Tugas Di Hari Pertama

Di sebuah pesta tampak seorang pemuda sedang memukuli banyak orang, dengan tak ampun .

"Hentikan Farel, kau bisa membuat nya mati," ucap Fikram kepada putranya .

"Hahaha .... " Farel Tertawa tawa yang cukup mengerikan.

"Kenapa kau takut? mereka-mereka mati? Haaah!" tanya Farel dengan meninggi, menatap tajam pada Papanya .

Itu kebiasaan Farel saat sedang marah yang aneh menurut Papanya, menyuruh Devit untuk mencari orang, yang siap di pukuli dan di bayar .

"Papa hanya ngga ingin kau seperti ini terus, Papa mohon, hentikan! " ucap Fikram memegang tangan Farel .

"Lepas! kau cukup diam dan jangan banyak bicara, sebentar lagi Aku masih asik bermain dengan mereka," ketus Farel dengan tersenyum seringai, langsung menepis tangan Papanya yang memegangnya, membuat Fikram akhirnya mengalah dan kembali Duduk.

Sementara Devit masih setia berdiri tidak jauh dari Farel pria itu hanya menjadi penonton saja. Begitu pula dengan Mama dan kedua Adik Farel, mereka juga duduk diam tanpa banyak bicara, mereka tau bicara pun percuma .

Setelah beberapa saat kemudian, setelah merasa lelah Farel Duduk di samping Papanya, mengambil minuman dan menikmati pesta.

Berbeda dengan Devit yang mengurus para pria tadi, yang di pukuli dan di bawa ke rumah sakit. mereka menikmati pesta di ke indahan malam hingga menjelang tengah malam .

DI sisi lain

Dinda yang melamun tersadar kalo dirinya sudah sampai di sebuah halaman cukup luas .

"Nona, Ayo, biar saya antar," ucap supir tersebut setelah membukakan pintu mobil .

Dinda pun turun dan melepas high heels yang di pakai, karena merasa kesusahan saat berjalan .

Dinda mengikuti supir tersebut sambil menenteng kedua high heels dan tangan satunya memegang gaun nya, sambil sesekali menatap takjub bangunan yang seperti istana itu.

"Waw, mimpi apa nyata ini? melihat istana? rasanya seperti mimpi," gumam Dinda di dalam hatinya .

Kini Dinda sudah sampai di depan pintu, seorang pelayan menyambut di depan pintu.

"Selamat datang Nona muda, saya pelayan di sini, nama Saya Lina, Nona bisa memanggil saya sesuka hati nona," ucap pelayan itu ramah, sambil melihat Dinda heran karena menurutnya sangat aneh, apa lagi saat melihat Dinda menenteng high heels nya .

Dinda pun tersenyum kikuk menatap pelayan tersebut .

"Jangan panggil Aku Nona, panggil saja Aku Dinda" jawab Dinda sambil tersenyum .

"Ayo, ikut saya Nona, biar saya bantu bawa sepatu nya nona, sepertinya nona kesulitan saat berjalan," ucap pelayan itu tanpa menjawab perkataan Dinda.

Pelayan tersebut membantu dinda menaiki anak tangga, mengantarkan Dinda sampai di sebuah pintu kamar.

Dinda yang berjalan mengikuti pelayan pun menatap takjub melihat semua ruangan, namun yang membuat nya heran rumah tersebut terlihat sangat sepi entah dimana penghuni rumah tersebut.

Pelayan membukakan pintu tersebut, mempersilahkan Dinda untuk masuk, Dinda yang cukup kewalahan berusaha berjalan masuk ke dalam.

Lagi-lagi Dinda di buat takjub, dengan isi ruangan tersebut. Lina menunjukkan beberapa ruangan dan mengajak Dinda ke ruangan walk in closet .

"Nona, di sini ada pakaian, Nona bisa memakai nya sesuka hati nona," jelas Lina menunjukkan sebuah lemari pakaian.

Dinda diam masih melihat-lihat ruangan tersebut, sepatu yang berjajar rapi tempat rias juga ada, dan beberapa Lemari besar berjejer di dalam nya .

