Sikap Tegas Juan

JAM ISTIRAHAT TELAH TIBA.

Seluruh siswa-siswi keluar dari kelas, Dinda mengajak kedua sahabatnya untuk ke kantin, karena merasa lapar, tadi pagi tidak jadi makan karena keributan itu. sampailah di kantin .

"Din pesen apa nih? nasi apa mi ayam apa baso?" tanya Daniel pada Dinda.

"Aku nasi aja," jawab Dinda dengan cepat.

"Tumben makan nasi? biasanya ngga?" tanya Daniel dengan heran, biasanya sahabatnya itu jarang pesan nasi .

"Aku lapar, tadi pagi belum sarapan, ngga boleh yah? Aku pesan nasi?" ucap Dinda sambil menunjukkan wajah memelasnya .

Hal itu Daniel terkekeh melihat wajah memelas Dinda yang menurutnya sangat begitu lucu di matanya.

"Boleh-boleh, nanti tubuh kurus mu malah tambah kurus lagi," Jawab Daniel masih menahan tawanya .

"Ish, kau ini mengatai Dinda kurus," ketus Citra tak terima Dinda dikatai kurus .

"Aku kan hanya becanda dih, kau mau pesan apa?" jelas Daniel sambil bertanya.

"Baso, jangan lupa sama jus jeruk nya," jawab Citra dengan wajah berbinar, sambil memperingati .

"Oke!" jawab Daniel sambil mengangkat jempol nya lalu segera masuk ke dalam .

"Sebenarnya kaki mu kenapa?" tanya Citra setelah melihat Daniel pergi . Dinda pun menceritakan semuanya, tapi hanya yang baper nya saja, Dinda tidak menceritakan tentang perilaku Farel padanya .

"Serius Din? Pangeran Modern ku juga ada di sana?" tanya Citra dengan berbinar .

"Iya dan gara-gara dia, Aku hampir saja ketahuan, Untung Aku bisa merayunya, tapi gara-gara sepatu hak tinggi, Aku terjatuh karena menahan malu dengan tatapan semua orang," jelas Dinda panjang lebar, membuat Citra terus penasaran .

"Terus-terus apa yang terjadi?" tanya Citra masih penasaran.

"Dia menggendong ku," jawab Dinda sambil senyum-senyum membayangkan dirinya di gendong semalam.

"So sweet," ucap Citra sambil memegang pipinya sendiri .

"Eheem, siapa yang kalian bicarakan? sampai senyum-senyum gitu?" Daniel yang sudah kembali langsung berdehem lalu segera duduk berhadapan dengan kedua sahabatnya .

"Pangeran Modern," jawab Citra masih senyum-senyum .

"Pangeran Modern mana lagi? yang kalian bicarakan?" tanya Daniel sambil mengangkat sebelah alisnya heran.

"Semalam Dinda di ajak ke acara kolega bisnis," jawab Citra menjelaskan, sementara Dinda hanya mengangguk saja pertanda setuju dengan ucapan Citra.

"Oh, jadi ini alasan kamu, sampai kakinya sakit karena sepatu hak tinggi? Itu karena di ajak sama Tante Yuni, ya?" ucap Daniel panjang lebar sambil mengangguk-angguk mengerti . Dinda hanya mengangguk mengiyakan apa yang Daniel katakan .

"Lalu, Pangeran mana yang kalian bicarakan? yang ada om-om Modern kali?" ucap Daniel sambil terkekeh geli membayang Om-om genit yang suka menggoda daun muda.

"Ish, kau ini mengganggu halusinasi ku saja," gerutu Citra sambil menjitak kepala Daniel, membuat Daniel memekik kesakitan.

"Ampun, ampun, udah dong, Aku hanya becanda," pinta nya dengan memohon Karena sudah merasa kesakitan, sahabatnya itu bener-bener niat sekali sampai menjitak nya berulang kali, sambil mencubit pinggangnya bak emak-emak yang sedang datang bulan, sementara Dinda hanya tertawa geli melihat tingkah kedua sahabatnya yang suka bertingkah.

"Udah Cit, ini baso nya ke buru dingin, ngga enak loh," ucap Dinda menunjuk ke arah mangkuk yang tadi Daniel letakkan, membuat Citra menghentikan tingkah nya.

"Oh iya, Aku sampai lupa," jawab Citra langsung duduk kembali .

"Daniel, mana makanan ku?" tanya Dinda pada sahabat nya itu karena merasa sudah sangat lapar tapi justru makanan nya belum kunjung datang.

"Kau nanti, akan di antarkan," jawab Daniel yang sedang merapikan penampilan nya yang sedikit berantakan.

