Episode-4 Perhatian Mama

Suara decit pintu yang terbuka mengawali hari Tiara pagi itu. Helmia nampak berdiri di depan pintu. Dengan bahagia, Tiara memberi salam dan cipika cipiki dengan mertuanya. Sesuai dengan perkataan Alfa, Mamanya akan datang berkunjung hari ini menemaninya sebagai ganti karena ia harus pergi meninggalkan istrinya seorang diri saat jadwal cutinya masih belum habis.

Tiara menengok ke luar rumah, memastikan tidak ada orang lain yang datang bersama Mamanya dan menepikan badan lalu membuka kedua tangan mempersilakan Helmia masuk.

“Papamu selalu sibuk dan hanya mempunyai waktu luang di akhir pekan.” Menjawab pertanyaan Tiara yang muncul dalam ekspresinya, lalu berjalan santai sembari mengedarkan pandangan ke seluruh sudut ruangan, dan duduk di kursi tamu tanpa diperintah.

“Duduklah saja di sini. Mama membawa banyak makanan untuk ngobrol santai kita hari ini.” Mengangkat tas besar di sampingnya, menunjukkan pada Tiara dengan seulas senyum.

“Terima kasih Ma. Aku ambil minum kalau begitu.” Tiara menunjuk arah belakang dengan ibu jari, mulai terintimidasi dengan sikap mamanya.

“Teh hangat. Tawar.” Masih menatap Tiara yang hendak pergi ke belakang. Memerintah seperti sedang berada di restoran dan memesan kepada pelayan.

“Ah ya. Aku tidak lupa kesukaan Mama.” Tersenyum manis dan melangkah menuju dapur.

Tiara mengambil satu cangkir porselen serta satu gelas high ball dari rak yang terdapat pada pantry dan membuatkan teh permintaan Helmia lalu jeruk dingin untuknya.

Dan … ia teringat Alfa. Lelaki itu sangat berbeda dengan kedua orang tuanya. Dari sekilas pandang saja, Yunus tampak galak dengan guratan-guratan yang terlihat di wajahnya. Dan Helmia, dia tampak sadis dan selalu mendominasi dalam berbicara. Berkebalikan dengan Alfa yang selalu menebar senyum hangat dan memperlihatkan hati yang lembut dengan candaan-candaan yang selalu ia lontarkan. Mungkin saja … ia menuruni sifat kakek atau neneknya? Tak terasa Tiara tertawa sendiri atas pemikiran konyol yang baru saja melintas dalam otaknya.

Namun, seperti Utara dan Selatan juga sepertinya antara Ia dan Alfa. Tiara menambahkan sekelebat angan-angan dalam bayangannya. Ia terkenal sebagai gadis jutek yang jarang mau beramah-tamah, apalagi kepada orang yang belum dikenalnya dan Alfa begitu baik serta mudah bergaul kepada orang lain. Bibirnya mengurai senyum mengingat kenangan bagaimana dirinya memperlakukan Alfa dengan galak di awal-awal pertemuan mereka.

Tiara terkekeh sendiri dengan angan-angannya lalu membawa nampan berisi dua minuman itu beserta piring-piring kecil sebagai tempat cemilan yang dibawa Helmia.

******

“Kau tidak menunda bukan?” Baru satu sesapan teh dari cangkir yang dipegangnya, kemudian Helmia memulai percakapan.

“Menunda ... apa?” Tiara bertanya seiring dengan raut wajahnya yang benar-benar menunjukkan tanya, penasaran dengan arah pembicaraan.

“Menunda kehamilan," tukas Helmia singkat namun sukses membuat rona wajah Tiara memerah.

Tak menunggu jawaban dari menantunya, Helmia sibuk sendiri dengan kedua tangannya yang meraih tas jinjing yang ia bawa dan mengeluarkan begitu banyak kantung kertas berisi makanan serta beberapa kotak kecil dari sana.