"Nona, anda mendengar saya?" panggil Lina lagi menyadarkan Dinda dari lamunannya.

"Eh iya, semua isi lemari ini punya saya?" tanya Dinda menyadarkan dirinya dari keterkejutan nya, lalu menatap isi lemari yang terlihat pakaian sangat begitu rapi.

"Iya Nona, Saya hanya menjalankan tugas," jawab Lina dengan singkat .

"Oh iya, terima kasih" ucap Dinda mengangguk mengerti.

"Ayo, Nona, saya antar ke kamar mandi." Lina mengajak Dinda keluar dari ruangan tersebut, membuat Dinda mengikuti saja tanpa banyak bertanya. Lina menunjukkan letak kamar mandi yang ada di samping tempat tadi, Dan menyalakan air lalu menaruh aroma terapi untuk Dinda mandi. Dinda hanya melihat saja sambil memperhatikan cara pelayan tersebut bekerja.

"Airnya, sudah siap Nona, Ayo biar saya bantu," ucap Lina setelah selesai dengan tugasnya dan hendak membantu Dinda, yang terlihat masih terbengong.

"Tidak usah, Saya bisa mandi sendiri, bisakah lepaskan ini?" ucap Dinda menunjuk resleting bagian belakang gaun nya .

"Oh, baik Nona," jawab Lina segera membantu Dinda .

"Terima kasih, Ka Lina boleh keluar," perintah Dinda sambil tersenyum tipis menunjuk ke arah pintu.

"Tapi Nona, Saya harus membantu Nona, dan Nona kenapa? memanggil saya ka?" jawab Lina dengan ekspresi wajah bingung.

"Pertama, Saya tidak biasa di layani, kedua Saya senang memanggil Ka, sepertinya kita bisa berteman," jelas Dinda panjang lebar sambil tersenyum senang .

"Berteman? mana mungkin Nona? Saya hanya pelayan? " jawab Lina dengan ketakutan. .

"Sama saja, ya sudah kalo begitu, ka Lina boleh keluar dan istirahat, terima kasih, dan maaf sudah merepotkan," ucap Dinda tanpa sedikitpun memperdulikan perkataan pelayan tersebut.

"Tidak, Nona, ini sudah tugas Saya. Baiklah kalo begitu Saya keluar, " pamit Lina segera keluar dari ruangan tersebut. dengan wajah yang heran.

"Sepertinya Nona muda sangat baik? bahkan sangat lembut, berbeda sekali dengan nona-nona yang aku kenal, sombong dan arogan," gumam Lina di dalam hati dan segera menuruni anak tangga .

Baru saja Lina sampai di bawah sudah dikagetkan dengan kehadiran seseorang yang terlihat sedang menunggu nya.

"Pa Beni, Anda mengagetkan saya," ucap lina memegang dadanya karena merasa terkejut.

"Bagaimana ? apa kau sudah menjalankan tugas mu dengan baik? ku harap kau tidak melakukan kesalahan?" Tanya Pa Beni yang merupakan kepala pelayan, tanpa sedikitpun memperdulikan keterkejutan Lina.

"Su-sudah Pa, Saya sudah menjalankan tugas dengan baik," jawab Lina dengan terbata-bata .

"Baiklah, kau boleh istirahat," perintah Pa Beni mempersilahkan Lina untuk istirahat, Lina pun pergi dengan lega karena tidak di tanya macam-macam.

Sementara Dinda yang berada di kamar mandi segera membersihkan tubuhnya yang menurutnya sangat lengket .

Tak beberapa lama, Dinda pun sudah memakai pakaian tidur nya dan segera menatap tempat tidur dengan ragu, lalu menaiki tempat tidur tanpa melihat sekeliling karena badannya sudah sangat lelah. Pukul 23.00 Dinda pun sudah terlelap.

Jam menunjukkan pukul 01 .00 dini hari, Mobil yang di kendarai seluruh anggota keluarga, sudah masuk ke halaman rumah.

Devit sigap turun membukakan pintu untuk Tuanya, bersamaan dengan mobil yang lain juga pada turun .

"Kau pulang saja, tidak usah membantu ku," ucap Farel menyuruh Devit untuk pulang .

