Di Jadikan Pelayan

Farel berjalan menuju meja makan, di mana semua orang sudah menunggu nya, sementara Dinda mengikuti nya dari belakang dengan sedikit takut, ketika ketiga wanita menatap nya dengan tajam, akhirnya Dinda pun menundukkan kepalanya sambil mengikuti Farel .

Sampai lah tepat di meja makan, Pa Beni sigap menarik kursi untuk Farel duduk, membuat Farel langsung duduk.

"Hari Minggu tetap bekerja? bukan nya biasanya kamu libur?" tanya nyonya besar pada putranya .

"Aku sibuk Mah, banyak kerjaan yang harus aku urus," jawab Farel tanpa melihat nyonya besar .

Sementara papa nya hanya diam tidak ingin bicara, karena dia tahu putranya masih marah padanya, Dinda hanya berdiri mematung di belakang Farel, sambil menunduk, keringat dingin mulai membasahi wajahnya. Farel yang baru menyadari gadis tersebut akhirnya mengisyaratkan adiknya untuk geser namun adiknya juga tak kunjung mengerti .

"Geser Stella," ucap Fikram menatap putri bungsunya karena tahu maksud putranya itu.

"Aku? kenapa Aku harus geser?" tanya Stella yang tidak mengerti .

Fikram pun menatap putri nya dengan tajam, akhirnya mau tak mau Stella pun geser dengan bersungut-sungut .

Dinda hendak melangkah kan kakinya karena merasa tidak di inginkan namun tiba-tiba .

"Kau mau kemana? duduk !" panggil Fikram menyuruh Dinda untuk duduk.

Dinda, pun mau tak mau akhir duduk, dengan berhadapan posisi dengan ibu mertua nya, yang menatap nya dengan tajam. Sementara Farel hanya bergeming. Dinda pun duduk dan mengambil makanan tanpa memperdulikan sorot mata tajam ketiga wanita di meja makan. semua orang pun hening tanpa ada yang bersuara, Dinda pun makan meski ada rasa tidak nyaman saat makan, karena hawa dingin terus mencengkam .

Dinda yang merasa tidak nyaman dan gemetar saat makan, tiba-tiba tanpa sengaja tersedak. Farel yang merasa terganggu tanpa berfikir langsung mengambil air dan menyerahkan pada Dinda, Dinda pun langsung meminumnya .

"Terima kasih," ucap Dinda setelah meminum minuman nya .

Farel hanya diam tanpa kata, sementara semuanya menatap Dinda dengan heran, karena tahu kalau Farel adalah tipikal pria yang cuek.

"Farel peduli pada gadis itu? tidak mungkin?" gumam nyonya besar dalam hati merasa tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.

Tentu saja selama ini, putranya selalu dingin pada wanita selain keluarga nya. Farel tidak pernah peduli pada wanita mana pun .

Setelah selesai makan, Farel pun berdiri, Dinda pun ikut berdiri, lalu berpamitan kepada Mamanya dan kedua Adiknya

tanpa memperdulikan Papa nya, Dinda pun mengikuti Farel hingga ke depan rumah.

"Tuan, Saya boleh melanjutkan sekolah Saya?" tanya Dinda memberanikan diri untuk bertanya .

"Terserah, Aku tidak peduli!" jawab Farel sambil berjalan, menuju ke arah mobil nya membuat Dinda hanya diam mengikuti saja.

Sampailah tepat di depan mobil, Sang Asisten rupanya sudah menunggu nya, segera membukakan pintu untuk tuanya .

"Tuan, apakah Saya boleh pulang? mengambil pakaian sekolah saya?" tanya Dinda lagi karena merasa perlu izin dari pria tersebut.

Farel tak sedikit pun menjawab pertanyaan Dinda langsung masuk begitu saja .

Devit yang mengetahui Tuannya tidak ingin bicara akhirnya angkat bicara dan mendekat ke arah Dinda.