“Ini. Mama bawakan banyak sekali aneka vitamin dan nutrisi penyubur kandungan. Mama ingin kamu sehat dan vitamin-vitamin ini sangat bagus untukmu," ucapnya.

“Oh ... ya ... terima kasih.” Tiara menerima kardus-kardus kecil di tangannya seolah dihakimi dengan kata-kata, Cepatlah hamil Tiara. Mamamu ini tak sabar menimang cucu. Begitu kira-kira yang hendak disampaikan oleh Helmia bila saja ia tak menyembunyikan segala urat malu yang membuat Tiara tak enak hati. Ia hanya mendengarkan sambil terus menimbang-nimbang dan membaca tulisan-tulisan kecil yang tertulis di sana.

“Mama juga punya kenalan dokter kandungan yang terkenal di kota ini. Dahulu Mama juga sering berkonsultasi dengannya ketika hamil.”

Tiara menatap kearah Helmia dengan tersenyum. “Iya Ma. Terima kasih banyak untuk semua ini.”

Tiara menghapus bersih ucapannya tadi yang mengatakan bahwa Alfa dan kedua orangtuanya tidaklah sama. Ternyata, meski mempunyai watak yang berbeda, anak dan mamanya ini sama-sama terburu-buru ingin segera Tiara mengandung dan memberi mereka keturunan. Ah ya. Alfa harus bekerja keras.

Terbayang begitu saja bagaimana Alfa memperlakukannya dengan sangat menyenangkan di bawah selimut ketika mengingat-ingat hal tersebut. Tiara mengerjapkan matanya. Mengusir jauh-jauh pikiran yang membuat darahnya berdesir tersebut, lalu berucap, “Apakah dahulu Alfa kecil pernah memiliki saudara kandung? Ah, maksudku, yang … yang pergi sebelum waktunya?” Tiara menjadi bingung sendiri karena tak menyangka akan menanyakan hal tersebut secara spontan kepada mertuanya. Alfa belum pernah bercerita apa-apa tentang hal ini padanya, sehingga pertanyaan tersebut memintas seketika.

“Ya. Ada. Kesemuanya meninggal dunia ketika masih berada dalam kandungan. Satu perempuan dan satu laki-laki. Mereka berdua meninggal ketika usia kandungan Mama baru berjalan 6 bulan.” Helmia mendadak memperlihatkan wajah muram dan menerawang.

“Alfa sangat berarti untuk Mama. Dia satu-satunya penerus keluarga kami.” Helmia berhasil menguasai dirinya tanpa ada drama berkaca-kaca dan menangis lalu tersenyum dengan hangat ke arah Tiara.

“Kamu masih muda Tiara. Mungkin dulu Mama seperti itu karena telat menikah.” Wanita itu lalu mengambil kudapan yang ada di atas meja dan menyodorkannya ke arah Tiara. “Cobalah. Camilan sehat untukmu," tawarnya.

******

Di tengah aktivitas studio foto yang lalu lalang dengan begitu banyak orang, Alfa baru saja menyelesaikan Commercial Advertising Photographynya dan sedang menilik ke dalam komputer hasil kerjanya tadi sebelum melakukan editing. Menyunting foto mana saja yang bagus dan mana yang harus difoto ulang.

Masih ada satu lagi Fashion Photography yang harus ia kerjakan, dan ia harus segera menyelesaikannya sesuai dengan perintah divisi marketing perusahaan yang melakukan kontrak dengannya.

“Silakan minumannya.” Seorang wanita membawa nampan kecil dan menyerahkan segelas teh ke atas meja Alfa.

“Terima kasih.” Tanpa memperhatikan si empunya suara, Alfa langsung mengambil gelasnya dan merasakan kesejukan airnya yang dingin membasahi tenggorokan. Ia sangat mudah haus di tempat ini karena cuacanya yang panas dengan matahari yang bersinar dengan teriknya.

Perempuan itu berjalan di depan meja komputernya dan barulah Alfa memperhatikan dengan cermat wanita paruh baya dengan kemeja longgar berwarna khaki dengan tubuh sedikit kurus namun memperlihatkan perutnya yang sedikit menyembul.