Devit pun pulang menaiki mobilnya, Farel pun berjalan menuju ke arah pintu bersama kedua orang tua dan kedua adiknya, ternyata di depan pintu Pa beni sudah menyambut bersama beberapa pelayan.

"Selamat datang Nyonya besar, Tuan besar, Tuan muda dan Nona-Nona," sambut beberapa pelayan sambil membungkukkan badannya, mempersilahkan semua untuk masuk . Pa Beni mengikuti Farel sampai depan kamarnya.

"Pa, buat detail rinci apa saja yang harus dia lakukan, dan apa saja yang tidak harus dia lakukan, buat serinci-rincinya, antarkan berkasnya besok pagi!" perintah Farel tanpa melihat ke arah Pa Beni .

"Baik, Tuan muda," jawab Pa Beni dengan patuh.Setel mengatakan itu Farel mengibaskan tangan nya agar Pa Beni pergi .

"Baik, kalo begitu saya istirahat dulu," Pamit Pa Beni berlalu pergi sambil membungkukkan badannya.

Farel membuka pintu kamarnya, terlihat seorang gadis terlelap di atas kamar tidurnya, Farel pun mendekati gadis tersebut, menggoyangkan tubuh gadis tersebut .

"Heh, Bangun! bangun! " ucap Farel dengan suara yang cukup keras, sambil menggoyangkan tubuh gadis itu. Dinda yang merasa tubuhnya terguncang keras langsung terjatuh.

Bruuuuuugh..

"Aaaaw, siiiiih!" pekik Dinda saat tubuh nya terjatuh di lantai.

"Bunda kenapa? membangunkan Aku dengan keras?" sambung nya dengan mata yang masih setengah mengantuk .

"Berani nya kau!" bentakFarel menatap tajam pada Dinda.

Dinda yang mendengar suara seorang pria, langsung membulatkan matanya sempurna, dan menoleh sumber suara tersebut, gadis itu membuka matanya lebar-lebar, rasa kantuknya hilang berubah menjadi rasa takut, lalu segera menunduk .

"Maaf Tuan, Saya tidak bermaksud," ucap Dinda masih menunduk sambil berusaha untuk bangun .

Dinda segera ingin membereskan ranjang, namun Farel melempar semua spre dan selimut yang tadi Dinda pakai .

"Ganti semua nya, Aku tidak suka tempat tidur yang sudah bekas orang lain!" titah nya menatap tajam pada Dinda .

Dinda pun segera mengganti spre, dan mengganti selimut, tanpa sedikitpun berbicara lagi, setelah beberapa saat Dinda pun sudah selesai, Dinda menghela napas lega karena sudah menyelesaikan tugasnya, namun Dinda di kaget saat mendengar suara .

"Siapkan air, untuk mandi, cepat ! " perintah Farel yang sedang menyenderkan dirinya di sofa.

"Baik, Tuan." Dinda pun segera menuju kamar mandi, melakukan tugasnya, setelah Dinda keluar kamar mandi Dinda pun membantu Farel melepaskan sepatunya, Farel pun melepaskan semua pakaiannya, setelah Dinda berbalik badan. namun hal yang tidak Dinda duga Farel melempar pakaiannya tepat di wajah Dinda, Dinda pun hanya mengelus dada untuk sabar .

Tak beberapa lama kemudian

Farel sudah menggunakan pakaian tidur nya segera menaiki tempat tidur.

Sementara Dinda masih berdiri mematung, bingung ingin tidur di mana? tidur di sofa, sofanya sangat kecil, hanya untuk duduk dua orang, jika untuk tidur pasti sempit .

"Kau mau berdiri terus di situ, tidur!" ucap Farel sambil melempar bantal, lalu berdiri mengambil selimut yang tadi Dinda pakai .

"Gunakan ini untuk tidur, tempat mu memang di sini," ucap Farel sambil meletakkan selimut di lantai .

"Terima kasih, Tuan" ucap Dinda sambil menunduk, berusaha untuk menahan kesedihannya.

Jam menunjukkan pukul 02. 00 dini hari, Dinda segera mematikan lampu dan menyalakan lampu tidur, lalu bergegas untuk tidur, berharap ini hanya mimpi buruk dan bangun seperti biasa nya.

