Lupa Mengerjakan Tugas

Pa Beni menyuruh Dinda masuk, setelah dia membukakan pintu di ruangan Kerja Farel, pria itu membiarkan Dinda masuk sendiri, lalu segera menutup pintu kembali .

"Semoga tidak terjadi apa-apa," gumam Pa Beni di balik pintu.

Dinda masuk dengan wajah yang di buat biasa saja, meski sebenarnya nyalinya sudah menciut, tangan nya sudah gemetar .

Farel melihat gadis yang berdiri di depan pintu menatap tajam gadis tersebut.

"Kemari!" perintah Farel, membuat Dinda mendekat ke arah Farel dengan rasa takut, Dinda hanya menunduk tanpa melihat pria tersebut .

Setelah Dinda sudah berdiri tepat di hadapannya,Farel bangkit dari duduknya .

"Beraninya kau, mengubah letak buku yang ada di sini !" hardik Farel dengan marah.

Dinda hanya menunduk tanpa sedikitpun menatap wajah pria tersebut .

"Maaf," hanya kata itu yang keluar dari mulut nya .

"Maaf-maaf, kembalikan semua nya seperti semula, jangan harap kau bisa tidur malam ini !" bentak Farel sambil berjalan melewati Dinda dan menyenggol lengan Dinda, membuat Dinda hampir saja terjatuh, lalu berjalan membuka pintu untuk keluar dan menutup nya dengan keras

Braaaaaak

Dinda pun memegang dada nya karena kaget. Gadis itu terkulai lemah di lantai, niatnya ingin istirahat justru malah terkena masalah .

"Kapan? penderitaan ini akan berakhir?" ucap nya sambil menyeka air matanya yang jatuh begitu saja.

Dinda berusaha bangkit, lalu melihat sekeliling, rupanya ada catatan letak buku tersebut, jadi Dinda tidak terlalu bingung meletakkan buku seperti semula, Dinda terus saja menguap tentu saja hari ini sangat melelahkan baginya.

Hingga jam menunjukkan pukul 03 .00 pagi

Dinda baru menyelesaikan tugas nya, gadis itu menghela nafas lega dan segera menidurkan dirinya di lantai, karena sudah sangat mengantuk, Dinda enggan untuk kembali ke kamar, akhirnya tak beberapa lama gadis itu sudah terlelap .

PAGI MENYAPA

Pa Beni masuk ke ruangan tersebut, melihat buku-buku sudah kembali seperti biasanya, pandangan matanya tertuju pada

gadis yang tertidur di lantai, Pa Beni mendekati gadis tersebut dan berjongkok.

"Nona Muda, Nona Muda!"panggil Pa Beni sambil menggoyangkan tubuh gadis tersebut dengan pelan.

Dinda yang merasa ada yang membangunkan nya pun membuka matanya perlahan .

"Pa Beni," gumam Dinda sambil mengucek matanya.

"Nona, kenapa tidur di sini?" tanya Pa Beni dengan heran.

"Saya semalam ketiduran Pa," jawab Dinda sambil berusaha untuk duduk, Pa Beni hanya mengangguk-angguk mengerti.

"Nona, apa Nona tidak ingin sekolah? ini sudah jam setengah tujuh?" tanya Pa Beni sambil menunjuk ke arah jam dinding.

"Tuan muda dia .."

"Dia sudah berangkat dari pagi nona," potong Pa Beni saat Dinda hendak bertanya.

"Oh begitu, terima kasih Pa, sudah membangun kan Saya," ucap Dinda mengangguk mengerti dan segera berdiri .

Pa beni pun hanya mengangguk, mengiyakan sambil membukukan badan nya .

Dinda segera bergegas keluar, lalu masuk ke dalam kamarnya dan segera bergegas ke kamar mandi .

Tak membutuhkan waktu lama, Dinda sudah selesai mandi, lalu segera bersiap untuk memakai pakaian sekolah nya, beberapa saat kemudian Dinda pun sudah rapi dan segera membawa tas nya untuk keluar .

Dinda menuruni anak tangga dengan terburu-buru, sampai lah di depan pintu, langkah nya terhenti ketika ada seseorang memanggil nya .

"Nona Muda bawa ini, Pa Beni sudah menyiapkan untuk Nona," panggil Lina sambil memberikan kotak makanan .

"Ka Lina, terima kasih, sampaikan terima kasih ku juga pada pada Beni," ucap Dinda sambil tersenyum dan menerima makanan yang di berikan oleh Lina, lalu memasukkan makanan tersebut ke dalam tas nya .