Tak beberapa lama kemudian, makanan pun tiba, mereka bertiga pun makan sambil bercengkrama tanpa memperdulikan murid-murid yang lainnya yang melihat ketiga nya dengan tidak suka .

Sementara Juan yang janjian ingin berbicara dengan Angel di atap gedung, segera bergegas menuju atap gedung, rupanya Angel sudah lebih dulu tiba .

"Kau sudah datang?" tanya nya saat melihat Angel sudah berdiri di sana .

"Juan, Aku merindukan mu," ucap Angel hendak memeluk Juan namun Juan segera menepis tangan Angel .

"Aku kecewa sama kamu El, Aku tidak menyangka dengan mu? kalo Aku pernah menyukai perempuan jahat seperti mu!" ucap Juan dengan meluapkan emosi nya .

"Apa maksud mu? Aku tidak mengerti?" tanya Angel berpura-pura tidak mengerti .

"Apa perlu? Aku menjelaskan nya?" tanya Juan dengan menatap tajam Angel .

"Cepat, katakan?" ucap Angel yang masih pura-pura tidak mengerti .

"Kau melibatkan Dinda dalam masalah kita, dan kau dan dua teman mu itu menganiaya Dinda!" hardik nya dengan meluapkan emosi nya.

"Kau tahu? Tindakan mu bisa di saja di pidana karena sudah menganiaya, Dinda dengan tidak senonoh," lanjut nya lagi sambil geleng-geleng kepala menatap wanita di hadapannya itu dengan penuh kebencian.

Angel yang mendengar penuturan itu langsung membulat kan matanya sempurna dia masih syok dengan apa yang di katakan Pemuda di hadapannya itu.

"Aku bisa jelasin, pasti gadis kampung itu telah menuduh ku," kilahnya sambil memegang tangan Juan berusaha untuk menutupi kegugupannya.

"Tidak ada yang perlu di jelaskan lagi, Aku melihat nya sendiri dengan mata kepala ku!" Ucap Juan dengan nada meninggi menatap Angel dengan jengah.

"Sekali lagi, kau melibatkan dia, atau menuduhnya yang tidak-tidak, Aku akan lebih membenci mu, dan ingat hubungan kita sudah berakhir!" lanjut nya lagi dengan penuh penekanan .

"Juan Putra Prayoga, Aku hanya tidak ingin putus dengan mu, dan Aku tidak rela jika kau dekat dengan siapa pun, termasuk gadis kampung itu!" ucap Angel dengan meninggi membuat Juan geram .

"Ingat Angel, cinta tidak bisa di paksakan semakin kau memaksakan, semakin aku membenci mu!" jawab Juan sambil melenggang pergi tanpa memperdulikan teriakan Angel .

"Sialan!" umpat Angel dengan kesal . lalu kedua sahabatnya segera, bergegas menghampiri Angel .

"Ada apa?" tanya keduanya dengan penasaran.

"Dia adalah orang yang kemarin datang," jelas Angel pada kedua sahabatnya .

"Maksudnya? suara langkah kaki itu, suara kaki Juan?" ucap keduanya bersamaan, membuat Angel mengangguk mengiyakan .

"Lalu apa yang harus kita lakukan? apa kita harus

menyerah?" tanya kedua nya dengan bingung .

"Aku juga tidak tahu, haaaah" teriak Angel dengan frustasi sambil mengacak rambutnya.

Sementara Juan yang melihat Dinda sedang bersama kedua sahabatnya langsung menghampiri .

"Boleh aku gabung?" tanya Juan kepada semua nya, Dinda hanya diam, sementara Daniel menatap tidak suka, berbeda dengan Citra menatap tak berkedip .

"Boleh, silahkan," ucap Citra sambil tersenyum kepada Juan, lalu menyuruh Juan duduk di kursi yang kosong. Daniel yang merasa kesal langsung menginjak kaki Citra.

"Aaaaaw!" pekik Citra saat merasa kakinya di injak . Langsung Daniel berbisik di telinga Citra.

"Apa yang kau lakukan? membiarkan dia bergabung," protes Daniel sambil berbisik di telinga Citra .

"Terus kenapa? kau menginjak kaki ku?" jawab Citra dengan kesal tanpa sedikitpun menjawab protesan sahabatnya itu.

"Abis kau selalu terpesona, sampai tidak sadar, Aku hanya menyadarkan mu saja," jelas Daniel panjang lebar .

"Kalian kenapa bisik-bisik begitu? membuat ku tersisihkan tahu?" ujar Dinda sambil mencebikan bibirnya kesal, karena merasa kedua nya melupakan diri nya.

