Pa Beni menyuruh Dinda masuk, setelah dia membukakan pintu di ruangan Kerja Farel, pria itu membiarkan Dinda masuk sendiri, lalu segera menutup pintu kembali .
"Semoga tidak terjadi apa-apa," gumam Pa Beni di balik pintu.
Dinda masuk dengan wajah yang di buat biasa saja, meski sebenarnya nyalinya sudah menciut, tangan nya sudah gemetar .
Farel melihat gadis yang berdiri di depan pintu menatap tajam gadis tersebut.
"Kemari!" perintah Farel, membuat Dinda mendekat ke arah Farel dengan rasa takut, Dinda hanya menunduk tanpa melihat pria tersebut .
Setelah Dinda sudah berdiri tepat di hadapannya,Farel bangkit dari duduknya .
"Beraninya kau, mengubah letak buku yang ada di sini !" hardik Farel dengan marah.
Dinda hanya menunduk tanpa sedikitpun menatap wajah pria tersebut .
"Maaf," hanya kata itu yang keluar dari mulut nya .
"Maaf-maaf, kembalikan semua nya seperti semula, jangan harap kau bisa tidur malam ini !" bentak Farel sambil berjalan melewati Dinda dan menyenggol lengan Dinda, membuat Dinda hampir saja terjatuh, lalu berjalan membuka pintu untuk keluar dan menutup nya dengan keras
Braaaaaak
Dinda pun memegang dada nya karena kaget. Gadis itu terkulai lemah di lantai, niatnya ingin istirahat justru malah terkena masalah .
"Kapan? penderitaan ini akan berakhir?" ucap nya sambil menyeka air matanya yang jatuh begitu saja.
Dinda berusaha bangkit, lalu melihat sekeliling, rupanya ada catatan letak buku tersebut, jadi Dinda tidak terlalu bingung meletakkan buku seperti semula, Dinda terus saja menguap tentu saja hari ini sangat melelahkan baginya.
Hingga jam menunjukkan pukul 03 .00 pagi
Dinda baru menyelesaikan tugas nya, gadis itu menghela nafas lega dan segera menidurkan dirinya di lantai, karena sudah sangat mengantuk, Dinda enggan untuk kembali ke kamar, akhirnya tak beberapa lama gadis itu sudah terlelap .
PAGI MENYAPA
Pa Beni masuk ke ruangan tersebut, melihat buku-buku sudah kembali seperti biasanya, pandangan matanya tertuju pada
gadis yang tertidur di lantai, Pa Beni mendekati gadis tersebut dan berjongkok.
"Nona Muda, Nona Muda!"panggil Pa Beni sambil menggoyangkan tubuh gadis tersebut dengan pelan.
Dinda yang merasa ada yang membangunkan nya pun membuka matanya perlahan .
"Pa Beni," gumam Dinda sambil mengucek matanya.
"Nona, kenapa tidur di sini?" tanya Pa Beni dengan heran.
"Saya semalam ketiduran Pa," jawab Dinda sambil berusaha untuk duduk, Pa Beni hanya mengangguk-angguk mengerti.
"Nona, apa Nona tidak ingin sekolah? ini sudah jam setengah tujuh?" tanya Pa Beni sambil menunjuk ke arah jam dinding.
"Tuan muda dia .."
"Dia sudah berangkat dari pagi nona," potong Pa Beni saat Dinda hendak bertanya.
"Oh begitu, terima kasih Pa, sudah membangun kan Saya," ucap Dinda mengangguk mengerti dan segera berdiri .
Pa beni pun hanya mengangguk, mengiyakan sambil membukukan badan nya .
Dinda segera bergegas keluar, lalu masuk ke dalam kamarnya dan segera bergegas ke kamar mandi .
Tak membutuhkan waktu lama, Dinda sudah selesai mandi, lalu segera bersiap untuk memakai pakaian sekolah nya, beberapa saat kemudian Dinda pun sudah rapi dan segera membawa tas nya untuk keluar .
Dinda menuruni anak tangga dengan terburu-buru, sampai lah di depan pintu, langkah nya terhenti ketika ada seseorang memanggil nya .
"Nona Muda bawa ini, Pa Beni sudah menyiapkan untuk Nona," panggil Lina sambil memberikan kotak makanan .