Lina pun mengangguk mengiyakan dan mempersilahkan Dinda untuk keluar .

Dinda pun segera bergegas untuk keluar dengan berlari cepat agar bisa mendapatkan angkot dengan cepat.

Tak beberapa lama kemudian akhirnya Dinda pun sudah masuk ke dalam angkot, Dinda berulang kali terus berdoa agar tidak sampai terlambat .

Tak beberapa lama kemudian, setelah beberapa kali naik masuk angkot, akhirnya Dinda sudah sampai di gerbang sekolah nya, benar saja seperti kemarin, pintu gerbang sudah hampir di tutup, Dinda pun segera masuk seperti kemarin setelah satpam tersebut mempersilahkan Dinda untuk masuk .

Dinda pun sudah sampai di dalam kelas nya, Citra dan Daniel menatap Dinda heran, karena sahabatnya lagi-lagi terlambat, belum sempat bertanya Bu guru sudah datang .

"Anak-anak selama pagi," sapa Bu guru sambil berjalan menuju ke arah meja nya.

"Pagi Bu guru," jawab seluruh siswa-siswi kompak.

"Baiklah, kumpulkan PR kemarin yang saya suruh kerjakan," ucap Bu guru pada seluruh siswa siswi .

Semuanya mengumpulkan di meja,namun Dinda baru ingat tugas tersebut, Dinda pun hanya menelan ludahnya sambil menepuk jidatnya sendiri, karena merasa sudah lupa.

"Aduh bisa-bisa nya Aku lupa, Bu Astrid pasti marah," gumam Dinda di dalam hati nya sambil merutuki diri nya sendiri.

Bu Astrid orang yang tidak suka murid yang tidak di siplin, dia tidak segan-segan menghukum murid yang tidak di siplin, hal itu membuat semua murid selalu was-was saat Bu Astrid yang mengajar..

"Dinda mana tugas mu?" tanya Bu Astrid ketika Dinda hanya mematung .

"Maaf Bu, Saya lupa mengerjakan tugas itu," jawab Dinda sambil menunduk, hal itu membuat Bu Astrid heran, Dinda adalah murid yang selalu giat dan di siplin, apa lagi hanya mengerjakan tugas yang tidak terlalu susah .

"Kau boleh keluar, kau harus membersihkan seluruh halaman sekolah ,setelah itu kau berdiri di samping tiang bendera sampai jam pelajaran ku selesai!" tegas Bu Astrid tak bisa di bantah .

Dinda pun keluar tanpa sedikitpun, membantah lalu segera membersihkan halaman sekolah yang cukup luas itu .

Tak beberapa lama kemudian jam istirahat pun sudah tiba.

Dinda yang sudah satu jam berdiri sudah mulai kepanasan, apa lagi terik matahari yang sangat begitu cerah pagi itu .

Dinda kaget saat ada orang yang memayungi nya dari belakang, lalu menoleh dan melihat siapa yang memayungi nya .

"Minum lah, kau pasti haus," ucap pemuda itu sambil menyodorkan sebotol air mineral, membuat Dinda terkejut dengan kehadiran pemuda tersebut.

Dinda hendak menolak, namun pemuda itu terus memaksa menyodorkan minuman tersebut .

"Jangan menolak, kau sangat membutuhkan air," ucap pemuda itu Lagi, membuat Dinda akhirnya pasrah.

Dinda pun akhirnya menerima minuman tersebut, tak beberapa lama kemudian, satu botol sudah habis tak tersisa sedikit pun, membuat pemuda tersebut tersenyum. Dinda yang baru sadar lalu menoleh pemuda tersebut .

"Terima kasih, sebaiknya kau pergi dari sini," ucap Dinda sambil menunduk, mengikis jarak agar tidak terlalu dekat dengan pemuda tersebut .

"Dinda kau kenapa menghindari ku? bahkan kau menunduk? dari kau tidak sedikit pun ingin melihat wajah ku?" tanya Pemuda itu dengan penasaran, Pemuda itu tidak lain tidak bukan adalah Juan.

"Untuk apa? Aku melihat mu?" jawab Dinda dengan acuh memalingkan wajahnya ke sembarang arah.

Sementara seorang gadis yang melihat hal tersebut mengepalkan tangannya menahan amarahnya, namun kedua teman nya berusaha untuk menahan nya karena tidak ingin terjadi keributan.

Berbeda dengan Citra yang melihat tak percaya dengan apa yang di lakukan pemuda tersebut .