"Ini si Daniel nyebelin," tunjuk Citra menyalahkan Daniel, sementara Juan hanya melihat interaksi ke tiga nya, sambil sesekali melirik ke arah Dinda .

"Din, kaki mu kenapa?" tanya Juan membuka obrolan saat melihat kaki Dinda yang tak memakai sepatu .

"Semalam kesandung, gara-gara sepatu hak tinggi," Jawab Dinda dengan santai, Juan hanya mengangguk saja merasa bingung harus bertanya apa lagi.

SEMENTARA DI SEBUAH PERUSAHAAN

Farel sedang duduk menatap layar laptop nya, hari ini pria itu terus saja marah-marah, membuat Devit kelimpungan dengan kemarahan Tuanya .

"Devit, apa saja jadwal ku hari ini?" tanya nya melihat Devit berjalan mendekat .

Devit menjelaskan, apa saja yang harus di lakukan Farel hari ini .

"Baik kau boleh keluar, Oya, kau sudah mengurus wanita itu?" tanya nya masih fokus pada laptop nya .

"Sudah Tuan dia sudah Saya pecat dengan tidak hormat. untuk apa? memberikan kesempatan pada perempuan yang sudah berkhianat dan satu hal lagi, dia dan keluarganya juga sudah pindah dari kota ini," jelas Devit panjang lebar dengan tersenyum tipis.

"Bagus kau boleh keluar!" jawab Farel menyuruh Asistennya untuk keluar karena merasa sangat begitu puas mendengar jawaban Devit.

SEMENTARA DISISI LAIN

Amanda terus saja kesal dengan papa nya, apa lagi Papa nya itu, terus saja marah-marah dan menyerahkan banyak pekerjaan padanya. Amanda di kantor memang tidak di kenal dengan anak pemilik perusahaan, tapi di kenal dengan nama nya sendiri, dan di sini lah wanita itu berada. wanita itu terus saja menghentakkan kakinya kesal karena harus mengurus proyek pembangunan hotel yang menurut nya sangat panas, dan melelahkan, lagi-lagi Amanda terus menghentakkan kakinya, sambil sesekali membenarkan kaca mata hitam nya. Apa lagi high heels yang di pakai cukup tinggi membuat kakinya pegal .

"Om, apa aku bisa istirahat sebentar?" tanyanya dengan berkata manja di depan Asisten Papa nya itu .

"Sebentar lagi Nona," jawab Haris dengan datar .

"Om Haris, sama-sama menyebalkan, kaya ka Devit!" gerutu Amanda sambil cemberut . Haris adalah Ayah dari Devit Asisten Farel, ayah dan anak itu sama-sama setia bekerja di keluarga tersebut .

****

Setelah selesai makan, Dinda segera masuk ke kelas nya, tanpa sedikitpun berbicara dengan Juan, hanya Citra lah yang terus banyak bicara,hal itu membuat Juan sedikit merasa tidak nyaman dengan perlakuan Citra, apa lagi gadis itu terus melihat nya tanpa berkedip .

Setelah beberapa saat kemudian jam pelajaran sudah kembali di mulai, hingga saat nya jam pulang sudah tiba, mereka bertiga pun berjalan beriringan .

"Din, pulang naik apa?" tanya Daniel pada Dinda.

"Angkot, biasa," jawab Dinda dengan jujur .

"Biar aku antar pulang," tawar Daniel.

"Ngga perlu," jawab Dinda mencoba menolak halus .

"Tapi kaki mu sedang sakit? Aku takut kau kenapa-napa," ucap Daniel dengan khawatir .

"Apa aku antar?" tawar Citra ikut khawatir.

"Kalian tidak perlu nganterin, Aku pulang sendiri saja, oke," ucap Dinda sambil memberikan dua jempol pada kedua sahabatnya .

"Dinda, bikin kami khawatir tahu," celoteh Citra sambil memeluk sahabatnya itu.

"kenapa khawatir?" tanya Dinda dengan heran .

"Sudah sana hati-hati ya," perintah Citra tanpa sedikitpun ingin menjelaskan, lalu menyuruh sahabatnya masuk ke dalam angkot.

