Keberanian Dinda

SETELAH BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Dinda sudah sampai di depan rumah nya, Dinda segera masuk ke dalam setelah gerbang di buka, rupanya Stella sudah berada di depan pintu,membuka kan pintu dengan melipat tangan di dada nya .

"Dasar gadis kampung, semalam kau ngapain saja bersama kakak?" tanya nya dengan menatap tajam gadis di hadapannya .

Dinda melihat ke arah Stella menatap gadis itu dengan tersenyum .

"Kenapa? Nona, kepo sekali dengan ku?" ucap Dinda bertanya balik tanpa sedikitpun ingin menjawab pertanyaan Stella.

"Kau beraninya!" hardik Stella hendak menampar Dinda karena merasa kesal, namun Dinda terlebih dulu menangkap tangan Stella, entah keberanian dari mana gadis itu tidak sedikit pun takut dengan Stella .

"Jangan mencari gara-gara Nona," ujarnya dengan tersenyum tipis, hal itu membuat Stella semakin marah .

"Kau yang mulai duluan!" tuduh Stella balik sambil menunjuk gadis di hadapannya itu.

"Aku, bukan nya Anda Nona, yang lebih duluan?" balas Dinda tak mau kalah .

"Dasar gadis kampung, ngga tau diri, beraninya melawan ku? kau pikir kau siapa? haaah!" hardik Stella sambil menatap tajam gadis di hadapannya itu karena merasa sangat begitu kesal di buatnya.

"Aku, Adinda Amaliya, gadis kampungan tapi tidak ada satu orang pun yang boleh menindas ku, termasuk Anda, Nona Stella," jawab Dinda sambil tersenyum getir .

Dinda terus saja berani, entah mengapa keberanian itu muncul tiba-tiba .

"Cih, Ha-Ha-Ha.... sebentar lagi pasti kau akan di tendang dari sisi kakak ku," cibir Stella sambil berkacak pinggang lalu tertawa jahat ke arah Dinda.

"Oya, sepercaya diri itu Nona? adik jahat mana sih? yang mendoakan Kakaknya menjadi duda, di saat menikah baru beberapa hari," ucap Dinda dengan santai menatap Stella sambil geleng-geleng kepala.

"Kau, berani berkata itu pada ku!" Stella sangat marah kepada Dinda, Stella hendak menarik rambut Dinda, namun gadis itu langsung segera menyusup masuk ke dalam dan menyeret kakinya yang masih sakit .

Kejadian itu tak luput dari Pa Beni yang segera merekam apa yang mereka katakan, Dinda segera menaiki anak tangga walaupun kakinya masih sakit, lalu segera mengunci kamar nya.

"Gadis sialan! buka pintu nya!" teriak Stella dengan marah sambil menggedor-gedor pintu.

Dinda yang berada di balik pintu, menghela nafas panjang, lalu mendudukkan dirinya di lantai, bersandar di pintu, tak memperdulikan teriakan Stella yang terus menggedor-gedor pintu dengan kerasnya.

"Aku, tidak menyangka bisa berkata seberani itu padanya?" gumamnya tak percaya dengan apa yang di lakukan nya .

MALAM HARI NYA

Dinda yang ketiduran di depan pintu pun terbangun, saat ada seseorang yang menggedor-gedor pintu. Dinda membuka matanya perlahan, lalu segera bangun dan membuka pintu, Pa Beni berdiri tegap di depan pintu .

"Nona, Tuan Muda, dia dari tadi menunggu anda di ruangan kerja nya," jelas Pa Beni panjang lebar, Dinda membulatkan matanya sempurna, saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 07,00 Malam, berarti sudah berapa lama dia tertidur di depan pintu? Dinda segera mengikuti Pa Beni dengan masih mengenakan seragam nya .

Pintu sudah di buka Dinda segera masuk sementara Pa Beni pun pamit untuk keluar.Dinda sudah masuk dengan menunduk tanpa sedikitpun ingin menatap wajah pria yang berstatus suami nya itu.

