JAM MENUNJUKKAN PUKUL 04.30 PAGI
Dinda mengerjapkan matanya perlahan untuk bangun. Dinda memang sudah terbiasa bangun pagi dan segera membereskan tempat tidur nya dan meletakkan nya di tempat biasanya lalu segera masuk ke kamar mandi untuk mandi dan menjalankan ibadah subuh nya seperti biasanya .
Setelah itu Dinda segera keluar dari kamar tersebut dan segera menuruni anak tangga dan berjalan ke arah dapur .
"Mungkin jika aku memasak untuk tuan galak, sebagai tanda terima kasih, karena Aku masih di izinkan untuk sekolah mungkin tidak terlalu buruk," gumam Dinda sambil berjalan menuju dapur .
Rupanya para pelayan sudah pada sibuk di dapur, Pa Beni yang melihat Dinda ke dapur pun heran, apa lagi ini masih sangat pagi, Pa Beni pun langsung mendekati Dinda.
"Nona muda, ada apa?" tanya Pa Beni setelah menghampiri Dinda .
"Tidak ada Pa, Saya hanya ingin memasak, Pa beni bisa bantu saya menyiapkan bahan nya?" ucap Dinda sambil tersenyum penuh harap .
Dinda pun menjelaskan pada Pa Beni bahwa dia ingin memasak untuk Farel sebagai tanda terima kasih karena sudah di izinkan sekolah lagi, Pa Beni pun mengangguk setuju dan memberi tahu apa kesukaan Farel dan membiarkan Dinda memasak. Setelah memasak Dinda memasukkan makanan tersebut ke sebuah tempat makan lalu membiarkan makanan tersebut di letakkan di dapur terlebih dahulu .
Dinda hendak membersihkan bekas memasak namun di tahan oleh Pa Beni .
"Jangan Nona, biar Saya saja, Tuan Muda sebentar lagi bangun, sebaiknya Nona kembali ke atas," ucap Pa Beni menyuruh Nona nya untuk kembali'ke kamar .
Dinda pun akhirnya menyetujui dan mengucapkan terima kasih dan segera bergegas kembali ke kamar nya, benar saja saat membuka pintu rupanya pria tersebut sudah bangun .
"Selamat pagi, Tuan Muda," sapa Dinda sambil tersenyum kikuk .
"Kemana saja kau?" Tanya Farel dengan suara parau .
"Hanya jalan-jalan sebentar," jawab Dinda singkat.
"Baiklah, Saya siapkan air untuk Anda mandi," lanjut nya dan segera berlari kecil, takut-takut jika pria tersebut marah, apa lagi ini masih pagi. Sementara Farel hanya diam saja melihat punggung gadis tersebut yang sudah masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah selesai menyiapkan air, Dinda segera ke walk in closet untuk berganti pakaian sekolah nya, dan mengikat rambut nya menjulang tinggi seperti biasanya, setelah bersiap menggunakan pakaian lengkap Dinda segera menyiapkan pakaian untuk Farel, lalu segera bergegas keluar dari tempat tersebut .
Setelah beberapa saat kemudian
Dinda sudah menyelesaikan tugas nya seperti biasanya, Farel pagi ini cukup diam tak banyak bicara, sementara Dinda selalu menunjukkan keceriaan nya, membuat Farel heran sendiri dengan gadis tersebut yang selalu ceria meski Farel selalu marah-marah pada gadis tersebut .
"Saya janji Tuan, kali ini Saya akan pulang tepat waktu," janji Dinda setelah menyelesaikan tugas nya .
Farel pun hanya diam tak sedikit pun menjawab ucapan Dinda . Farel pun berdiri menyodorkan uang merah lima lembar pada Dinda .
"Gunakan ini untuk sebulan!" ucap nya datar namun singkat padat dan jelas.
Dinda pun langsung menerima uang tersebut dengan tersenyum tipis.
"Terima kasih Tuan, Saya akan menggunakan uang ini dengan hemat, ini nafkah pertama Saya," jawab Dinda sambil tersenyum senang .