Dinda pun melambaikan tangan nya kepada kedua sahabatnya, meskipun keduanya merasa tidak tega tapi juga tidak ingin memaksa.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Christina Hartini

Christina Hartini

untung Dinda punya sahabat yang baik

2022-07-13

2

lihat semua
Episodes
1 Perjanjian
2 Pengantin Pengganti
3 Tugas Di Hari Pertama
4 Di Jadikan Pelayan
5 Ternyata Tidak Seperti Yang Di Pikir Kan
6 Kembali Sekolah
7 Lupa Waktu
8 Hukuman
9 Membuat Bekal Untuk Tuan Galak
10 Selalu Di Salahkan
11 Lupa Mengerjakan Tugas
12 Jelek Dan Kampungan
13 Berubah Menjadi Cantik
14 Acara Kolega Bisnis
15 Tidak Bisa Berkutik
16 Pertengkaran Keluarga Argadinata
17 Sikap Tegas Juan
18 Keberanian Dinda
19 Ternyata Hanya Mimpi
20 Kemarahan Clara
21 Kenapa Naik Angkot?
22 Penyesalan Clara
23 Wanita Tak Tahu Malu
24 Menantu Yang Tak Di Anggap
25 Semuanya Sama Saja, Matre
26 Habis Jatuh Tertimpa Tangga Pula
27 Kekepoan Dua Sahabat
28 Demam
29 Kembali Sekolah
30 Amanda Meminta Maaf
31 Kartu Tanpa Batas
32 Sisi Lain Fikram
33 Sikap Aneh Tuan Galak
34 Obsesi Clara
35 Amanda Yang Selalu Membela
36 Napas Buatan Dan Ciuman Itu Beda
37 Pernyataan Cinta Juan
38 Rencana Licik Stella Dan Clara
39 Kemarahan Devit Dan Farel
40 Bunga Mawar Putih
41 Terlalu Berharap Lebih
42 Masa Lalu Farel
43 episode 43
44 episode 44
45 episode 45
46 episode 46
47 episode 47
48 episode 48
49 episode 49
50 episode 50
51 episode 51
52 episode 52
53 episode 53
54 episode 54
55 episode 55
56 episode 56
57 episode 57
58 episode 58
59 episode 59
60 episode 60
61 episode 61
62 episode 62
63 episode 63
64 episode 64
65 episode 65
66 episode 66
67 episode 67
68 episode 68
69 episode 69
70 episode 70
71 episode 71
72 episode 72
73 episode 73
74 episode 74
75 episode 75
76 episode 76
77 episode 77
78 episode 78
79 episode 79
80 episode 80
81 episode 81
82 episode 82
83 episode 83
84 episode 84
85 episode 85
86 episode 86
87 episode 87
88 episode 88
89 episode 89
90 episode 90
91 episode 91
92 episode 92
93 episode 93
94 episode 94
95 episode 95
96 episode 96 Visual author
97 episode 97
98 episode 98
99 episode 99
100 episode 100
101 episode 101
102 episode 102
103 episode 103
104 episode 104
105 episode 105
106 episode 106
107 episode 107
108 episode 108
109 episode 109
110 episode 110
111 episode 111
112 episode 112
113 episode 113
114 episode 114
115 episode 115
116 episode 116
117 episode 117
118 episode 118
119 episode 119
120 episode 120
121 episode 121
122 episode 122 21+
123 episode 123
124 episode 124
125 episode 125
126 episode 126
127 episode 127
128 episode 128
129 episode 129
130 episode 130
131 episode 131
132 episode 132
133 episode 133
134 episode 134
135 Tingkah aneh Dinda
136 Cerita Farel
137 Sisi lain Dinda
138 Kejadian tak terduga
139 Pulang ke Indonesia
140 Kedatangan tamu
141 Kecemburuan yang berujung malu
142 Rasa iri itu pasti ada
143 Kejutan untuk Bunda
144 Perasaan dokter Aldo
145 Sarapan pagi yang memalukan
146 Perdebatan Dinda Vs Devit
147 Perdebatan dokter kandungan vs Farel
148 Triple Date
149 Triple Date Konyol
150 Akhir dari persahabatan
151 Kegalauan Dinda
152 Menjelang Hari kelahiran
153 Persatuan Keluarga
154 Konferensi Pers
155 Gara-gara Perawan atau Janda
156 Tragedi Yang berujung kencan
157 Kisah Masa Lalu Devit
158 Extra Part Anjani Devit
159 Anjani Vs Stella
160 Kejujuran Yang Selama Ini Di Pendam
161 Izin Yang Tertunda
162 Kekhawatiran Farel
163 Menjadi Pengasuh
164 Penderitaan Kedua Ayah
165 Ayah Siaga
166 Kejadian Tak Terduga
167 Kesedihan Farel
168 Keajaiban
169 Birthday Darel
170 Lamaran Tak Terduga
171 Gara-gara Hujan
172 Pernikahan Kedua Mempelai (Happy Ending)
173 Terimakasih Author
Episodes