Pagi menyapa matahari sudah memancarkan sinarnya jam sudah menunjukkan pukul 07 .00 pagi .

Farel terbangun saat ada suara ketukan pintu dan melihat seorang gadis masih terlelap di balik selimut.

"Dasar pemalas, jam segini masih tidur," gerutu nya sambil berjalan menuju ke arah pintu .

Farel segera membuka pintu, terlihat Pa Beni sudah berdiri di depan pintu .

"Maaf, Tuan muda, Saya hanya mengantar apa yang Tuan muda inginkan," ucap Pa Beni tak enak hati, sambil menyodorkan berkas yang di bawanya. Farel pun langsung mengambil berkas tersebut dan segera menutup pintu, tanpa sedikitpun berbicara.

Farel melihat Dinda dengan raut wajah kesal, lalu mengambil segelas air untuk minum dan mengambil lagi lalu berjalan mendekati Dinda dan tiba-tiba.

Byuuuur......

Farel menyiram Dinda, Dinda yang kaget karena wajahnya basah segera bangun .

"Maaf Tuan, Saya kesiangan," ucap Dinda saat sudah duduk .

Farel hanya diam menatap tajam Dinda, lalu melempar kan map ke wajah Dinda .

"Baca itu, dan pelajari baik-baik, tugas mu sudah di mulai hari ini!" ucap Farel lalu duduk di sofa, tanpa memperdulikan raut wajah bingung Dinda .

"Apa ini? apa kah surat perjanjian kontrak kaya di novel-novel?" tanya Dinda keceplosan sambil menutup mulutnya .

Farel yang mendengar ucapan Dinda menatap tajam gadis di hadapannya, dengan tak habis pikir gadis di hadapannya itu berani terus terang .

"Maaf saya salah bicara," ucap Dinda merasa hawa dingin di sekitarnya .

Dinda pun membuka berlembar-lembar berkas tersebut, berusaha untuk mencerna apa saja yang harus pelajari nya.

"Ternyata bukan perjanjian kontrak seperti di novel-novel, hanya tugas seperti pelayan, benar aku kan hanya pelayan," gumam Dinda di dalam hatinya sambil tersenyum getir.

Dinda segera bangkit saat hawa dingin mulai terasa, dan segera membereskan selimut nya meletakkan nya di tempat seharusnya dan segera bergegas ke kamar mandi untuk mandi .

Setelah beberapa saat kemudian Dinda lupa tidak membawa handuk membuat gadis itu ke kebingungan .

"Aduh, kenapa Aku lupa tidak membawa handuk? bagaimana ini? pasti dia marah," ucap Dinda sambil mondar-mandir.

"Kau mau membuat ku menunggu lama, haaah!" bentak Farel sambil menggedor-gedor pintu dengan marah .

Tak biasanya pria itu menunggu, justru dia malah yang di tunggu .

"Tuan, maaf, Saya tidak bisa keluar," ucap Dinda di balik pintu dengan menyumulkan kepalanya.

"Apa maksudnya?" tanya Farel sedikit aga khawatir .

"Tuan, mau kan menolong saya? please, jangan marah ya? tolong ambilkan saya handuk, saya lupa tidak membawa handuk," terang Dinda panjang lebar dengan penuh harap.

Farel yang kesal akhirnya mengambil kan handuk gadis tersebut .

"Terima kasih, Tuan," ucap Dinda saat sudah menerima handuknya .

Tak beberapa lama kemudian Dinda sudah keluar menggunakan handuk langsung segera berlari kecil menuju walk in closet .

Farel yang melihat gadis tersebut hendak marah, namun segera di urungkan, melihat Dinda seperti itu rasanya sangat lucu menurut nya, tiba tiba tanpa sadar tersenyum .

"Apa yang Aku lakukan? harus nya Aku marah kan? dengan gadis itu ,kenapa aku tersenyum?" gumamnya di dalam hati merasa heran dengan dirinya sendiri.

Dinda yang sudah memakai pakaian, segera keluar terlihat Farel sedang duduk menatap Layar ponselnya sambil menyilangkan sebelah kakinya .