"Apa yang kau lakukan di kamar? sampai kau beraninya mengunci kamar!" tanya Farel menatap tajam ke arah Dinda .

"Maaf Tuan, Saya ketiduran saat pulang sekolah," jawab Dinda masih menunduk .

"Jadi kau belum mandi?" tanya Farel melihat Dinda masih memakai pakaian sekolah nya. Dinda jadi merasa takut mundur beberapa langkah, saat Farel mulai mendekat. Farel terus saja mendekat membuat Dinda terus mundur, hingga mentok ke tembok . Dinda menutup matanya dengan takut, jika pria itu akan membunuh nya atau semacamnya .

"Apa kau takut? jika aku menjadi duda?" tanya Farel tiba-tiba, membuat Dinda membuka matanya, Dinda bengong dengan apa yang Farel katakan, kenapa pria itu bisa tahu?

tentang percakapan nya dengan adik nya .

"Kenapa kau hanya diam? tidak berbicara, apa kau tidak ingin mengatakan sesuatu pada ku?" tanya Farel dengan seringai jahatnya . Hal itu membuat nyali Dinda menciut.

"Apa yang harus Saya katakan Tuan?" jawab Dinda dengan takut, jantung nya sudah tak beraturan .

"Apa perlu? Aku yang mengatakan semua nya," ujar Farel dengan seringai jahatnya, lalu maju lagi ke arah Dinda, namun Dinda tidak bisa sedikit pun untuk mundur, karena sudah mentok ke tembok .

Dinda menghela nafas panjang, berusaha menenangkan jantung nya yang tak beraturan .

"Jantung, jangan berdetak begitu kencang? kalau begini, Aku bisa pingsan," gumam Dinda yang terdengar jelas oleh Farel .

"Apa yang kau katakan, cepat katakan!" ujar Farel lagi dengan menatap tajam, membuat Dinda berusaha berani dan menarik nafasnya panjang .

"Kenapa Tuan ingin mendengar apa yang saya katakan? Saya takut Tuan akan menolak, apa yang saya katakan," jawab Dinda berusaha tenang .

Hal itu membuat Farel mengangkat sebelah alisnya dengan bingung, niat ingin mengerjai gadis di hadapannya malah gagal .

"Katakan saja," jawab nya singkat.

"Saya tidak takut, jika anda menjadi duda, tapi yang Saya takuti adalah diri Saya sendiri, yang sudah berstatus janda tapi masih perawan," jawab Dinda panjang lebar sambil menunduk .

"Kau berani berharap menjadi janda? jangan mimpi, kau bisa lepas dari ku!" ucap Farel dengan meninggi entah mengapa merasa tidak terima.

"Tuan, kenapa anda marah? Saya hanya menjawab apa yang anda katakan, Tuan seburuk apapun Anda memperlakukan saya, menganggap Saya hanya pelayan. tapi di mata hukum dan agama, Tuan tetap lah suami Saya suami yang harus di jaga aibnya," jelas Dinda panjang lebar, membuat Farel tak percaya dengan penuturan gadis kecil di hadapannya ini .

Beberapa saat kemudian, mereka berdua pun hanya diam. Dinda yang baru sadar segera membuka pintu Dan keluar .

"Permisi Tuan, Saya mandi dulu," pamit nya langsung membuka pintu dan keluar dari ruang itu. lalu segera berjalan ke kamarnya menuju walk in closet, untuk mengambil handuk dan meletakkan tas sekolah nya .

Setelah itu Dinda segera bergegas ke kamar mandi. Dinda merendam tubuh nya sambil sesekali memejamkan mata nya, Pikiran nya terus bertanya- tanya, mengingat kejadian tadi kenapa bisa dirinya berkata seberani itu .

Sementara Farel terus memikirkan apa yang gadis itu katakan, lalu segera bergegas ke kamar nya . Farel duduk di sofa sambil menyenderkan kepalanya yang terasa pusing dengan semua hal yang terjadi pada diri nya .