Oh, ia sedang hamil?

Alfa menatap penuh pada aktivitas wanita itu di dalam ruangan, bagaimana ia bergerak dengan lincahnya dengan perutnya yang tak rata. Memperhatikan hal tersebut, Alfa sontak mengingat Tiara, membayangkan dalam imajinasinya, bagaimana nantinya jika istrinya itu hamil dengan perutnya yang membesar.

Lelaki itu mengembuskan napas kasar dan kembali menatap layar komputer. Tangannya menyentuh saku hendak mengambil ponsel lalu mendadak jengkel karena dilema, antara meneruskan pekerjaannya yang masih menggunung itu atau menghubungi Tiara.

Aarrgghh ...

Alfa mendengus kesal karena tak bisa memutuskan. Dengan cepat, akhirnya diambilnya ponsel yang ia sakukan di kantong bajunya lalu menghubungi wanitanya nan jauh di pulau seberang.

Entah aktivitas apa yang sedang dilakukan istrinya itu hingga suara dering telepon yang berdengung di telinganya itu terasa sangat lama.

“Tiara?” selorohnya ketika suara dering itu tak lagi terdengar sebagai tanda bahwa istrinya telah menjawab panggilan.

“Iya Alfa." Tiara baru menjawab teleponnya di dering ketiga.

“Sedang apa di rumah?”

“Mama baru saja datang. Aku sedang berbincang dengannya.”

“Oh ya?”

“Hendak mengatakan sesuatu pada Mama?” Tawar Tiara.

“Boleh.”

Terdengar suara gemerisik pertanda ponsel telah berpindah tangan.

“Alfa? Kapan kau pulang?” Tepat. Kata-kata Helmia ketika Alfa sedang bepergian dan menghubungi pertama kali terucap juga. Sepertinya tadi Alfa akan langsung menjawab saja sebelum ditanya, tetapi ia kalah cepat.

“Paling cepat kemungkinan nanti malam dan paling lama besok pagi aku baru akan tiba di rumah. Masih ada editing yang harus kuselesaikan," jawabnya.

“Kau jangan lupa membawa Tiara ke tempat Jeni saat pulang nanti. Mama sudah berpesan tadi pada istrimu kalau Mama sudah ada kenalan dokter kandungan.”

Alfa mengangkat sebelah alis mendengar mamanya yang tiba-tiba saja mengubah arah pembicaraan tanpa basa-basi. Namun, meski begitu dengan lugas ia menjawab, “Baik. Akan kuatur besok setelah aku tiba di rumah.”

“Ya. Mama tunggu kabar darimu.”

Hening sejenak. Sepertinya mamanya itu sudah mengakhiri pembicaraan dan menyerahkan kembali ponsel Tiara.

“Alfa?” Sapaan lembut Tiara nan merdu itu kembali menggaungi telinganya.

“Iya istriku. Aku tak sabar untuk pulang dan melihat spring bed di rumah," kelakarnya dengan penuh kelegaan yang membuat Tiara terkekeh karena mendengar kata-katanya yang menjurus itu.

“Begitu?" tanyanya dengan nada malu-malu kemudian mengembuskan napas dengan kelegaan yang sama, mengetahui bahwa suaminya itu tengah baik-baik saja. Ada rindu yang terasa dekat sekali dengan pemiliknya saat mendengar suara lelaki itu di telepon. “Ya. Aku paham. Kau pasti lelah dan ingin segera memberiku oleh-oleh tidur panjangmu di atas tempat tidur," candanya dengan langsung mengakhiri panggilan.

Alfa tersenyum masam karena Tiara tak memberi kesempatan padanya untuk semakin jail dengan memutus sambungan telepon begitu saja.

Ah, ia semakin rindu saja.