"Nona, perkenalkan nama Saya Devit, Saya Asisten pribadi Tuan muda, Nona bisa menghubungi Saya di sini, dan menanyakan apa saja yang Nona butuhkan" ucap Devit sambil memberikan kartu nama .

"Terima kasih," ucap Dinda sambil tersenyum .

Devit pun langsung masuk ke dalam mobil tanpa, memperdulikan Dinda yang hendak bertanya lagi, dan segera melajukan mobilnya keluar dari halaman rumah tersebut .

"Yah, ko pergi sih? baru Aku ingin bertanya, ya sudah lah tidak masalah," ucap Dinda dengan wajah kecewa, sambil menaruh kartu nama yang di berikan Devit kedalam sakunya. Setelah itu segera masuk, namun tiba-tiba di kaget kan dengan dua orang wanita, berdiri tepat di depan pintu .

Dinda yang melihat kedua wanita tersebut berusaha biasa saja, meski nyalinya suda menciut .

"Hay, Mba-Mba cantik, mau kemana ?" sapa Dinda berusaha tersenyum membuat keduanya saling pandang .

"Dasar kampungan, kau pikir kami Mba mu apa!" ketus keduanya dengan melipat tangan di dada .

"Jangan mentang-mentang kau sudah menikah dengan ka Farel, kau bisa seenaknya tinggal di sini. Ingat kau pengganti, jika kakak mu Sudah kembali, mungkin kau akan di tendang dari sisi kakak," ucap keduanya Sambil menatap tajam Dinda dengan menekankan kata Pengganti.

"Emang kalian tahu? hubungan Tuan Farel dan kakak Saya?" tanya Dinda dengan penasaran .

"Kalian berdua rupanya di sini?" ucap Fikram yang tiba-tiba datang dan segera menghampiri kedua nya .

"Eh Papa, mau kemana ?" tanya mereka berdua bersamaan .

Sementara Dinda masih berdiri mematung mencoba memahami siapa mereka .

"Keluar kota, ada pekerjaan di sana," jawab Fikram pada kedua putri nya .

"Oh, ko mendadak sih?" tanya Amanda anak kedua .

"Iya, masalah kantor cabang. Amanda, Papa harap selama Papa di luar kota, kau bekerja dengan baik," jelas Fikram panjang lebar sambil menatap putri nya penuh harap.

Amanda yang ditatap hanya mengangguk dengan malas, lagi-lagi Papanya selalu memaksa kan kehendak nya, untuk belajar tentang perusahaan, Amanda yan merasa terus di tekan terkadang merasa jengkel dengan Papa nya .

Amanda adalah anak kedua usia nya 22 tahun, meskipun usianya sudah dewasa namun terkadang sikap nya sangat manja dan keras kepala, apa lagi saat bekerja di perusahaan, Papa nya selalu saja merasa kerepotan di perusahaan karena, Farel yang tidak ingin meneruskan bisnis Papa nya dan memilih membangun perusahaan nya sendiri .

Sementara Stella anak ketiga atau putri bungsu usia nya 20 tahun, Sekarang masih kuliah namun sifatnya condong arogan dan ketus tapi sama-sama memiliki sifat keras kepala.

"Ingat, jangan males malesan," ucap Fikram lagi pada Amanda .

"Iya, putri cantik mu ini tidak akan males," jawab Amanda sambil memeluk Papa nya .

Sementara SteIla dan Mama nya hanya melihat nya dengan malas karena menurutnya sikap putri nya sangat berlebihan .

Dinda pun segera masuk untuk permisi, tidak ingin berlama-lama dengan suasana yang menurut nya sangat begitu hangat.

"Melihat tadi, aku jadi merindukan Ayah," gumam Dinda di dalam hatinya .

Setelah beberapa saat kemudian .

Dinda yang hendak naik ke atas langkah nya terhenti .