"Ka Lina, terima kasih, sampaikan terima kasih ku juga pada pada Beni," ucap Dinda sambil tersenyum dan menerima makanan yang di berikan oleh Lina, lalu memasukkan makanan tersebut ke dalam tas nya .
Lina pun mengangguk mengiyakan dan mempersilahkan Dinda untuk keluar .
Dinda pun segera bergegas untuk keluar dengan berlari cepat agar bisa mendapatkan angkot dengan cepat.
Tak beberapa lama kemudian akhirnya Dinda pun sudah masuk ke dalam angkot, Dinda berulang kali terus berdoa agar tidak sampai terlambat .
Tak beberapa lama kemudian, setelah beberapa kali naik masuk angkot, akhirnya Dinda sudah sampai di gerbang sekolah nya, benar saja seperti kemarin, pintu gerbang sudah hampir di tutup, Dinda pun segera masuk seperti kemarin setelah satpam tersebut mempersilahkan Dinda untuk masuk .
Dinda pun sudah sampai di dalam kelas nya, Citra dan Daniel menatap Dinda heran, karena sahabatnya lagi-lagi terlambat, belum sempat bertanya Bu guru sudah datang .
"Anak-anak selama pagi," sapa Bu guru sambil berjalan menuju ke arah meja nya.
"Pagi Bu guru," jawab seluruh siswa-siswi kompak.
"Baiklah, kumpulkan PR kemarin yang saya suruh kerjakan," ucap Bu guru pada seluruh siswa siswi .
Semuanya mengumpulkan di meja,namun Dinda baru ingat tugas tersebut, Dinda pun hanya menelan ludahnya sambil menepuk jidatnya sendiri, karena merasa sudah lupa.
"Aduh bisa-bisa nya Aku lupa, Bu Astrid pasti marah," gumam Dinda di dalam hati nya sambil merutuki diri nya sendiri.
Bu Astrid orang yang tidak suka murid yang tidak di siplin, dia tidak segan-segan menghukum murid yang tidak di siplin, hal itu membuat semua murid selalu was-was saat Bu Astrid yang mengajar..
"Dinda mana tugas mu?" tanya Bu Astrid ketika Dinda hanya mematung .
"Maaf Bu, Saya lupa mengerjakan tugas itu," jawab Dinda sambil menunduk, hal itu membuat Bu Astrid heran, Dinda adalah murid yang selalu giat dan di siplin, apa lagi hanya mengerjakan tugas yang tidak terlalu susah .
"Kau boleh keluar, kau harus membersihkan seluruh halaman sekolah ,setelah itu kau berdiri di samping tiang bendera sampai jam pelajaran ku selesai!" tegas Bu Astrid tak bisa di bantah .
Dinda pun keluar tanpa sedikitpun, membantah lalu segera membersihkan halaman sekolah yang cukup luas itu .
Tak beberapa lama kemudian jam istirahat pun sudah tiba.
Dinda yang sudah satu jam berdiri sudah mulai kepanasan, apa lagi terik matahari yang sangat begitu cerah pagi itu .
Dinda kaget saat ada orang yang memayungi nya dari belakang, lalu menoleh dan melihat siapa yang memayungi nya .
"Minum lah, kau pasti haus," ucap pemuda itu sambil menyodorkan sebotol air mineral, membuat Dinda terkejut dengan kehadiran pemuda tersebut.
Dinda hendak menolak, namun pemuda itu terus memaksa menyodorkan minuman tersebut .
"Jangan menolak, kau sangat membutuhkan air," ucap pemuda itu Lagi, membuat Dinda akhirnya pasrah.
Dinda pun akhirnya menerima minuman tersebut, tak beberapa lama kemudian, satu botol sudah habis tak tersisa sedikit pun, membuat pemuda tersebut tersenyum. Dinda yang baru sadar lalu menoleh pemuda tersebut .
"Terima kasih, sebaiknya kau pergi dari sini," ucap Dinda sambil menunduk, mengikis jarak agar tidak terlalu dekat dengan pemuda tersebut .
"Dinda kau kenapa menghindari ku? bahkan kau menunduk? dari kau tidak sedikit pun ingin melihat wajah ku?" tanya Pemuda itu dengan penasaran, Pemuda itu tidak lain tidak bukan adalah Juan.
"Untuk apa? Aku melihat mu?" jawab Dinda dengan acuh memalingkan wajahnya ke sembarang arah.