Updated 173 Episodes

1
Perjanjian
2
Pengantin Pengganti
3
Tugas Di Hari Pertama
4
Di Jadikan Pelayan
5
Ternyata Tidak Seperti Yang Di Pikir Kan
6
Kembali Sekolah
7
Lupa Waktu
8
Hukuman
9
Membuat Bekal Untuk Tuan Galak
10
Selalu Di Salahkan
11
Lupa Mengerjakan Tugas
12
Jelek Dan Kampungan
13
Berubah Menjadi Cantik
14
Acara Kolega Bisnis
15
Tidak Bisa Berkutik
16
Pertengkaran Keluarga Argadinata
17
Sikap Tegas Juan
18
Keberanian Dinda
19
Ternyata Hanya Mimpi
20
Kemarahan Clara
21
Kenapa Naik Angkot?
22
Penyesalan Clara
23
Wanita Tak Tahu Malu
24
Menantu Yang Tak Di Anggap
25
Semuanya Sama Saja, Matre
26
Habis Jatuh Tertimpa Tangga Pula
27
Kekepoan Dua Sahabat
28
Demam
29
Kembali Sekolah
30
Amanda Meminta Maaf
31
Kartu Tanpa Batas
32
Sisi Lain Fikram
33
Sikap Aneh Tuan Galak
34
Obsesi Clara
35
Amanda Yang Selalu Membela
36
Napas Buatan Dan Ciuman Itu Beda
37
Pernyataan Cinta Juan
38
Rencana Licik Stella Dan Clara
39
Kemarahan Devit Dan Farel
40
Bunga Mawar Putih
41
Terlalu Berharap Lebih
42
Masa Lalu Farel
43
episode 43
44
episode 44
45
episode 45
46
episode 46
47
episode 47
48
episode 48
49
episode 49
50
episode 50
51
episode 51
52
episode 52
53
episode 53
54
episode 54
55
episode 55
56
episode 56
57
episode 57
58
episode 58
59
episode 59
60
episode 60
61
episode 61
62
episode 62
63
episode 63
64
episode 64
65
episode 65
66
episode 66
67
episode 67
68
episode 68
69
episode 69
70
episode 70
71
episode 71
72
episode 72
73
episode 73
74
episode 74
75
episode 75
76
episode 76
77
episode 77
78
episode 78
79
episode 79
80
episode 80
81
episode 81
82
episode 82
83
episode 83
84
episode 84
85
episode 85
86
episode 86
87
episode 87
88
episode 88
89
episode 89
90
episode 90
91
episode 91
92
episode 92
93
episode 93
94
episode 94
95
episode 95
96
episode 96 Visual author
97
episode 97
98
episode 98
99
episode 99
100
episode 100
101
episode 101
102
episode 102
103
episode 103
104
episode 104
105
episode 105
106
episode 106
107
episode 107
108
episode 108
109
episode 109
110
episode 110
111
episode 111
112
episode 112
113
episode 113
114
episode 114
115
episode 115
116
episode 116
117
episode 117
118
episode 118
119
episode 119
120
episode 120
121
episode 121
122
episode 122 21+
123
episode 123
124
episode 124
125
episode 125
126
episode 126
127
episode 127
128
episode 128
129
episode 129
130
episode 130
131
episode 131
132
episode 132
133
episode 133
134
episode 134
135
Tingkah aneh Dinda
136
Cerita Farel
137
Sisi lain Dinda
138
Kejadian tak terduga
139
Pulang ke Indonesia
140
Kedatangan tamu
141
Kecemburuan yang berujung malu
142
Rasa iri itu pasti ada
143
Kejutan untuk Bunda
144
Perasaan dokter Aldo
145
Sarapan pagi yang memalukan
146
Perdebatan Dinda Vs Devit
147
Perdebatan dokter kandungan vs Farel
148
Triple Date
149
Triple Date Konyol
150
Akhir dari persahabatan
151
Kegalauan Dinda
152
Menjelang Hari kelahiran
153
Persatuan Keluarga
154
Konferensi Pers
155
Gara-gara Perawan atau Janda
156
Tragedi Yang berujung kencan
157
Kisah Masa Lalu Devit
158
Extra Part Anjani Devit
159
Anjani Vs Stella
160
Kejujuran Yang Selama Ini Di Pendam
161
Izin Yang Tertunda
162
Kekhawatiran Farel
163
Menjadi Pengasuh
164
Penderitaan Kedua Ayah
165
Ayah Siaga
166
Kejadian Tak Terduga
167
Kesedihan Farel
168
Keajaiban
169
Birthday Darel
170
Lamaran Tak Terduga
171
Gara-gara Hujan
172
Pernikahan Kedua Mempelai (Happy Ending)
173
Terimakasih Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!