"Mau kemana kau?" panggil tiga wanita tersebut membuat Dinda mengurungkan niatnya untuk menaiki tangga.

"Saya mau ke atas," jawab Dinda sambil mengentikan langkah nya .

"Enak saja, mau ke atas, kerjakan semua pekerjaan, kau itu tinggal di sini tidak gratis, jangan mentang-mentang kau sudah menikah dengan putra ku. kau bisa seenaknya santai ya!" ucap ibu mertua nya dengan meninggi .

"Iya, dan gara-gara kamu aku harus geser," timpal Stella menambahi, karena masih kesal saat di suruh geser .

Ketiga wanita tersebut menyuruh Dinda mengerjakan semua pekerjaan dan menyuruh pelayan yang lain tidak usah membantu, dari mengepel, nyapu, nyuci piring, dan segala nya, sementara para pelayan hanya boleh melihat nya saja .

Pa Beni yang merupakan kepala pelayan, sebenarnya merasa kasihan, namun dia tidak berani berkata apapun karena dia tau istri Tuan muda nya memang tidak di inginkan .

Dinda pun mengerjakan semuanya dengan ikhlas, tanpa sepatah kata pun berbicara, mungkin ini yang harus di terima demi agar bundanya hidup dengan tenang .

Siang menyapa, Dinda yang sudah selesai mengerjakan semua pekerjaan namun tiba-tiba di kejutkan dengan suara ketiga orang yang menyuruh nya.

"Pijit kami, ayo!" ucap tiga perempuan tersebut membuat Dinda hanya menghela nafas panjang berusaha untuk sabar, Dinda pun akhirnya memijit meski dengan rasa lelah.

"Pelan sekali, ngga ada tenaga ya!" bentak Stella yang sudah di pijit hampir dua jam, namun tak kunjung selesai .

Belum juga kedua nya, setelah memijat semua nya, Dinda pun membereskan meja yang tercecer banyak sampah, hari ini adalah hari pertama dan hari paling buruk yang pernah Dinda alami .

Namun sekuat hati Dinda berusaha kuat, bahkan air mata pun tak lagi menetes, mungkin karena sudah kebal dengan hinaan selama di sekolah, ya Dinda selalu mendapat hinaan dengan penampilan yang menurut orang kampungan, apa lagi di sekolah nya hanya Dinda yang sering naik angkot .

Sore menyapa Dinda yang merasa badannya remuk dan lelah, bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya .

Setelah beberapa saat kemudian Dinda segera memakai pakaian nya dan segera mengeringkan rambut nya, namun tiba-tiba pintu di ketuk .

tok tok tok.....

Dinda pun segera membuka pintu meskipun dengan heran dan penasaran.

"Nona, Muda, Tuan Muda, sudah ada di pintu utama," ucap Pa Beni yang sudah berdiri di depan pintu.

Dinda pun segera berlari mengikuti Pa Beni tanpa memperdulikan penampilan nya .

"Selamat datang, Tuan Muda," sapa Dinda yang sudah berada di depan pintu mobil, dan segera mengambil tas yang di bawa Devit .

"Apa ini? penampilan mu sungguh sangat jelek!" ucap Farel sambil berjalan .

"Tadi, Saya baru mandi, Tuan," jelas Dinda sambil mengikuti

Farel.

Farel pun berjalan dengan di ikuti Dinda dan Devit di belakang nya dan Pa Beni juga mengikuti di belakang .

"Devit, kau pulang saja, tidak usah mengikuti ku," Perintah Farel yang hendak menaiki anak tangga .

"Baik Tuan, Nona, kalo begitu Saya permisi." Devit pun pulang setelah membungkukkan badan nya, hanya Dinda yang mengangguk, setelah itu Pa Beni pun undur diri untuk ke dapur .

Mereka berdua pun menaiki anak tangga, Farel membuka pintu kamarnya di ikuti oleh Dinda .