Farel merasa heran, Farel pikir gadis di hadapannya bakal marah-marah atau meminta tambahan, justru gadis tersebut malah tersenyum ceria, di tambah mendengar kata 'nafkah' membuat Farel terdiam mematung .
"Tuan, Anda baik baik saja?" tanya Dinda saat melihat Farel hanya mematung .
Farel yang baru sadar sedikit salah tingkah, lalu segera membalikan badannya berjalan keluar tanpa memperdulikan Dinda yang heran. Dinda pun mengikuti Farel dengan diam tanpa sedikitpun berkata apapun .
Mereka pun akhirnya sampai di meja makan, Tuan Besar yang melihat Dinda menggunakan pakaian SMA pun hanya melihat dengan tak percaya, kalo menantunya ternyata masih SMA di tambah putranya yang hanya diam saat, Dinda dengan cekatan menaruh makanan di piring Farel, sementara kedua wanita di meja makan melihat dengan tidak suka apa lagi Stella yang duduk nya persis di samping Dinda.
Berbeda dengan Amanda yang melihat nya biasa saja, mereka pun hanya makan dengan diam tanpa ada yang berbicara sedikit pun. Hingga akhirnya Farel pun selesai makan, begitu juga dengan Dinda, Dinda pun pamit kepada semua nya, sementara Farel hanya diam tanpa kata . Farel pun keluar sementara Dinda segera bergegas menuju ke dapur sambil masih menenteng tas Farel membuat semua orang heran dengan gadis tersebut .
Farel yang merasa gadis tersebut tidak ada di belakangnya menengok kesana-kemari .
"Selamat Pagi Tuan," sapa Devit seperti biasa nya.
Farel hanya mengangguk sambil masih berdiri menunggu gadis tersebut Devit pun heran dengan tuanya yang masih berdiri dinda pun segera bergegas keluar dengan berlari kecil .
" Maaf Tuan, huuuh huu huh," ucap Dinda sambil ngos-ngosan .
"Apa yang kau lakukan? beraninya membuat ku menunggu!" hardik Farel menatap tajam gadis tersebut .
"Saya hanya ingin memberikan ini pada Tuan, sebagai tanda terima kasih Saya, karena Tuan sudah mengijinkan Saya untuk sekolah kembali, ini untuk makan siang Tuan, kali ini pasti Tuan suka," jelas Dinda panjang lebar sambil tersenyum senang.
"Cih, emang seenak apa?sampai kau percaya diri sekali, kalo Aku akan memakannya," tanya Farel sambil berdecih dan tersenyum mengejek.
"Kalo Tuan, tidak mau makan, tidak papa, Tuan bisa berikan pada orang lain, yang penting Saya memberikan nya tulus," jawab Dinda dengan santai tanpa merasa tersinggung sedikitpun, lalu meletakkan makanan tersebut ke dalam mobil di samping kemudi bersama dengan tas Farel, Devit pun segera membuka kan pintu mobil untuk Tuanya yang diam mematung menatap gadis tersebut .
Farel pun masuk tanpa memperdulikan gadis tersebut, Pria itu masih dengan pikirannya sendiri . Devit pun pamit undur diri untuk masuk ke dalam mobil dan segera melajukan mobilnya meninggalkan halaman tersebut .
Dinda hanya menghela nafas panjang, sambil berjalan menuju pintu keluar dan segera mencari angkot .
Sementara di mobil, Devit masih tak percaya dengan perubahan Tuanya yang suka berdebat, biasanya Tuanya tak banyak bicara, melihat interaksi keduanya membuat Devit sedikit senang, apa lagi Sekarang melihat Tuanya di kaca spion terus, senyum-senyum sendiri .
Hingga mobil yang di kendarai keduanya sampai di depan sebuah perusahaan, Devit pun membawa makanan tersebut sambil membawa tas Tuanya, mengikuti Tuannya dari belakang. Para karyawan pun menyambut kedatangan keduanya sambil menunduk dan menatap heran kepada Asisten Devit yang membawa tempat makan, tidak biasa nya pria tersebut membawa makanan dari rumah, itu menurut mereka adalah suatu keajaiban.
