

masak bisa orang tua dan adek"takut.. semacammana hebatnya anak.. pasti menghormati orang tua..

2022-10-08

1

🤗🤗

🤗🤗

nah kan

2022-09-14

0

🤗🤗

🤗🤗

jangan bilang kau udah mulai peduli

2022-09-14

0

lihat semua
Episodes
1 Perjanjian
2 Pengantin Pengganti
3 Tugas Di Hari Pertama
4 Di Jadikan Pelayan
5 Ternyata Tidak Seperti Yang Di Pikir Kan
6 Kembali Sekolah
7 Lupa Waktu
8 Hukuman
9 Membuat Bekal Untuk Tuan Galak
10 Selalu Di Salahkan
11 Lupa Mengerjakan Tugas
12 Jelek Dan Kampungan
13 Berubah Menjadi Cantik
14 Acara Kolega Bisnis
15 Tidak Bisa Berkutik
16 Pertengkaran Keluarga Argadinata
17 Sikap Tegas Juan
18 Keberanian Dinda
19 Ternyata Hanya Mimpi
20 Kemarahan Clara
21 Kenapa Naik Angkot?
22 Penyesalan Clara
23 Wanita Tak Tahu Malu
24 Menantu Yang Tak Di Anggap
25 Semuanya Sama Saja, Matre
26 Habis Jatuh Tertimpa Tangga Pula
27 Kekepoan Dua Sahabat
28 Demam
29 Kembali Sekolah
30 Amanda Meminta Maaf
31 Kartu Tanpa Batas
32 Sisi Lain Fikram
33 Sikap Aneh Tuan Galak
34 Obsesi Clara
35 Amanda Yang Selalu Membela
36 Napas Buatan Dan Ciuman Itu Beda
37 Pernyataan Cinta Juan
38 Rencana Licik Stella Dan Clara
39 Kemarahan Devit Dan Farel
40 Bunga Mawar Putih
41 Terlalu Berharap Lebih
42 Masa Lalu Farel
43 episode 43
44 episode 44
45 episode 45
46 episode 46
47 episode 47
48 episode 48
49 episode 49
50 episode 50
51 episode 51
52 episode 52
53 episode 53
54 episode 54
55 episode 55
56 episode 56
57 episode 57
58 episode 58
59 episode 59
60 episode 60
61 episode 61
62 episode 62
63 episode 63
64 episode 64
65 episode 65
66 episode 66
67 episode 67
68 episode 68
69 episode 69
70 episode 70
71 episode 71
72 episode 72
73 episode 73
74 episode 74
75 episode 75
76 episode 76
77 episode 77
78 episode 78
79 episode 79
80 episode 80
81 episode 81
82 episode 82
83 episode 83
84 episode 84
85 episode 85
86 episode 86
87 episode 87
88 episode 88
89 episode 89
90 episode 90
91 episode 91
92 episode 92
93 episode 93
94 episode 94
95 episode 95
96 episode 96 Visual author
97 episode 97
98 episode 98
99 episode 99
100 episode 100
101 episode 101
102 episode 102
103 episode 103
104 episode 104
105 episode 105
106 episode 106
107 episode 107
108 episode 108
109 episode 109
110 episode 110
111 episode 111
112 episode 112
113 episode 113
114 episode 114
115 episode 115
116 episode 116
117 episode 117
118 episode 118
119 episode 119
120 episode 120
121 episode 121
122 episode 122 21+
123 episode 123
124 episode 124
125 episode 125
126 episode 126
127 episode 127
128 episode 128
129 episode 129
130 episode 130
131 episode 131
132 episode 132
133 episode 133
134 episode 134
135 Tingkah aneh Dinda
136 Cerita Farel
137 Sisi lain Dinda
138 Kejadian tak terduga
139 Pulang ke Indonesia
140 Kedatangan tamu
141 Kecemburuan yang berujung malu
142 Rasa iri itu pasti ada
143 Kejutan untuk Bunda
144 Perasaan dokter Aldo
145 Sarapan pagi yang memalukan
146 Perdebatan Dinda Vs Devit
147 Perdebatan dokter kandungan vs Farel
148 Triple Date
149 Triple Date Konyol
150 Akhir dari persahabatan
151 Kegalauan Dinda
152 Menjelang Hari kelahiran
153 Persatuan Keluarga
154 Konferensi Pers
155 Gara-gara Perawan atau Janda
156 Tragedi Yang berujung kencan
157 Kisah Masa Lalu Devit
158 Extra Part Anjani Devit
159 Anjani Vs Stella
160 Kejujuran Yang Selama Ini Di Pendam
161 Izin Yang Tertunda
162 Kekhawatiran Farel
163 Menjadi Pengasuh
164 Penderitaan Kedua Ayah
165 Ayah Siaga
166 Kejadian Tak Terduga
167 Kesedihan Farel
168 Keajaiban
169 Birthday Darel
170 Lamaran Tak Terduga
171 Gara-gara Hujan
172 Pernikahan Kedua Mempelai (Happy Ending)
173 Terimakasih Author
Episodes