"Apa ini? berani nya kau!" ucap Farel menatap tajam pada Dinda saat melihat handuk yang tergeletak di kasur dengan sembarangan.

"Maaf, Tuan, tadi Saya habis mandi," jelas Dinda sambil mengambil handuk yang tergeletak di kasur, dan segera meletakkan ketempat nya, setelah itu Farel hanya diam, lalu duduk di sofa .

Dinda pun segera membuka sepatu Farel, dan membantu membuka jas tersebut, lalu menyiapkan air untuk mandi. Farel pun segera masuk kedalam kamar mandi setelah air sudah siap .

Dinda pun menghela nafas, ketika Farel hanya diam, baginya melihat dia diam lebih baik, dari pada berbicara yang menurut nya sangat menyeramkan dan menusuk hati nya.

Setelah itu Dinda segera mengambil pakaian ganti dan menyiapkan pakaian untuk Farel .

Lalu melihat sekeliling kamar, dan melihat ke arah luar, ternyata ada sebuah balkon, Dinda pun membuka pintu dan menuju ke arah balkon .

"Wah, rupanya bisa melihat ke indahan luar dari sini?" decak Dinda merasa takjub .

"Bunga? kenapa dia menanam bunga mawar putih di sini? rupanya dia pecinta tanaman?" Gumam Dinda yang merasa aneh, Tuan galaknya ternyata menyukai tanaman bunga mawar putih .

Farel yang sudah memakai pakaian nya mencari ke sekeliling, mencari sosok gadis tersebut, hingga mata nya tertuju pada pintu yang terbuka, lalu segera bergegas menuju pintu tersebut.

"Apa yang kau lakukan di sini? " ucap Farel membuat Dinda kaget dan tiba-tiba .

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

@Kristin

@Kristin

Aku baru mampir Thor 🤗 semoga sukses selalu buat mu...