Tak beberapa lama kemudian, Dinda keluar dari kamar mandi, melihat Farel menyenderkan kepalanya di sofa. Farel yang melihat Dinda keluar dari kamar mandi, segera menoleh ke arah Dinda yang sudah berlari kecil menuju ke walk in closet

"Dasar gadis kecil" gumamnya di dalam hati sambil geleng-geleng kepala.

BEBERAPA LAMA KEMUDIAN

Setelah menyelesaikan tugas nya, Dinda dan Farel pun turun untuk makan malam, meski sedikit telat, karena jam sudah menunjukkan pukul 20.10, semua nya sudah pada kumpul di meja makan. Dinda berjalan dengan mengikuti Farel dari belakang. Dinda melihat Stella yang menatap nya dengan tajam, itu pun tak luput dari pandangan Farel. Farel terlebih dahulu duduk di samping Stella membuat semua nya heran dengan Farel .

"Ku duduk di sini saja!" perintah Farel menunjuk kursi yang biasa di duduki nya, yang letaknya di samping Amanda, saat Dinda hendak duduk .

Semua orang hanya diam saja, melihat interaksi ke duanya tanpa sedikitpun menyapa, karena masalah tadi pagi masih jadi masalah, tapi keluarga itu masih tetap makan malam bersama, meski pun masih perang dingin. Semuanya makan tanpa ada sedikit pun suara, hanya suara sendok yang terdengar, hingga selesai makan Farel dan Dinda pun langsung kembali ke kamar nya setelah selesai makan, begitu juga dengan yang lain nya .

Farel hanya diam tak sedikit pun berbicara saat Dinda baru ingat untuk mengganti sprei, setelah mengganti sprei, gadis itu pun langsung berganti pakaian dan menyikat gigi nya. setelah itu segera mengambil tempat yang biasa untuk tidur.

Dinda mengambil beberapa buku untuk belajar, sementara Farel hanya diam tak sedikit pun berbicara, sambil melanjutkan beberapa pekerjaan nya di laptop, hingga dering ponsel Dinda membuat gadis itu melihat siapa yang menelpon nya, Dinda membulat kan mata sempurna saat nama Juan ada di sana, karena tadi siang Juan memaksa meminta nomor telepon nya .