"Wah so sweet," ucap Citra sambil tersenyum memegang pipinya karena ikut merasa panas.

"Citra, kau itu harus nya jangan takjub, hentikan pemuda itu, lihat perempuan ular itu, pasti tidak akan tinggal diam. Dinda yang jadi sasarnya," ucap Daniel menyadarkan sahabatnya, Daniel tahu kalo Citra temannya itu selalu terpesona dengan pria tampan sampai kadang lupa dengan tujuan nya .

"Terus, kita harus bagaimana?" tanya Citra yang tidak bisa berpikir .

"Ayo, kita pergi saja, awasi saja perempuan ular itu," ucap Daniel menarik Citra untuk pergi .

Citra pun hanya menurut saja, sementara Dinda dan Juan masih saling diam .

"Dinda, tatap mata ku," ucap Juan sambil memegang bahu Dinda .

"Tidak, sebaiknya kau pergi dari sini, Aku tidak mau terjadi kesalah pahaman lagi," ucap Dinda sambil melepas tangan Juan yang memegang bahunya.

"Maksud mu Angel? Aku sudah putus dari nya," ucap Juan mencoba menjelaskan.

"Aku, tidak peduli, sebaiknya kau jauhi Aku, dari pada nanti saling menyakiti satu sama lain," ucap Dinda panjang lebar .

"Din, setidaknya Aku bisa melihat mata mu itu ,walau hanya sebentar, setiap Aku melihat mata mu, entah mengapa? Aku merasa tenang dan damai," jelas Juan panjang lebar membuat Dinda heran .

Dinda hanya menggeleng masih menunduk .

"Andai kau tau Juan? Aku itu sudah bersuami? Bahkan Aku adalah istri yang tak di anggap," gumam Dinda di dalam hati nya sambil mengingat kehidupan nya.

Akhirnya Juan pun pergi, setelah tahu gadis itu memang tidak menginginkan nya, tapi Juan bukan tipe Pria yang mudah menyerah, apa lagi dengan ketampanan nya yang mampu membuat para gadis memujanya, namun kenapa Dinda berbeda dari gadis lain nya? membuat seorang Juan ingin mendekati gadis tersebut .

Tak beberapa lama kemudian jam pelajaran Bu Astrid sudah selesai, Dinda pun masuk ke kelas nya dengan lelah, apa lagi perut nya yang sedari tadi terus berbunyi karena sedari pagi belum sarapan .

Dinda pun mengambil makanan yang tadi pagi Lina berikan, lalu segera duduk dan menyantap makanan tersebut, Citra dan Daniel yang melihat Dinda sudah masuk ke kelas segera menghampiri sahabat nya itu.

"Tumben kamu kesiangan? dan tidak mengerjakan tugas?" tanya Daniel setelah duduk di depan Dinda, Dinda pun menoleh sahabatnya itu, sementara Citra hanya menunggu sahabatnya menjawab .

"kesiangan, kemarin kelelahan, banyak kerjaan," jawab Dinda singkat padat dan jelas, sambil masih menyantap makanan nya .

"kerjaan apa?" tanya Daniel dengan menyelidik, sementara Citra hanya mengangguk mengerti.

"Kerajaan rumah, pelayan di rumah sedang pulang, jadi Aku mengerjakan semua nya, kamu tahu kan? Bunda ku sibuk di kantor," Bohong Dinda sambil menutupi kegugupannya.

Daniel pun mengangguk mengerti sambil melihat Dinda makan .

"Kalian mau? enak loh," tawar Dinda kepada kedua sahabatnya yang terus melihat nya makan .

"Boleh kalo di izinkan" jawab Daniel sambil tersenyum malu-malu.

Dinda pun menyodorkan makanannya kepada Daniel, Citra pun ikut menyendok makanan tersebut tanpa merasa jijik sedikit pun, apa lagi mereka makannya satu sendok bertiga, itu bagi mereka sudah biasa, karena persahabatan yang sejak kecil mereka jalin hingga sekarang masih sangat erat .

"Enak Din, kamu yang masak?" tanya Daniel menatap Dinda dengan menyelidik. Dinda hanya menggeleng berusaha mencari alasan .

"Itu hanya beli, mana mungkin Aku sempet masak, kamu kan tahu aku kesiangan," bohong Dinda berusaha tersenyum menutup kegugupannya .

Daniel hanya mengangguk mengerti, sementara Citra sudah tahu pasti Dinda berbohong.