Melihat Dinda keluar langsung menatap tajam gadis tersebut, Dinda yang merasa di tatap merasa takut .

"Maaf, Tuan, Saya tidak bermaksud," ucap Dinda dengan menunduk .

"Beraninya kau? membuat ku menunggu!" bentak Farel dengan nada meninggi .

Detik berikutnya, Dinda menoleh melihat sorot mata Farel menunjuk ke arah sebuah berkas yang tadi Dinda letakkan di meja .

"Apa Tuan? Saya tidak mengerti ? berkas, oh iya, sudah saya baca," Tanya Dinda melihat Farel dengan raut bingung. Farel terus menatap tajam Dinda membuat Dinda tersadar .

"Oh iya Tuan, saya ingat," ucap Dinda sambil berlari ke kamar mandi .

"Huuuuh, kenapa hanya menggunakan bahasa isyarat? apa tadi? untung aku segera mengingat nya," gerutu Dinda setelah sampai di dalam kamar mandi .

Tak lama kemudian Dinda di buat kaget saat tiba-tiba Farel sudah ada di belakangnya .

"Tuan, anda mengagetkan Saya," ucap Dinda sambil memegang dadanya dan bergegas keluar .

Dinda memegang dadanya merasa lega sudah keluar dari kamar mandi tersebut, namun baru beberapa langka sudah terdengar .

"Gadis kecil!" teriak Farel dari dalam kamar mandi .

"Apa? dia memanggil ku? kenapa panggilan nya aneh?" gumam Dinda segera masuk kembali .

"Tuan, memanggil Saya?" tanya Dinda setelah sudah sampai di dalam.

"Kau ingin membunuh ku ya!" bentak Farel dengan meninggi, sambil menunjuk air .

"Tidak Tuan, mana mungkin? Saya minta maaf Tuan, segini sudah cukup?" ucap Dinda sambil mengisi air lalu setelah itu segera keluar .

Dinda sudah keluar sambil menghela napas, melihat sekeliling ruangan yang baru Dinda sadari, pandangan nya tertuju pada sebuah foto yang ada di meja samping tempat tidur, Dinda perlahan mendekati foto tersebut, lalu melihatnya dengan jarak yang cukup dekat .

"Ka Clara? benar kah ini ka Clara? bukan nya ka Clara bilang tidak mengenalinya? tapi kenapa ini? bahkan mereka saling pelukan?" gumam Dinda di dalam hati nya terus mengamati Foto tersebut dengan wajah kebingungan.

Tiba-tiba suara pintu terbuka, membuat Dinda terlonjak kaget .

"Sedang apa kau?" ucap Farel yang keluar dari kamar mandi .

"Ti-tidak , Tuan, Saya tidak melakukan apa-apa, " jawab Dinda dengan terbata-bata.

"Jangan pernah, berani-beraninya, kau menyentuh barang-barang ku, jika tidak rasakan akibatnya!" ancam Farel menatap tajam Dinda .

"Ba-baik Tuan, Saya minta maaf," jawab Dinda sambil bergetar. Farel pun segera masuk untuk berganti pakaian .

Namun baru beberapa saat suara dari dalam terdengar, Dinda yang merasa di panggil langsung segera masuk .

"Apa ini ?" tanya Farel melempar pakaiannya tepat di wajah Dinda .

Dinda pun langsung mengambil pakaian tersebut .

"Ini pakaian Tuan, emang nya apa?" jawab Dinda dengan polos nya. Mendengar jawaban itu membuat Farel menatap tajam gadis di hadapannya itu .

"Kau ingin membuat ku malu? dengan menggunakan pakaian ini? membuat ku ditertawakan semua orang di perusahaan? haaaah!" ucap farel dengan meninggi. Membuat Dinda menghela nafas berusaha untuk tenang .

"Maaf Tuan, Saya tidak bermaksud, Saya pikir anda tidak bekerja, hari ini kan hari Minggu" jawab Dinda sambil menunduk .

"Beraninya kau mengatur ku? Kau pikir kau siapa? haaah!" tanya Farel dengan marah.