Terpopuler

Comments

Belinda Marchely

Belinda Marchely

Hmmm, emaknye si Alfa lagi gue pantau, nih 🙄

2020-08-26

1

Kiki Miski 💞🍃

Kiki Miski 💞🍃

wahh baru beberapa hari menikah, mertuanya sdh lgsg minta cucu, seperti nya bakal berat cobaanya tiara 🤔🤔 semangat author bintang 💪😍

2020-06-26

1

Ghina

Ghina

semangat kak😍

2020-06-14

1

lihat semua
Episodes
1 Episode-1 Pernikahan
2 Episode-2 Rumah Baru
3 Episode-3 Keinginan
4 Episode-4 Perhatian Mama
5 Episode-5 Sakit
6 Episode-6 Kejutan Menyedihkan
7 Episode 7 - Lukisan Wajahmu
8 Episode-8 Kembali Bekerja
9 Episode-9 Kemarahan Alfa
10 Episode-10 Kegembiraan Bersama
11 Episode-11 Periksa Kandungan
12 Episode-12 Bertemu Mantan
13 Episode-13 Sebuah Rencana
14 Episode-14 Teka Teki
15 Episode-15 Kehilangan
16 Episode-16 Air Mata
17 Episode-17 Tersenyum Kembali
18 Episode-18 Gallery
19 Episode-19 Kesempatan
20 Episode-20 Bersekutu
21 Episode-21 Tanpa Sadar
22 Episode-22 Kedua Kali
23 Episode-23 Pertengkaran
24 Episode 24 - Melukis Harapan
25 Episode 25 - Lebih Dekat
26 Episode 26 - Pulang
27 Episode 27 - Kepedihan
28 Episode 28 - Melepas Rindu
29 Episode 29 - Lemah
30 Episode 30 - Bertahan
31 Episode 31 - Mati Bersamamu
32 Episode 32 - Tak Terduga
33 Episode - 33 Kecewa
34 Episode-34 Kembali Pulang
35 Author Menyapa
36 Episode-35 Merawatmu
37 Episode-36 Dilema
38 Episode 37 - Wonder Woman
39 Episode 38 - Hidroterapi
40 Episode 39 - Bukan Kejutan
41 Episode 40 - Kolam Renang
42 Episode 41 - Wanita itu
43 Episode 42 - Berbeda
44 Episode 43 - Menemani
45 Episode 44 - Asisten?
46 Episode 45 - Tanda Kehamilan
47 Episode 46 - Tempat Terbaik
48 Episode 47 - Balas Budi
49 Episode 48 - Bertemu Lagi
50 Episode 49 - Ayah Sejati
51 Episode 50 - Kabar Buruk
52 Episode 51 - Salam Perpisahan
53 Episode 52 - Sepercik Rindu
54 Episode 53 - Rencana Terselubung
55 Episode 54 - Keputusan
56 Episode 55 - Bersandiwara
57 Episode 56 - Menunggu Kabar Baik
58 Episode 57 - Lelaki Penggoda
59 Episode 58 - Mengintai
60 Episode 59 - Permintaan
61 Episode 60 - Bersabar
62 Episode 61 - Langkah Terbaik
63 Episode 62 - Tak Ada Pilihan
64 Episode 63 - Emosional
65 Episode 64 - Wanita dan Cinta
66 Episode 65 - Rencana Terakhir
67 Episode 66 - Kucing Persia
68 Episode 67 - Bahagia
69 Episode 68 - Mencari Kebenaran
70 Episode 69 - Kamuflase
71 Episode 70 - Muara Rindu
72 Episode 71 - Nadia
73 Episode 72 - Mendekap Luka
74 Episode 73 - Secercah Harapan
75 Episode 74 - Romantika
76 Episode 75 - Titik Balik
77 Episode 76 - Melepas Beban
78 Episode 77 - Bertamu
79 Episode 78 - Restu Mama
80 Episode 79 - Antipati
81 Episode 80 - Panik
82 Episode 81 - Memulihkan Diri
83 Episode 82 - Penerimaan
84 Episode 83 - Mimpi Itu
85 Episode 84 - Persiapan