"Dia tadi ngapain?" tanya Daniel mengalihkan topik pembicaraan.

"Maksud mu? siapa?" Tanya Dinda tak mengerti .

"Pangeran Modern," celetuk Citra mendahului Daniel, sambil senyum-senyum sendiri .

"Biasa, mendekati ku, Aku tidak menyangka kalau dia bakal melakukan itu," Jawab Dinda dengan santai.

"Lalu? apa yang dia katakan?" tanya Daniel penuh selidik .

"Udah jangan di bahas, Aku males bahasanya," ucap Dinda tidak ingin terjadi masalah, apa lagi melihat sahabatnya terlihat sangat kesal .

Daniel hanya mengangguk, sementara Citra hanya diam tanpa berbicara sedikit pun, gadis itu setiap kali membahas tentang Juan otak nya pasti traveling tidak bisa berpikir sedikit pun .

*****

Jam pelajaran sudah selesai semua siswa-siswi sudah pada keluar untuk pulang, termasuk kelas 3A, B dan C, Dinda masuk di kelas 3A, sementara Juan masuk di kelas 3B, tentu saja meskipun sama-sama kelas 3 mereka beda kelas, jadi tidak sering berinteraksi .

Dinda keluar sendiri seperti biasanya tanpa menunggu kedua sahabatnya, karena mereka beda arah, Dinda yang berjalan dengan santai lagi-lagi ada orang yang menarik nya dengan kasar, kali ini orang itu menarik nya masuk ke dalam toilet . Dinda lagi-lagi kaget siapa yang menarik nya, perempuan yang kemarin menarik nya kini kembali menarik nya lagi .

"Sudah ku peringatan kan berapa kali? kau tidak dengar ya? apa yang menarik dari diri mu, kau sangat kampungan dan jelek!" bentak Angel sambil menyudutkan Dinda ke tembok.

Dinda hanya diam tak sedikit pun menjawab, gadis itu hanya ketakutan, wajahnya sudah di banjiri keringat, apa jika diam gadis itu akan melepaskan nya begitu saja? tentu saja tidak .

"Kenapa diam? jawab Aku!" tanya Angel terus menatap Dinda dengan tatapan tajam.

"Aku tidak tahu dan tak mau tahu, jika kau ingin menyalahkan salah kan saja dirimu sendiri, Aku tidak tertarik dengan kekasih mu," jawab Dinda berusaha berani, meskipun sebenarnya gadis itu tidak cukup berani, entah kenapa tiba-tiba mulutnya bisa berkata seperti itu .

Gadis itu meluap kan amarahnya mendengar jawaban Dinda, lalu mengambil air untuk menyiram Dinda, kedua sahabatnya membantu memegang tangan Dinda, lalu gadis itu menarik rambut Dinda, membuat Dinda hanya pasrah dengan apa yang terjadi.

Baru saja ketiganya menyiram air, namun tiba-tiba ada suara langkah kaki membuat ketiganya gadis menghentikan perbuatan nya .

"Ada langkah kaki," ucap kedua sahabatnya .

"Ingat, kali ini kau selamat, tapi jika kau tidak mendengar kan kata-kata ku, jangan harap kau masih bisa menginjakkan kaki mu di sekolah ini," ucap Angel sambil mendorong Dinda lalu segera bergegas keluar dari toilet itu.

Sepasang mata seorang pemuda yang melihat ke tiga wanita itu marah, langsung segera bergegas masuk melihat siapa yang habis mereka marahi .

Pemuda itu melihat Dinda yang sedang terduduk di lantai kamar mandi segera menolong gadis tersebut .

"Kau tidak papa?" tanya pemuda tersebut dengan khawatir.

Dinda menoleh berusaha bangun dan melihat siapa pemuda itu .

"Juan," gumam Dinda saat melihat pemuda itu .

Dinda berusaha ingin pergi namun pemuda itu memegang tangan Dinda .