2023-02-11

0

🎤🎶 Erick Erlangga 🎶🎧

🎤🎶 Erick Erlangga 🎶🎧

buat bucin

2022-06-07

1

umysetia

umysetia

kasian Dinda di jadikan pembantu,
semangat Dinda buat suami jadi Buci

2022-06-06

3

lihat semua
Episodes
1 Perjanjian
2 Pengantin Pengganti
3 Tugas Di Hari Pertama
4 Di Jadikan Pelayan
5 Ternyata Tidak Seperti Yang Di Pikir Kan
6 Kembali Sekolah
7 Lupa Waktu
8 Hukuman
9 Membuat Bekal Untuk Tuan Galak
10 Selalu Di Salahkan
11 Lupa Mengerjakan Tugas
12 Jelek Dan Kampungan
13 Berubah Menjadi Cantik
14 Acara Kolega Bisnis
15 Tidak Bisa Berkutik
16 Pertengkaran Keluarga Argadinata
17 Sikap Tegas Juan
18 Keberanian Dinda
19 Ternyata Hanya Mimpi
20 Kemarahan Clara
21 Kenapa Naik Angkot?
22 Penyesalan Clara
23 Wanita Tak Tahu Malu
24 Menantu Yang Tak Di Anggap
25 Semuanya Sama Saja, Matre
26 Habis Jatuh Tertimpa Tangga Pula
27 Kekepoan Dua Sahabat
28 Demam
29 Kembali Sekolah
30 Amanda Meminta Maaf
31 Kartu Tanpa Batas
32 Sisi Lain Fikram
33 Sikap Aneh Tuan Galak
34 Obsesi Clara
35 Amanda Yang Selalu Membela
36 Napas Buatan Dan Ciuman Itu Beda
37 Pernyataan Cinta Juan
38 Rencana Licik Stella Dan Clara
39 Kemarahan Devit Dan Farel
40 Bunga Mawar Putih
41 Terlalu Berharap Lebih
42 Masa Lalu Farel
43 episode 43
44 episode 44
45 episode 45
46 episode 46
47 episode 47
48 episode 48
49 episode 49
50 episode 50
51 episode 51
52 episode 52
53 episode 53
54 episode 54
55 episode 55
56 episode 56
57 episode 57
58 episode 58
59 episode 59
60 episode 60
61 episode 61
62 episode 62
63 episode 63
64 episode 64
65 episode 65
66 episode 66
67 episode 67
68 episode 68
69 episode 69
70 episode 70
71 episode 71
72 episode 72
73 episode 73
74 episode 74
75 episode 75
76 episode 76
77 episode 77
78 episode 78
79 episode 79
80 episode 80
81 episode 81
82 episode 82
83 episode 83
84 episode 84
85 episode 85
86 episode 86
87 episode 87
88 episode 88
89 episode 89
90 episode 90
91 episode 91
92 episode 92
93 episode 93
94 episode 94
95 episode 95
96 episode 96 Visual author
97 episode 97
98 episode 98
99 episode 99
100 episode 100
101 episode 101
102 episode 102
103 episode 103
104 episode 104
105 episode 105
106 episode 106
107 episode 107
108 episode 108
109 episode 109
110 episode 110
111 episode 111
112 episode 112
113 episode 113
114 episode 114
115 episode 115
116 episode 116
117 episode 117
118 episode 118
119 episode 119
120 episode 120
121 episode 121
122 episode 122 21+
123 episode 123
124 episode 124
125 episode 125
126 episode 126
127 episode 127
128 episode 128
129 episode 129
130 episode 130
131 episode 131
132 episode 132
133 episode 133
134 episode 134
135 Tingkah aneh Dinda
136 Cerita Farel
137 Sisi lain Dinda
138 Kejadian tak terduga
139 Pulang ke Indonesia
140 Kedatangan tamu
141 Kecemburuan yang berujung malu
142 Rasa iri itu pasti ada
143 Kejutan untuk Bunda
144 Perasaan dokter Aldo
145 Sarapan pagi yang memalukan
146 Perdebatan Dinda Vs Devit
147 Perdebatan dokter kandungan vs Farel
148 Triple Date
149 Triple Date Konyol
150 Akhir dari persahabatan
151 Kegalauan Dinda
152 Menjelang Hari kelahiran
153 Persatuan Keluarga
154 Konferensi Pers
155 Gara-gara Perawan atau Janda
156 Tragedi Yang berujung kencan
157 Kisah Masa Lalu Devit
158 Extra Part Anjani Devit
159 Anjani Vs Stella
160 Kejujuran Yang Selama Ini Di Pendam
161 Izin Yang Tertunda
162 Kekhawatiran Farel
163 Menjadi Pengasuh
164 Penderitaan Kedua Ayah
165 Ayah Siaga
166 Kejadian Tak Terduga
167 Kesedihan Farel
168 Keajaiban
169 Birthday Darel
170 Lamaran Tak Terduga
171 Gara-gara Hujan
172 Pernikahan Kedua Mempelai (Happy Ending)
173 Terimakasih Author
Episodes