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

🤗🤗

🤗🤗

pantesan baunya nyampe sini

2022-09-22

0

🤗🤗

🤗🤗

good dinda

2022-09-22

1

🤗🤗

🤗🤗

mau tau saja

2022-09-22

0

lihat semua
Episodes
1 Perjanjian
2 Pengantin Pengganti
3 Tugas Di Hari Pertama
4 Di Jadikan Pelayan
5 Ternyata Tidak Seperti Yang Di Pikir Kan
6 Kembali Sekolah
7 Lupa Waktu
8 Hukuman
9 Membuat Bekal Untuk Tuan Galak
10 Selalu Di Salahkan
11 Lupa Mengerjakan Tugas
12 Jelek Dan Kampungan
13 Berubah Menjadi Cantik
14 Acara Kolega Bisnis
15 Tidak Bisa Berkutik
16 Pertengkaran Keluarga Argadinata
17 Sikap Tegas Juan
18 Keberanian Dinda
19 Ternyata Hanya Mimpi
20 Kemarahan Clara
21 Kenapa Naik Angkot?
22 Penyesalan Clara
23 Wanita Tak Tahu Malu
24 Menantu Yang Tak Di Anggap
25 Semuanya Sama Saja, Matre
26 Habis Jatuh Tertimpa Tangga Pula
27 Kekepoan Dua Sahabat
28 Demam
29 Kembali Sekolah
30 Amanda Meminta Maaf
31 Kartu Tanpa Batas
32 Sisi Lain Fikram
33 Sikap Aneh Tuan Galak
34 Obsesi Clara
35 Amanda Yang Selalu Membela
36 Napas Buatan Dan Ciuman Itu Beda
37 Pernyataan Cinta Juan
38 Rencana Licik Stella Dan Clara
39 Kemarahan Devit Dan Farel
40 Bunga Mawar Putih
41 Terlalu Berharap Lebih
42 Masa Lalu Farel
43 episode 43
44 episode 44
45 episode 45
46 episode 46
47 episode 47
48 episode 48
49 episode 49
50 episode 50
51 episode 51
52 episode 52
53 episode 53
54 episode 54
55 episode 55
56 episode 56
57 episode 57
58 episode 58
59 episode 59
60 episode 60
61 episode 61
62 episode 62
63 episode 63
64 episode 64
65 episode 65
66 episode 66
67 episode 67
68 episode 68
69 episode 69
70 episode 70
71 episode 71
72 episode 72
73 episode 73
74 episode 74
75 episode 75
76 episode 76
77 episode 77
78 episode 78
79 episode 79
80 episode 80
81 episode 81
82 episode 82
83 episode 83
84 episode 84
85 episode 85
86 episode 86
87 episode 87
88 episode 88
89 episode 89
90 episode 90
91 episode 91
92 episode 92
93 episode 93
94 episode 94
95 episode 95
96 episode 96 Visual author
97 episode 97
98 episode 98
99 episode 99
100 episode 100
101 episode 101
102 episode 102
103 episode 103
104 episode 104
105 episode 105
106 episode 106
107 episode 107
108 episode 108
109 episode 109
110 episode 110
111 episode 111
112 episode 112
113 episode 113
114 episode 114
115 episode 115
116 episode 116
117 episode 117
118 episode 118
119 episode 119
120 episode 120
121 episode 121
122 episode 122 21+
123 episode 123
124 episode 124
125 episode 125
126 episode 126
127 episode 127
128 episode 128
129 episode 129
130 episode 130
131 episode 131
132 episode 132
133 episode 133
134 episode 134
135 Tingkah aneh Dinda
136 Cerita Farel
137 Sisi lain Dinda
138 Kejadian tak terduga
139 Pulang ke Indonesia
140 Kedatangan tamu
141 Kecemburuan yang berujung malu
142 Rasa iri itu pasti ada
143 Kejutan untuk Bunda
144 Perasaan dokter Aldo
145 Sarapan pagi yang memalukan
146 Perdebatan Dinda Vs Devit
147 Perdebatan dokter kandungan vs Farel
148 Triple Date
149 Triple Date Konyol
150 Akhir dari persahabatan
151 Kegalauan Dinda
152 Menjelang Hari kelahiran
153 Persatuan Keluarga
154 Konferensi Pers
155 Gara-gara Perawan atau Janda
156 Tragedi Yang berujung kencan
157 Kisah Masa Lalu Devit
158 Extra Part Anjani Devit
159 Anjani Vs Stella
160 Kejujuran Yang Selama Ini Di Pendam
161 Izin Yang Tertunda
162 Kekhawatiran Farel
163 Menjadi Pengasuh
164 Penderitaan Kedua Ayah
165 Ayah Siaga
166 Kejadian Tak Terduga
167 Kesedihan Farel
168 Keajaiban
169 Birthday Darel
170 Lamaran Tak Terduga
171 Gara-gara Hujan
172 Pernikahan Kedua Mempelai (Happy Ending)
173 Terimakasih Author
Episodes