Sementara seorang gadis yang melihat hal tersebut mengepalkan tangannya menahan amarahnya, namun kedua teman nya berusaha untuk menahan nya karena tidak ingin terjadi keributan.
Berbeda dengan Citra yang melihat tak percaya dengan apa yang di lakukan pemuda tersebut .
"Wah so sweet," ucap Citra sambil tersenyum memegang pipinya karena ikut merasa panas.
"Citra, kau itu harus nya jangan takjub, hentikan pemuda itu, lihat perempuan ular itu, pasti tidak akan tinggal diam. Dinda yang jadi sasarnya," ucap Daniel menyadarkan sahabatnya, Daniel tahu kalo Citra temannya itu selalu terpesona dengan pria tampan sampai kadang lupa dengan tujuan nya .
"Terus, kita harus bagaimana?" tanya Citra yang tidak bisa berpikir .
"Ayo, kita pergi saja, awasi saja perempuan ular itu," ucap Daniel menarik Citra untuk pergi .
Citra pun hanya menurut saja, sementara Dinda dan Juan masih saling diam .
"Dinda, tatap mata ku," ucap Juan sambil memegang bahu Dinda .
"Tidak, sebaiknya kau pergi dari sini, Aku tidak mau terjadi kesalah pahaman lagi," ucap Dinda sambil melepas tangan Juan yang memegang bahunya.
"Maksud mu Angel? Aku sudah putus dari nya," ucap Juan mencoba menjelaskan.
"Aku, tidak peduli, sebaiknya kau jauhi Aku, dari pada nanti saling menyakiti satu sama lain," ucap Dinda panjang lebar .
"Din, setidaknya Aku bisa melihat mata mu itu ,walau hanya sebentar, setiap Aku melihat mata mu, entah mengapa? Aku merasa tenang dan damai," jelas Juan panjang lebar membuat Dinda heran .
Dinda hanya menggeleng masih menunduk .
"Andai kau tau Juan? Aku itu sudah bersuami? Bahkan Aku adalah istri yang tak di anggap," gumam Dinda di dalam hati nya sambil mengingat kehidupan nya.
Akhirnya Juan pun pergi, setelah tahu gadis itu memang tidak menginginkan nya, tapi Juan bukan tipe Pria yang mudah menyerah, apa lagi dengan ketampanan nya yang mampu membuat para gadis memujanya, namun kenapa Dinda berbeda dari gadis lain nya? membuat seorang Juan ingin mendekati gadis tersebut .
Tak beberapa lama kemudian jam pelajaran Bu Astrid sudah selesai, Dinda pun masuk ke kelas nya dengan lelah, apa lagi perut nya yang sedari tadi terus berbunyi karena sedari pagi belum sarapan .
Dinda pun mengambil makanan yang tadi pagi Lina berikan, lalu segera duduk dan menyantap makanan tersebut, Citra dan Daniel yang melihat Dinda sudah masuk ke kelas segera menghampiri sahabat nya itu.
"Tumben kamu kesiangan? dan tidak mengerjakan tugas?" tanya Daniel setelah duduk di depan Dinda, Dinda pun menoleh sahabatnya itu, sementara Citra hanya menunggu sahabatnya menjawab .
"kesiangan, kemarin kelelahan, banyak kerjaan," jawab Dinda singkat padat dan jelas, sambil masih menyantap makanan nya .
"kerjaan apa?" tanya Daniel dengan menyelidik, sementara Citra hanya mengangguk mengerti.
"Kerajaan rumah, pelayan di rumah sedang pulang, jadi Aku mengerjakan semua nya, kamu tahu kan? Bunda ku sibuk di kantor," Bohong Dinda sambil menutupi kegugupannya.
Daniel pun mengangguk mengerti sambil melihat Dinda makan .
"Kalian mau? enak loh," tawar Dinda kepada kedua sahabatnya yang terus melihat nya makan .
"Boleh kalo di izinkan" jawab Daniel sambil tersenyum malu-malu.
Dinda pun menyodorkan makanannya kepada Daniel, Citra pun ikut menyendok makanan tersebut tanpa merasa jijik sedikit pun, apa lagi mereka makannya satu sendok bertiga, itu bagi mereka sudah biasa, karena persahabatan yang sejak kecil mereka jalin hingga sekarang masih sangat erat .