86 Episode 85 - Memaksa Diri
87 Episode 86 - Menjemput Waktu
88 Episode 87 - Akhir Penantian
89 Episode Penutup - Mencintaimu
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Episode-1 Pernikahan
2
Episode-2 Rumah Baru
3
Episode-3 Keinginan
4
Episode-4 Perhatian Mama
5
Episode-5 Sakit
6
Episode-6 Kejutan Menyedihkan
7
Episode 7 - Lukisan Wajahmu
8
Episode-8 Kembali Bekerja
9
Episode-9 Kemarahan Alfa
10
Episode-10 Kegembiraan Bersama
11
Episode-11 Periksa Kandungan
12
Episode-12 Bertemu Mantan
13
Episode-13 Sebuah Rencana
14
Episode-14 Teka Teki
15
Episode-15 Kehilangan
16
Episode-16 Air Mata
17
Episode-17 Tersenyum Kembali
18
Episode-18 Gallery
19
Episode-19 Kesempatan
20
Episode-20 Bersekutu
21
Episode-21 Tanpa Sadar
22
Episode-22 Kedua Kali
23
Episode-23 Pertengkaran
24
Episode 24 - Melukis Harapan
25
Episode 25 - Lebih Dekat
26
Episode 26 - Pulang
27
Episode 27 - Kepedihan
28
Episode 28 - Melepas Rindu
29
Episode 29 - Lemah
30
Episode 30 - Bertahan
31
Episode 31 - Mati Bersamamu
32
Episode 32 - Tak Terduga
33
Episode - 33 Kecewa
34
Episode-34 Kembali Pulang
35
Author Menyapa
36
Episode-35 Merawatmu
37
Episode-36 Dilema
38
Episode 37 - Wonder Woman
39
Episode 38 - Hidroterapi
40
Episode 39 - Bukan Kejutan
41
Episode 40 - Kolam Renang
42
Episode 41 - Wanita itu
43
Episode 42 - Berbeda
44
Episode 43 - Menemani
45
Episode 44 - Asisten?
46
Episode 45 - Tanda Kehamilan
47
Episode 46 - Tempat Terbaik
48
Episode 47 - Balas Budi
49
Episode 48 - Bertemu Lagi
50
Episode 49 - Ayah Sejati
51
Episode 50 - Kabar Buruk
52
Episode 51 - Salam Perpisahan
53
Episode 52 - Sepercik Rindu
54
Episode 53 - Rencana Terselubung
55
Episode 54 - Keputusan
56
Episode 55 - Bersandiwara
57
Episode 56 - Menunggu Kabar Baik
58
Episode 57 - Lelaki Penggoda
59
Episode 58 - Mengintai
60
Episode 59 - Permintaan
61
Episode 60 - Bersabar
62
Episode 61 - Langkah Terbaik
63
Episode 62 - Tak Ada Pilihan
64
Episode 63 - Emosional
65
Episode 64 - Wanita dan Cinta
66
Episode 65 - Rencana Terakhir
67
Episode 66 - Kucing Persia
68
Episode 67 - Bahagia
69
Episode 68 - Mencari Kebenaran
70
Episode 69 - Kamuflase
71
Episode 70 - Muara Rindu
72
Episode 71 - Nadia
73
Episode 72 - Mendekap Luka
74
Episode 73 - Secercah Harapan
75
Episode 74 - Romantika
76
Episode 75 - Titik Balik
77
Episode 76 - Melepas Beban
78
Episode 77 - Bertamu
79
Episode 78 - Restu Mama
80
Episode 79 - Antipati
81
Episode 80 - Panik
82
Episode 81 - Memulihkan Diri
83
Episode 82 - Penerimaan
84
Episode 83 - Mimpi Itu
85
Episode 84 - Persiapan
86
Episode 85 - Memaksa Diri
87
Episode 86 - Menjemput Waktu
88
Episode 87 - Akhir Penantian
89
Episode Penutup - Mencintaimu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!