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Mira kader Mira

Mira kader Mira

kenapa penderitan dinda belum berakhir

2022-06-12

1

lihat semua
Episodes
1 Perjanjian
2 Pengantin Pengganti
3 Tugas Di Hari Pertama
4 Di Jadikan Pelayan
5 Ternyata Tidak Seperti Yang Di Pikir Kan
6 Kembali Sekolah
7 Lupa Waktu
8 Hukuman
9 Membuat Bekal Untuk Tuan Galak
10 Selalu Di Salahkan
11 Lupa Mengerjakan Tugas
12 Jelek Dan Kampungan
13 Berubah Menjadi Cantik
14 Acara Kolega Bisnis
15 Tidak Bisa Berkutik
16 Pertengkaran Keluarga Argadinata
17 Sikap Tegas Juan
18 Keberanian Dinda
19 Ternyata Hanya Mimpi
20 Kemarahan Clara
21 Kenapa Naik Angkot?
22 Penyesalan Clara
23 Wanita Tak Tahu Malu
24 Menantu Yang Tak Di Anggap
25 Semuanya Sama Saja, Matre
26 Habis Jatuh Tertimpa Tangga Pula
27 Kekepoan Dua Sahabat
28 Demam
29 Kembali Sekolah
30 Amanda Meminta Maaf
31 Kartu Tanpa Batas
32 Sisi Lain Fikram
33 Sikap Aneh Tuan Galak
34 Obsesi Clara
35 Amanda Yang Selalu Membela
36 Napas Buatan Dan Ciuman Itu Beda
37 Pernyataan Cinta Juan
38 Rencana Licik Stella Dan Clara
39 Kemarahan Devit Dan Farel
40 Bunga Mawar Putih
41 Terlalu Berharap Lebih
42 Masa Lalu Farel
43 episode 43
44 episode 44
45 episode 45
46 episode 46
47 episode 47
48 episode 48
49 episode 49
50 episode 50
51 episode 51
52 episode 52
53 episode 53
54 episode 54
55 episode 55
56 episode 56
57 episode 57
58 episode 58
59 episode 59
60 episode 60
61 episode 61
62 episode 62
63 episode 63
64 episode 64
65 episode 65
66 episode 66
67 episode 67
68 episode 68
69 episode 69
70 episode 70
71 episode 71
72 episode 72
73 episode 73
74 episode 74
75 episode 75
76 episode 76
77 episode 77
78 episode 78
79 episode 79
80 episode 80
81 episode 81
82 episode 82
83 episode 83
84 episode 84
85 episode 85
86 episode 86
87 episode 87
88 episode 88
89 episode 89
90 episode 90
91 episode 91
92 episode 92
93 episode 93
94 episode 94
95 episode 95
96 episode 96 Visual author
97 episode 97
98 episode 98
99 episode 99
100 episode 100
101 episode 101
102 episode 102
103 episode 103
104 episode 104
105 episode 105
106 episode 106
107 episode 107
108 episode 108
109 episode 109
110 episode 110
111 episode 111
112 episode 112
113 episode 113
114 episode 114
115 episode 115
116 episode 116
117 episode 117
118 episode 118
119 episode 119
120 episode 120
121 episode 121
122 episode 122 21+
123 episode 123
124 episode 124
125 episode 125
126 episode 126
127 episode 127
128 episode 128
129 episode 129
130 episode 130
131 episode 131
132 episode 132
133 episode 133
134 episode 134
135 Tingkah aneh Dinda
136 Cerita Farel
137 Sisi lain Dinda
138 Kejadian tak terduga
139 Pulang ke Indonesia
140 Kedatangan tamu
141 Kecemburuan yang berujung malu
142 Rasa iri itu pasti ada
143 Kejutan untuk Bunda
144 Perasaan dokter Aldo
145 Sarapan pagi yang memalukan
146 Perdebatan Dinda Vs Devit
147 Perdebatan dokter kandungan vs Farel
148 Triple Date
149 Triple Date Konyol
150 Akhir dari persahabatan
151 Kegalauan Dinda
152 Menjelang Hari kelahiran
153 Persatuan Keluarga
154 Konferensi Pers
155 Gara-gara Perawan atau Janda
156 Tragedi Yang berujung kencan
157 Kisah Masa Lalu Devit
158 Extra Part Anjani Devit
159 Anjani Vs Stella
160 Kejujuran Yang Selama Ini Di Pendam
161 Izin Yang Tertunda
162 Kekhawatiran Farel
163 Menjadi Pengasuh
164 Penderitaan Kedua Ayah
165 Ayah Siaga
166 Kejadian Tak Terduga
167 Kesedihan Farel
168 Keajaiban
169 Birthday Darel
170 Lamaran Tak Terduga
171 Gara-gara Hujan
172 Pernikahan Kedua Mempelai (Happy Ending)
173 Terimakasih Author
Episodes