"Tidak Tuan, saya tidak berani," ucap Dinda sambil menggeleng dengan cepat karena merasa dirinya tidak aman.

gadis itu segera berjalan menuju ke arah lemari pakaian, mengambil pakaian untuk Farel, setelah adegan drama pakaian, Farel mengambil pakai nya dan segera memakainya.

Setelah itu Farel keluar dan melempar handuk tepat di wajah Dinda .

"Keringkan rambut ku!" ucap Farel sambil berjalan menuju sofa untuk duduk .

Dinda pun segera mengambil handuk tersebut, tanpa berbicara dan langsung mengeringkan rambut tuanya dengan halus, setelah itu menyisirnya .

Setelah selesai beberapa menit kemudian, Farel berdiri mengambil dasi memberikan nya pada Dinda, Dinda yang berdiri hanya bengong membuat Farel menoleh .

"Kenapa Hmmm?"tanya Farel dengan heran heran.

"Tuan, Saya tidak bisa, mana mungkin Saya memasang kan dasi kalo anda berdiri seperti itu," jelas Dinda panjang lebar sambil menunduk, takut-takut tuanya marah .

"Ha-Ha-Ha," Farel tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan gadis di hadapannya itu.

"Oya Aku baru sadar, ternyata kau sangat kecil," sambung nya dengan tatapan mengejek.

"Ternyata Tuan bisa tertawa juga," ucap Dinda keceplosan sambil menutup mulutnya .

Farel segera kembali berekspresi seperti biasanya lalu segera duduk tanpa sedikitpun merasa marah.

Dinda pun segera memasang kan dasi, dengan jantung yang berdetak kencang, karena posisinya sangat begitu dekat dengan wajah Farel.

Sementara Farel hanya bergeming tidak berbicara sama sekali , tiba-tiba karena grogi Dinda tak sengaja dasi yang licin membuat Farel menatap tajam pada Dinda .

"Kau, ingin membunuh ku ya!" bentak Farel yang merasa dasinya terlalu kencang mengikat leher nya .

"Tidak Tuan, Saya tidak sengaja," jawab Dinda sambil bergetar langsung menggeleng dengan cepat.

Setelah selesai Dinda segera mengambil sepatu dan segera memakai kanya, akhirnya tugas pun selesai setelah banyaknya drama. Setelah itu Dinda segera keluar mengikuti Farel dari belakang menuruni anak tangga. Dinda yang sudah sampai di bawah membulat kan matanya sempurna, saat melihat 3 orang wanita duduk di meja makan .