Updated 173 Episodes

1
Perjanjian
2
Pengantin Pengganti
3
Tugas Di Hari Pertama
4
Di Jadikan Pelayan
5
Ternyata Tidak Seperti Yang Di Pikir Kan
6
Kembali Sekolah
7
Lupa Waktu
8
Hukuman
9
Membuat Bekal Untuk Tuan Galak
10
Selalu Di Salahkan
11
Lupa Mengerjakan Tugas
12
Jelek Dan Kampungan
13
Berubah Menjadi Cantik
14
Acara Kolega Bisnis
15
Tidak Bisa Berkutik
16
Pertengkaran Keluarga Argadinata
17
Sikap Tegas Juan
18
Keberanian Dinda
19
Ternyata Hanya Mimpi
20
Kemarahan Clara
21
Kenapa Naik Angkot?
22
Penyesalan Clara
23
Wanita Tak Tahu Malu
24
Menantu Yang Tak Di Anggap
25
Semuanya Sama Saja, Matre
26
Habis Jatuh Tertimpa Tangga Pula
27
Kekepoan Dua Sahabat
28
Demam
29
Kembali Sekolah
30
Amanda Meminta Maaf
31
Kartu Tanpa Batas
32
Sisi Lain Fikram
33
Sikap Aneh Tuan Galak
34
Obsesi Clara
35
Amanda Yang Selalu Membela
36
Napas Buatan Dan Ciuman Itu Beda
37
Pernyataan Cinta Juan
38
Rencana Licik Stella Dan Clara
39
Kemarahan Devit Dan Farel
40
Bunga Mawar Putih
41
Terlalu Berharap Lebih
42
Masa Lalu Farel
43
episode 43
44
episode 44
45
episode 45
46
episode 46
47
episode 47
48
episode 48
49
episode 49
50
episode 50
51
episode 51
52
episode 52
53
episode 53
54
episode 54
55
episode 55
56
episode 56
57
episode 57
58
episode 58
59
episode 59
60
episode 60
61
episode 61
62
episode 62
63
episode 63
64
episode 64
65
episode 65
66
episode 66
67
episode 67
68
episode 68
69
episode 69
70
episode 70
71
episode 71
72
episode 72
73
episode 73
74
episode 74
75
episode 75
76
episode 76
77
episode 77
78
episode 78
79
episode 79
80
episode 80
81
episode 81
82
episode 82
83
episode 83
84
episode 84
85
episode 85
86
episode 86
87
episode 87
88
episode 88
89
episode 89
90
episode 90
91
episode 91
92
episode 92
93
episode 93
94
episode 94
95
episode 95
96
episode 96 Visual author
97
episode 97
98
episode 98
99
episode 99
100
episode 100
101
episode 101
102
episode 102
103
episode 103
104
episode 104
105
episode 105
106
episode 106
107
episode 107
108
episode 108
109
episode 109
110
episode 110
111
episode 111
112
episode 112
113
episode 113
114
episode 114
115
episode 115
116
episode 116
117
episode 117
118
episode 118
119
episode 119
120
episode 120
121
episode 121
122
episode 122 21+
123
episode 123
124
episode 124
125
episode 125
126
episode 126
127
episode 127
128
episode 128
129
episode 129
130
episode 130
131
episode 131
132
episode 132
133
episode 133
134
episode 134
135
Tingkah aneh Dinda
136
Cerita Farel
137
Sisi lain Dinda
138
Kejadian tak terduga
139
Pulang ke Indonesia
140
Kedatangan tamu
141
Kecemburuan yang berujung malu
142
Rasa iri itu pasti ada
143
Kejutan untuk Bunda
144
Perasaan dokter Aldo
145
Sarapan pagi yang memalukan
146
Perdebatan Dinda Vs Devit
147
Perdebatan dokter kandungan vs Farel
148
Triple Date
149
Triple Date Konyol
150
Akhir dari persahabatan
151
Kegalauan Dinda
152
Menjelang Hari kelahiran
153
Persatuan Keluarga
154
Konferensi Pers
155
Gara-gara Perawan atau Janda
156
Tragedi Yang berujung kencan
157
Kisah Masa Lalu Devit
158
Extra Part Anjani Devit
159
Anjani Vs Stella
160
Kejujuran Yang Selama Ini Di Pendam
161
Izin Yang Tertunda
162
Kekhawatiran Farel
163
Menjadi Pengasuh
164
Penderitaan Kedua Ayah
165
Ayah Siaga
166
Kejadian Tak Terduga
167
Kesedihan Farel
168
Keajaiban
169
Birthday Darel
170
Lamaran Tak Terduga
171
Gara-gara Hujan
172
Pernikahan Kedua Mempelai (Happy Ending)
173
Terimakasih Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!