"Tuan, ini mau di letakkan di mana?" tanya Devit pada Tuanya setelah sampai di ruangan tuanya.
"Letakkan, saja di meja," jawab Farel dengan singkat dan segera duduk .
Devit pun segera meletakkan makanan tersebut di meja yang di tunjuk Farel, lalu segera permisi untuk ke ruangannya .
Sementara di sisi lain
Dinda pun sudah sampai di sekolahan nya dengan raut wajah ceria, kedua sahabatnya melihat Dinda dengan senang .
"Akhir nya hari ini tidak ke siangan," ucap Citra sambil memeluk Dinda .
Dinda pun segera mengajak Citra untuk masuk sementara Daniel mengikuti dari belakang.
Tak beberapa lama kemudian pelajaran sudah di mulai seperti biasanya Dinda belajar dengan baik .
Hingga Jam istirahat tiba
Dinda pun segera keluar sendiri menuju ke perpustakaan, Dinda yang ingin meminjam beberapa buku pun ke luar terlebih dahulu, tanpa memperdulikan ke dua sahabatnya yang masih fokus dengan tugas nya .
Hingga sampailah di perpustakaan, Dinda mengambil beberapa buku yang di inginkan nya, sambil mencari-cari buku yang lain nya, matanya tertuju pada buku yang ada di atas, Dinda berusaha mengambil dengan menjinjit kan kakinya, tiba-tiba ada seseorang yang mengambilkan buku tersebut .
"Kalo butuh bantuan jangan sungkan," ucap seorang pemuda dengan wajah tersenyum senang.
"Terima kasih," jawab Dinda saat sudah menerima buku tersebut. Dan segera melihat siapa yang sudah membantu nya, Dinda di buat kaget dengan siapa yang mengambilkan buku tersebut pemuda yang seharusnya di hindari nya .
"Juan," hanya satu nama yang Dinda sebut .
Juan adalah pemuda tampan yang cukup populer, dan di Kagumi banyak gadis .Dinda dan Citra sering menyebutnya pangeran modern, tapi tak sedikit pun Dinda ingin dekat dengan pemuda tersebut, karena pemuda tersebut memiliki hubungan dengan Angel, gadis yang di segani di sekolah tersebut. Namun lantas kenapa? pemuda tersebut akhir-akhir ini mendekati Dinda, membuat Dinda justru kena masalah, itu yang membuat Dinda selalu menghindari pemuda tersebut .
Dinda hendak menghindar, namun tangan Juan memegangi tangannya,membuat Dinda menoleh ke belakang .
"Ada apa lagi?" tanya Dinda tanpa sedikitpun menatap wajah pemuda tersebut.
"Din, kenapa kau menghindari ku?" tanyanya kepada Dinda karena merasa butuh penjelasan.
Dinda pun hanya menunduk tanpa sedikitpun menatap pemuda tersebut .
"Apa peduli mu? Aku tidak menghindari mu, Aku hanya tidak ingin terjadi kesalahpahaman," jawab Dinda sambil berusaha melepaskan tangan nya dari pemuda tersebut.
Sementara seorang gadis yang melihat hal tersebut mengepalkan tangannya geram dan segera pergi dari tempat tersebut .
"Dinda, kami mencari mu ke mana-mana, rupanya kau ada di situ!" teriak Daniel dan Citra bersamaan, saat melihat Dinda dari sedikit kejauhan .
Citra yang baru sadar dengan laki-laki di belakang Dinda segera mendekat .
"Pangeran Modern," ucap Citra sambil berbinar dan berjalan mendekati kedua nya diikuti Daniel .
Daniel yang sudah menghampiri kedua nya segera menarik Citra dan Dinda menjauh dari Juan .
Sementara Juan hanya melihat punggung ketiga nya yang semakin menjauh tanpa sedikitpun berbicara.