BERSAMBUNG

semoga suka maaf baru belajar nulis maklumi tulisan nya masih acak acakan

Terpopuler

Comments

Sely Ina

Sely Ina

Kya sinetron tuan muda dan Kinanti yah

2023-01-24

1

@Kristin

@Kristin

sadis banget sifat Nya 🙄

2023-01-02

0

Shopia Asmodeus

Shopia Asmodeus

lanjut ahh

2022-10-11

0

lihat semua
Episodes
1 Perjanjian
2 Pengantin Pengganti
3 Tugas Di Hari Pertama
4 Di Jadikan Pelayan
5 Ternyata Tidak Seperti Yang Di Pikir Kan
6 Kembali Sekolah
7 Lupa Waktu
8 Hukuman
9 Membuat Bekal Untuk Tuan Galak
10 Selalu Di Salahkan
11 Lupa Mengerjakan Tugas
12 Jelek Dan Kampungan
13 Berubah Menjadi Cantik
14 Acara Kolega Bisnis
15 Tidak Bisa Berkutik
16 Pertengkaran Keluarga Argadinata
17 Sikap Tegas Juan
18 Keberanian Dinda
19 Ternyata Hanya Mimpi
20 Kemarahan Clara
21 Kenapa Naik Angkot?
22 Penyesalan Clara
23 Wanita Tak Tahu Malu
24 Menantu Yang Tak Di Anggap
25 Semuanya Sama Saja, Matre
26 Habis Jatuh Tertimpa Tangga Pula
27 Kekepoan Dua Sahabat
28 Demam
29 Kembali Sekolah
30 Amanda Meminta Maaf
31 Kartu Tanpa Batas
32 Sisi Lain Fikram
33 Sikap Aneh Tuan Galak
34 Obsesi Clara
35 Amanda Yang Selalu Membela
36 Napas Buatan Dan Ciuman Itu Beda
37 Pernyataan Cinta Juan
38 Rencana Licik Stella Dan Clara
39 Kemarahan Devit Dan Farel
40 Bunga Mawar Putih
41 Terlalu Berharap Lebih
42 Masa Lalu Farel
43 episode 43
44 episode 44
45 episode 45
46 episode 46
47 episode 47
48 episode 48
49 episode 49
50 episode 50
51 episode 51
52 episode 52
53 episode 53
54 episode 54
55 episode 55
56 episode 56
57 episode 57
58 episode 58
59 episode 59
60 episode 60
61 episode 61
62 episode 62
63 episode 63
64 episode 64
65 episode 65
66 episode 66
67 episode 67
68 episode 68
69 episode 69
70 episode 70
71 episode 71
72 episode 72
73 episode 73
74 episode 74
75 episode 75
76 episode 76
77 episode 77
78 episode 78
79 episode 79
80 episode 80
81 episode 81
82 episode 82
83 episode 83
84 episode 84
85 episode 85
86 episode 86
87 episode 87
88 episode 88
89 episode 89
90 episode 90
91 episode 91
92 episode 92
93 episode 93
94 episode 94
95 episode 95
96 episode 96 Visual author
97 episode 97
98 episode 98
99 episode 99
100 episode 100
101 episode 101
102 episode 102
103 episode 103
104 episode 104
105 episode 105
106 episode 106
107 episode 107
108 episode 108
109 episode 109
110 episode 110
111 episode 111
112 episode 112
113 episode 113
114 episode 114
115 episode 115
116 episode 116
117 episode 117
118 episode 118
119 episode 119
120 episode 120
121 episode 121
122 episode 122 21+
123 episode 123
124 episode 124
125 episode 125
126 episode 126
127 episode 127
128 episode 128
129 episode 129
130 episode 130
131 episode 131
132 episode 132
133 episode 133
134 episode 134
135 Tingkah aneh Dinda
136 Cerita Farel
137 Sisi lain Dinda
138 Kejadian tak terduga
139 Pulang ke Indonesia
140 Kedatangan tamu
141 Kecemburuan yang berujung malu
142 Rasa iri itu pasti ada
143 Kejutan untuk Bunda
144 Perasaan dokter Aldo
145 Sarapan pagi yang memalukan
146 Perdebatan Dinda Vs Devit
147 Perdebatan dokter kandungan vs Farel
148 Triple Date
149 Triple Date Konyol
150 Akhir dari persahabatan
151 Kegalauan Dinda
152 Menjelang Hari kelahiran
153 Persatuan Keluarga
154 Konferensi Pers
155 Gara-gara Perawan atau Janda
156 Tragedi Yang berujung kencan
157 Kisah Masa Lalu Devit
158 Extra Part Anjani Devit
159 Anjani Vs Stella
160 Kejujuran Yang Selama Ini Di Pendam
161 Izin Yang Tertunda
162 Kekhawatiran Farel
163 Menjadi Pengasuh
164 Penderitaan Kedua Ayah
165 Ayah Siaga
166 Kejadian Tak Terduga
167 Kesedihan Farel
168 Keajaiban
169 Birthday Darel
170 Lamaran Tak Terduga
171 Gara-gara Hujan
172 Pernikahan Kedua Mempelai (Happy Ending)
173 Terimakasih Author
Episodes