Updated 173 Episodes

1
Perjanjian
2
Pengantin Pengganti
3
Tugas Di Hari Pertama
4
Di Jadikan Pelayan
5
Ternyata Tidak Seperti Yang Di Pikir Kan
6
Kembali Sekolah
7
Lupa Waktu
8
Hukuman
9
Membuat Bekal Untuk Tuan Galak
10
Selalu Di Salahkan
11
Lupa Mengerjakan Tugas
12
Jelek Dan Kampungan
13
Berubah Menjadi Cantik
14
Acara Kolega Bisnis
15
Tidak Bisa Berkutik
16
Pertengkaran Keluarga Argadinata
17
Sikap Tegas Juan
18
Keberanian Dinda
19
Ternyata Hanya Mimpi
20
Kemarahan Clara
21
Kenapa Naik Angkot?
22
Penyesalan Clara
23
Wanita Tak Tahu Malu
24
Menantu Yang Tak Di Anggap
25
Semuanya Sama Saja, Matre
26
Habis Jatuh Tertimpa Tangga Pula
27
Kekepoan Dua Sahabat
28
Demam
29
Kembali Sekolah
30
Amanda Meminta Maaf
31
Kartu Tanpa Batas
32
Sisi Lain Fikram
33
Sikap Aneh Tuan Galak
34
Obsesi Clara
35
Amanda Yang Selalu Membela
36
Napas Buatan Dan Ciuman Itu Beda
37
Pernyataan Cinta Juan
38
Rencana Licik Stella Dan Clara
39
Kemarahan Devit Dan Farel
40
Bunga Mawar Putih
41
Terlalu Berharap Lebih
42
Masa Lalu Farel
43
episode 43
44
episode 44
45
episode 45
46
episode 46
47
episode 47
48
episode 48
49
episode 49
50
episode 50
51
episode 51
52
episode 52
53
episode 53
54
episode 54
55
episode 55
56
episode 56
57
episode 57
58
episode 58
59
episode 59
60
episode 60
61
episode 61
62
episode 62
63
episode 63
64
episode 64
65
episode 65
66
episode 66
67
episode 67
68
episode 68
69
episode 69
70
episode 70
71
episode 71
72
episode 72
73
episode 73
74
episode 74
75
episode 75
76
episode 76
77
episode 77
78
episode 78
79
episode 79
80
episode 80
81
episode 81
82
episode 82
83
episode 83
84
episode 84
85
episode 85
86
episode 86
87
episode 87
88
episode 88
89
episode 89
90
episode 90
91
episode 91
92
episode 92
93
episode 93
94
episode 94
95
episode 95
96
episode 96 Visual author
97
episode 97
98
episode 98
99
episode 99
100
episode 100
101
episode 101
102
episode 102
103
episode 103
104
episode 104
105
episode 105
106
episode 106
107
episode 107
108
episode 108
109
episode 109
110
episode 110
111
episode 111
112
episode 112
113
episode 113
114
episode 114
115
episode 115
116
episode 116
117
episode 117
118
episode 118
119
episode 119
120
episode 120
121
episode 121
122
episode 122 21+
123
episode 123
124
episode 124
125
episode 125
126
episode 126
127
episode 127
128
episode 128
129
episode 129
130
episode 130
131
episode 131
132
episode 132
133
episode 133
134
episode 134
135
Tingkah aneh Dinda
136
Cerita Farel
137
Sisi lain Dinda
138
Kejadian tak terduga
139
Pulang ke Indonesia
140
Kedatangan tamu
141
Kecemburuan yang berujung malu
142
Rasa iri itu pasti ada
143
Kejutan untuk Bunda
144
Perasaan dokter Aldo
145
Sarapan pagi yang memalukan
146
Perdebatan Dinda Vs Devit
147
Perdebatan dokter kandungan vs Farel
148
Triple Date
149
Triple Date Konyol
150
Akhir dari persahabatan
151
Kegalauan Dinda
152
Menjelang Hari kelahiran
153
Persatuan Keluarga
154
Konferensi Pers
155
Gara-gara Perawan atau Janda
156
Tragedi Yang berujung kencan
157
Kisah Masa Lalu Devit
158
Extra Part Anjani Devit
159
Anjani Vs Stella
160
Kejujuran Yang Selama Ini Di Pendam
161
Izin Yang Tertunda
162
Kekhawatiran Farel
163
Menjadi Pengasuh
164
Penderitaan Kedua Ayah
165
Ayah Siaga
166
Kejadian Tak Terduga
167
Kesedihan Farel
168
Keajaiban
169
Birthday Darel
170
Lamaran Tak Terduga
171
Gara-gara Hujan
172
Pernikahan Kedua Mempelai (Happy Ending)
173
Terimakasih Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!