"Cit, kau apa-apaan sih, kau seharusnya marah pada dia, dia sumber masalah nya!" omel Daniel memperingati Citra, sementara Dinda hanya diam saja .
"Tapi aku terpesona dengan ketampanan nya," jawab Citra sambil senyum-senyum, membuat Daniel kesal dan menatap ke arah Dinda.
"Din, kenapa kau bisa sama dia?" tanya Daniel menatap Dinda penuh selidik .
"Tadi tidak sengaja bertemu di perpustakaan, Aku hanya meminjam buku, maaf membuat kalian khawatir," jawab Dinda merasa bersalah .
"Tidak papa, Ayo ke kantin," ucap Daniel mengajak ke dua nya ke kantin tanpa sedikitpun ingin membahas tentang Juan lagi karena merasa malas.Citra dan Dinda pun mengangguk setuju dan mereka bertiga pun ke kantin dengan bergandengan tangan.
Sementara di sebuah perusahaan
Farel sedang menatap laptopnya, sambil sesekali melirik tempat makan yang letaknya aga jauh dari tempatnya duduk.
"Huuuuh, tempat makan itu terus mengganggu ku," gerutunya sambil menghela nafas. Tentu saja mengganggu pikiran nya? setiap melihat tempat makan tersebut selalu teringat bayang- bayang wajah Dinda yang tersenyum dengan percaya diri nya.
Kali ini Farel benar-benar tidak fokus bekerja, bahkan saat rapat tadi pagi pun di lanjutkan oleh Devit, terutama masalah perusahaan yang kemarin masih belum terselesaikan .
Akhirnya pria tersebut mendekati meja dan duduk di sofa, lalu membuka makanan apa yang gadis itu masak, sebuah nasi dengan ayam kecap bumbu cabai yang kelihatan nya cukup menggiurkan, itu adalah makanan kesukaan Farel yang sudah lama Farel tidak pernah makan, karena menurutnya semua orang memasak nya biasa saja .
Farel melihat isi surat tersebut dan membaca nya 'Semoga Tuan suka, Saya berusaha memasaknya dengan susah payah, Saya memasak nya dengan tulus. Oya, Tuan jangan takut, Saya tidak akan meracuni Tuan' isi surat yang penuh dengan celotehan panjang lebar dari Dinda, membuat Farel geleng-geleng kepala .
Farel melihat makanan tersebut sambil mengingat -ingat kebersamaan nya dengan seseorang wanita yang masih mengisi hati nya sampai sekarang .
" Sayang ayo makan, Aku sudah membawakan bekal untuk mu," ucap wanita tersebut kepada Farel.
"Iya aku makan hanya masakan kamu yang paling enak, Sayang berjanji lah, kalo kita akan selalu bersama," ucap Farel sambil memeluk kekasihnya.
Wanita tersebut hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Em, ini makanan favorit ku yang paling Aku suka," ucap Farel sambil memakan makanan nya .
"Lagi sayang Aku kurang," ucap Farel saat nasi di mulut nya habis .
"Iya-iya kau ini membuat ku gemas," jawab wanita tersebut sambil menyuapi Farel dengan geleng-geleng kepala.
Farel tersadar dari lamunannya lalu segera mencoba memakan makanan tersebut, dan ternyata masakan gadis tersebut sama persis dengan apa yang Farel ingin kan, Farel melahapnya hingga habis. Devit yang hendak masuk hanya mengintip lalu mengurungkan niatnya untuk masuk, sambil geleng-geleng kepala melihat Tuanya yang aneh jelas-jelas tadi pagi menolak makanan tersebut .
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
supri yani
autor , penempatan tanda koma seharusnya sebelum kata aku . karena penempatan koma juga mempengaruhi makna kalimat .
semngat selalu autor
2022-10-11
1
🤗🤗
dasar oon, diam2 memperhatikan tapi masih saja tak menyadari farel2 gemes deh sama kamu
2022-09-14
1
🤗🤗
masak yang enk biar farel luluh ya
2022-09-14
0