Updated 173 Episodes

1
Perjanjian
2
Pengantin Pengganti
3
Tugas Di Hari Pertama
4
Di Jadikan Pelayan
5
Ternyata Tidak Seperti Yang Di Pikir Kan
6
Kembali Sekolah
7
Lupa Waktu
8
Hukuman
9
Membuat Bekal Untuk Tuan Galak
10
Selalu Di Salahkan
11
Lupa Mengerjakan Tugas
12
Jelek Dan Kampungan
13
Berubah Menjadi Cantik
14
Acara Kolega Bisnis
15
Tidak Bisa Berkutik
16
Pertengkaran Keluarga Argadinata
17
Sikap Tegas Juan
18
Keberanian Dinda
19
Ternyata Hanya Mimpi
20
Kemarahan Clara
21
Kenapa Naik Angkot?
22
Penyesalan Clara
23
Wanita Tak Tahu Malu
24
Menantu Yang Tak Di Anggap
25
Semuanya Sama Saja, Matre
26
Habis Jatuh Tertimpa Tangga Pula
27
Kekepoan Dua Sahabat
28
Demam
29
Kembali Sekolah
30
Amanda Meminta Maaf
31
Kartu Tanpa Batas
32
Sisi Lain Fikram
33
Sikap Aneh Tuan Galak
34
Obsesi Clara
35
Amanda Yang Selalu Membela
36
Napas Buatan Dan Ciuman Itu Beda
37
Pernyataan Cinta Juan
38
Rencana Licik Stella Dan Clara
39
Kemarahan Devit Dan Farel
40
Bunga Mawar Putih
41
Terlalu Berharap Lebih
42
Masa Lalu Farel
43
episode 43
44
episode 44
45
episode 45
46
episode 46
47
episode 47
48
episode 48
49
episode 49
50
episode 50
51
episode 51
52
episode 52
53
episode 53
54
episode 54
55
episode 55
56
episode 56
57
episode 57
58
episode 58
59
episode 59
60
episode 60
61
episode 61
62
episode 62
63
episode 63
64
episode 64
65
episode 65
66
episode 66
67
episode 67
68
episode 68
69
episode 69
70
episode 70
71
episode 71
72
episode 72
73
episode 73
74
episode 74
75
episode 75
76
episode 76
77
episode 77
78
episode 78
79
episode 79
80
episode 80
81
episode 81
82
episode 82
83
episode 83
84
episode 84
85
episode 85
86
episode 86
87
episode 87
88
episode 88
89
episode 89
90
episode 90
91
episode 91
92
episode 92
93
episode 93
94
episode 94
95
episode 95
96
episode 96 Visual author
97
episode 97
98
episode 98
99
episode 99
100
episode 100
101
episode 101
102
episode 102
103
episode 103
104
episode 104
105
episode 105
106
episode 106
107
episode 107
108
episode 108
109
episode 109
110
episode 110
111
episode 111
112
episode 112
113
episode 113
114
episode 114
115
episode 115
116
episode 116
117
episode 117
118
episode 118
119
episode 119
120
episode 120
121
episode 121
122
episode 122 21+
123
episode 123
124
episode 124
125
episode 125
126
episode 126
127
episode 127
128
episode 128
129
episode 129
130
episode 130
131
episode 131
132
episode 132
133
episode 133
134
episode 134
135
Tingkah aneh Dinda
136
Cerita Farel
137
Sisi lain Dinda
138
Kejadian tak terduga
139
Pulang ke Indonesia
140
Kedatangan tamu
141
Kecemburuan yang berujung malu
142
Rasa iri itu pasti ada
143
Kejutan untuk Bunda
144
Perasaan dokter Aldo
145
Sarapan pagi yang memalukan
146
Perdebatan Dinda Vs Devit
147
Perdebatan dokter kandungan vs Farel
148
Triple Date
149
Triple Date Konyol
150
Akhir dari persahabatan
151
Kegalauan Dinda
152
Menjelang Hari kelahiran
153
Persatuan Keluarga
154
Konferensi Pers
155
Gara-gara Perawan atau Janda
156
Tragedi Yang berujung kencan
157
Kisah Masa Lalu Devit
158
Extra Part Anjani Devit
159
Anjani Vs Stella
160
Kejujuran Yang Selama Ini Di Pendam
161
Izin Yang Tertunda
162
Kekhawatiran Farel
163
Menjadi Pengasuh
164
Penderitaan Kedua Ayah
165
Ayah Siaga
166
Kejadian Tak Terduga
167
Kesedihan Farel
168
Keajaiban
169
Birthday Darel
170
Lamaran Tak Terduga
171
Gara-gara Hujan
172
Pernikahan Kedua Mempelai (Happy Ending)
173
Terimakasih Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!