Updated 173 Episodes

1
Perjanjian
2
Pengantin Pengganti
3
Tugas Di Hari Pertama
4
Di Jadikan Pelayan
5
Ternyata Tidak Seperti Yang Di Pikir Kan
6
Kembali Sekolah
7
Lupa Waktu
8
Hukuman
9
Membuat Bekal Untuk Tuan Galak
10
Selalu Di Salahkan
11
Lupa Mengerjakan Tugas
12
Jelek Dan Kampungan
13
Berubah Menjadi Cantik
14
Acara Kolega Bisnis
15
Tidak Bisa Berkutik
16
Pertengkaran Keluarga Argadinata
17
Sikap Tegas Juan
18
Keberanian Dinda
19
Ternyata Hanya Mimpi
20
Kemarahan Clara
21
Kenapa Naik Angkot?
22
Penyesalan Clara
23
Wanita Tak Tahu Malu
24
Menantu Yang Tak Di Anggap
25
Semuanya Sama Saja, Matre
26
Habis Jatuh Tertimpa Tangga Pula
27
Kekepoan Dua Sahabat
28
Demam
29
Kembali Sekolah
30
Amanda Meminta Maaf
31
Kartu Tanpa Batas
32
Sisi Lain Fikram
33
Sikap Aneh Tuan Galak
34
Obsesi Clara
35
Amanda Yang Selalu Membela
36
Napas Buatan Dan Ciuman Itu Beda
37
Pernyataan Cinta Juan
38
Rencana Licik Stella Dan Clara
39
Kemarahan Devit Dan Farel
40
Bunga Mawar Putih
41
Terlalu Berharap Lebih
42
Masa Lalu Farel
43
episode 43
44
episode 44
45
episode 45
46
episode 46
47
episode 47
48
episode 48
49
episode 49
50
episode 50
51
episode 51
52
episode 52
53
episode 53
54
episode 54
55
episode 55
56
episode 56
57
episode 57
58
episode 58
59
episode 59
60
episode 60
61
episode 61
62
episode 62
63
episode 63
64
episode 64
65
episode 65
66
episode 66
67
episode 67
68
episode 68
69
episode 69
70
episode 70
71
episode 71
72
episode 72
73
episode 73
74
episode 74
75
episode 75
76
episode 76
77
episode 77
78
episode 78
79
episode 79
80
episode 80
81
episode 81
82
episode 82
83
episode 83
84
episode 84
85
episode 85
86
episode 86
87
episode 87
88
episode 88
89
episode 89
90
episode 90
91
episode 91
92
episode 92
93
episode 93
94
episode 94
95
episode 95
96
episode 96 Visual author
97
episode 97
98
episode 98
99
episode 99
100
episode 100
101
episode 101
102
episode 102
103
episode 103
104
episode 104
105
episode 105
106
episode 106
107
episode 107
108
episode 108
109
episode 109
110
episode 110
111
episode 111
112
episode 112
113
episode 113
114
episode 114
115
episode 115
116
episode 116
117
episode 117
118
episode 118
119
episode 119
120
episode 120
121
episode 121
122
episode 122 21+
123
episode 123
124
episode 124
125
episode 125
126
episode 126
127
episode 127
128
episode 128
129
episode 129
130
episode 130
131
episode 131
132
episode 132
133
episode 133
134
episode 134
135
Tingkah aneh Dinda
136
Cerita Farel
137
Sisi lain Dinda
138
Kejadian tak terduga
139
Pulang ke Indonesia
140
Kedatangan tamu
141
Kecemburuan yang berujung malu
142
Rasa iri itu pasti ada
143
Kejutan untuk Bunda
144
Perasaan dokter Aldo
145
Sarapan pagi yang memalukan
146
Perdebatan Dinda Vs Devit
147
Perdebatan dokter kandungan vs Farel
148
Triple Date
149
Triple Date Konyol
150
Akhir dari persahabatan
151
Kegalauan Dinda
152
Menjelang Hari kelahiran
153
Persatuan Keluarga
154
Konferensi Pers
155
Gara-gara Perawan atau Janda
156
Tragedi Yang berujung kencan
157
Kisah Masa Lalu Devit
158
Extra Part Anjani Devit
159
Anjani Vs Stella
160
Kejujuran Yang Selama Ini Di Pendam
161
Izin Yang Tertunda
162
Kekhawatiran Farel
163
Menjadi Pengasuh
164
Penderitaan Kedua Ayah
165
Ayah Siaga
166
Kejadian Tak Terduga
167
Kesedihan Farel
168
Keajaiban
169
Birthday Darel
170
Lamaran Tak Terduga
171
Gara-gara Hujan
172
Pernikahan Kedua Mempelai (Happy Ending)
173
Terimakasih Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!