"Enak Din, kamu yang masak?" tanya Daniel menatap Dinda dengan menyelidik. Dinda hanya menggeleng berusaha mencari alasan .
"Itu hanya beli, mana mungkin Aku sempet masak, kamu kan tahu aku kesiangan," bohong Dinda berusaha tersenyum menutup kegugupannya .
Daniel hanya mengangguk mengerti, sementara Citra sudah tahu pasti Dinda berbohong.
"Dia tadi ngapain?" tanya Daniel mengalihkan topik pembicaraan.
"Maksud mu? siapa?" Tanya Dinda tak mengerti .
"Pangeran Modern," celetuk Citra mendahului Daniel, sambil senyum-senyum sendiri .
"Biasa, mendekati ku, Aku tidak menyangka kalau dia bakal melakukan itu," Jawab Dinda dengan santai.
"Lalu? apa yang dia katakan?" tanya Daniel penuh selidik .
"Udah jangan di bahas, Aku males bahasanya," ucap Dinda tidak ingin terjadi masalah, apa lagi melihat sahabatnya terlihat sangat kesal .
Daniel hanya mengangguk, sementara Citra hanya diam tanpa berbicara sedikit pun, gadis itu setiap kali membahas tentang Juan otak nya pasti traveling tidak bisa berpikir sedikit pun .
*****
Jam pelajaran sudah selesai semua siswa-siswi sudah pada keluar untuk pulang, termasuk kelas 3A, B dan C, Dinda masuk di kelas 3A, sementara Juan masuk di kelas 3B, tentu saja meskipun sama-sama kelas 3 mereka beda kelas, jadi tidak sering berinteraksi .
Dinda keluar sendiri seperti biasanya tanpa menunggu kedua sahabatnya, karena mereka beda arah, Dinda yang berjalan dengan santai lagi-lagi ada orang yang menarik nya dengan kasar, kali ini orang itu menarik nya masuk ke dalam toilet . Dinda lagi-lagi kaget siapa yang menarik nya, perempuan yang kemarin menarik nya kini kembali menarik nya lagi .
"Sudah ku peringatan kan berapa kali? kau tidak dengar ya? apa yang menarik dari diri mu, kau sangat kampungan dan jelek!" bentak Angel sambil menyudutkan Dinda ke tembok.
Dinda hanya diam tak sedikit pun menjawab, gadis itu hanya ketakutan, wajahnya sudah di banjiri keringat, apa jika diam gadis itu akan melepaskan nya begitu saja? tentu saja tidak .
"Kenapa diam? jawab Aku!" tanya Angel terus menatap Dinda dengan tatapan tajam.
"Aku tidak tahu dan tak mau tahu, jika kau ingin menyalahkan salah kan saja dirimu sendiri, Aku tidak tertarik dengan kekasih mu," jawab Dinda berusaha berani, meskipun sebenarnya gadis itu tidak cukup berani, entah kenapa tiba-tiba mulutnya bisa berkata seperti itu .
Gadis itu meluap kan amarahnya mendengar jawaban Dinda, lalu mengambil air untuk menyiram Dinda, kedua sahabatnya membantu memegang tangan Dinda, lalu gadis itu menarik rambut Dinda, membuat Dinda hanya pasrah dengan apa yang terjadi.
Baru saja ketiganya menyiram air, namun tiba-tiba ada suara langkah kaki membuat ketiganya gadis menghentikan perbuatan nya .
"Ada langkah kaki," ucap kedua sahabatnya .
"Ingat, kali ini kau selamat, tapi jika kau tidak mendengar kan kata-kata ku, jangan harap kau masih bisa menginjakkan kaki mu di sekolah ini," ucap Angel sambil mendorong Dinda lalu segera bergegas keluar dari toilet itu.
Sepasang mata seorang pemuda yang melihat ke tiga wanita itu marah, langsung segera bergegas masuk melihat siapa yang habis mereka marahi .
Pemuda itu melihat Dinda yang sedang terduduk di lantai kamar mandi segera menolong gadis tersebut .
"Kau tidak papa?" tanya pemuda tersebut dengan khawatir.
Dinda menoleh berusaha bangun dan melihat siapa pemuda itu .
"Juan," gumam Dinda saat melihat pemuda itu .
Dinda berusaha ingin pergi namun pemuda itu memegang tangan Dinda .
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Mira kader Mira
kenapa penderitan dinda belum berakhir
2022-06-12
1