Updated 173 Episodes

1
Perjanjian
2
Pengantin Pengganti
3
Tugas Di Hari Pertama
4
Di Jadikan Pelayan
5
Ternyata Tidak Seperti Yang Di Pikir Kan
6
Kembali Sekolah
7
Lupa Waktu
8
Hukuman
9
Membuat Bekal Untuk Tuan Galak
10
Selalu Di Salahkan
11
Lupa Mengerjakan Tugas
12
Jelek Dan Kampungan
13
Berubah Menjadi Cantik
14
Acara Kolega Bisnis
15
Tidak Bisa Berkutik
16
Pertengkaran Keluarga Argadinata
17
Sikap Tegas Juan
18
Keberanian Dinda
19
Ternyata Hanya Mimpi
20
Kemarahan Clara
21
Kenapa Naik Angkot?
22
Penyesalan Clara
23
Wanita Tak Tahu Malu
24
Menantu Yang Tak Di Anggap
25
Semuanya Sama Saja, Matre
26
Habis Jatuh Tertimpa Tangga Pula
27
Kekepoan Dua Sahabat
28
Demam
29
Kembali Sekolah
30
Amanda Meminta Maaf
31
Kartu Tanpa Batas
32
Sisi Lain Fikram
33
Sikap Aneh Tuan Galak
34
Obsesi Clara
35
Amanda Yang Selalu Membela
36
Napas Buatan Dan Ciuman Itu Beda
37
Pernyataan Cinta Juan
38
Rencana Licik Stella Dan Clara
39
Kemarahan Devit Dan Farel
40
Bunga Mawar Putih
41
Terlalu Berharap Lebih
42
Masa Lalu Farel
43
episode 43
44
episode 44
45
episode 45
46
episode 46
47
episode 47
48
episode 48
49
episode 49
50
episode 50
51
episode 51
52
episode 52
53
episode 53
54
episode 54
55
episode 55
56
episode 56
57
episode 57
58
episode 58
59
episode 59
60
episode 60
61
episode 61
62
episode 62
63
episode 63
64
episode 64
65
episode 65
66
episode 66
67
episode 67
68
episode 68
69
episode 69
70
episode 70
71
episode 71
72
episode 72
73
episode 73
74
episode 74
75
episode 75
76
episode 76
77
episode 77
78
episode 78
79
episode 79
80
episode 80
81
episode 81
82
episode 82
83
episode 83
84
episode 84
85
episode 85
86
episode 86
87
episode 87
88
episode 88
89
episode 89
90
episode 90
91
episode 91
92
episode 92
93
episode 93
94
episode 94
95
episode 95
96
episode 96 Visual author
97
episode 97
98
episode 98
99
episode 99
100
episode 100
101
episode 101
102
episode 102
103
episode 103
104
episode 104
105
episode 105
106
episode 106
107
episode 107
108
episode 108
109
episode 109
110
episode 110
111
episode 111
112
episode 112
113
episode 113
114
episode 114
115
episode 115
116
episode 116
117
episode 117
118
episode 118
119
episode 119
120
episode 120
121
episode 121
122
episode 122 21+
123
episode 123
124
episode 124
125
episode 125
126
episode 126
127
episode 127
128
episode 128
129
episode 129
130
episode 130
131
episode 131
132
episode 132
133
episode 133
134
episode 134
135
Tingkah aneh Dinda
136
Cerita Farel
137
Sisi lain Dinda
138
Kejadian tak terduga
139
Pulang ke Indonesia
140
Kedatangan tamu
141
Kecemburuan yang berujung malu
142
Rasa iri itu pasti ada
143
Kejutan untuk Bunda
144
Perasaan dokter Aldo
145
Sarapan pagi yang memalukan
146
Perdebatan Dinda Vs Devit
147
Perdebatan dokter kandungan vs Farel
148
Triple Date
149
Triple Date Konyol
150
Akhir dari persahabatan
151
Kegalauan Dinda
152
Menjelang Hari kelahiran
153
Persatuan Keluarga
154
Konferensi Pers
155
Gara-gara Perawan atau Janda
156
Tragedi Yang berujung kencan
157
Kisah Masa Lalu Devit
158
Extra Part Anjani Devit
159
Anjani Vs Stella
160
Kejujuran Yang Selama Ini Di Pendam
161
Izin Yang Tertunda
162
Kekhawatiran Farel
163
Menjadi Pengasuh
164
Penderitaan Kedua Ayah
165
Ayah Siaga
166
Kejadian Tak Terduga
167
Kesedihan Farel
168
Keajaiban
169
Birthday Darel
170
Lamaran Tak Terduga
171
Gara-gara Hujan
172
Pernikahan Kedua Mempelai (Happy Ending)
173
Terimakasih Author

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!