Episode-6 Kejutan Menyedihkan

Tiara mulai membuka mata. Kesadaran belum kembali sepenuhnya, namun ia berusaha sekuat tenaga untuk segera membangunkan pikirannya ke alam sadar. Kedua tangan ia gerakkan dan kepalanya menoleh sedikit demi sedikit. Ada tangan besar yang menggenggam tangannya saat ini. Dahinya berkerut kembali sebelum matanya terbuka sepenuhnya.

“Tiara .…” Tangan besar itu lalu mengelus dahinya perlahan.

Diarahkannya kedua mata menuju suara yang terdengar khas di sampingnya. “Alfa … ada apa? Kau butuh sesuatu?” Tiara malah menanyainya dengan pertanyaan aneh seolah sedang dibangunkan secara terpaksa di pagi hari oleh suaminya itu.

Alfa mengumpat-umpat dalam hati karena kekhawatirannya dibalas dengan pertanyaan konyol Tiara yang malah dengan santai terbangun dari tidur lelapnya seolah tak terjadi apa-apa.

“Aku butuh kau sehat, sayang.”

Kembali Tiara menajamkan tatapannya ke mata Alfa dan barulah ia menyadari bahwa mereka sedang tidak berada di rumah.

Pandangannya beralih ke meja kursi yang ada di pojok ruang, lalu ke arah selimut putih yang menutup tubuhnya dan ranjang kecil yang kini tengah menjadi peraduannya.

Seingatnya, ia telah meminta Alfa untuk mengantarnya pulang kembali ke rumah, karena antrian yang begitu lama dan ia merasakan sakit yang amat sangat di kepalanya.

Tapi, ternyata mereka masih di … Rumah Bersalin yang kemarin?

Pertanyaan itu muncul begitu saja di pikirannya. Ia tidak mengingat betul bagaimana dirinya kemarin hingga sekarang bisa terbaring di ruangan ini. Berusaha meyakinkan diri dan suaminya dari rasa cemas, Tiara pun tersenyum dengan riangnya.

“Aku tidak apa-apa. Kau lihat? Aku sudah lebih baik dari kemarin.” Menatap Alfa dengan hangat meski yang ditatap hanya menunjukkan wajah datar tak terbaca.

Alfa lalu memajukan tubuhnya dengan bertumpu pada kedua tangannya, memandang Tiara lebih dekat.

“Benar begitu? Sudah tidak pusing lagi? Tapi mukamu itu … ah, apa kau merasa mual?” Alfa menatap lekat-lekat istrinya dengan pandangan nanar.

Tapi wanita itu justru menggerakkan badannya dengan gerakan senam. Menarik ulur tangan, menggeleng-gelengkan kepala, menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan.

Alfa merasa terhibur dengan tingkah Tiara, lalu menyunggingkan seulas senyum manis di bibirnya.

Siapa sebenarnya yang sakit di sini hei ....

Alfa merasa geli sendiri dengan keadaan yang melingkupi mereka saat ini.

Alfa merasa sedih akan istrinya tapi Tiara malah berusaha meyakinkannya dengan tingkahnya yang seperti biasa. Wanita yang judes di depannya ini memang telah berubah ramah padanya, tapi sikap keras kepalanya ternyata belum hilang. Tiara sangat tangguh. Ia tahu itu. Tapi ia benar-benar melihat Tiara yang sangat memaksakan diri hingga harus berpura-pura, padahal ia baru saja terbangun dari pingsannya dan wajahnya masih belum berubah menjadi rona wajahnya yang semula.

“Sudah … sudah .…” Alfa akhirnya berhasil menghentikan gerakan senam terpaksa Tiara di atas ranjang.

“Kau lapar? Apa tidak mual jika kau makan?” Masih dengan nada kekhawatiran yang sama.

“Ya … aku lapar.” Tiara memeluk perutnya dengan kedua tangan sambil meringis.

“Baik. Aku akan membeli makanan terlebih dulu. Tetaplah di sini. Jangan kemana-mana. Tak perlu lagi senam seperti tadi apalagi sampai berlari-lari keliling rumah sakit.” Alfa berucap dengan tegas tapi tak lupa diselipi dengan kata-kata candaan yang biasa diucapkannya hingga membuat Tiara terkekeh.

“Siap!” Tiara menunjukkan sikap hormat dengan gerakan penghormatan resmi seperti sedang hormat di acara upacara bendera.

Alfa tersenyum lalu keluar ruangan dan menutup pintu.

******

Pintu ruangan kembali terbuka. Tiara yang sedang bermain dengan ponselnya bersiap-siap untuk memberi senyum terbaiknya lalu duduk di ranjangnya menyambut lelaki yang ditunggunya. Namun, bibirnya yang hendak mengulas senyum itu pudar seketika.

“Mama ...."

Helmia langsung duduk di kursi tempat duduk Alfa tadi.

Helmia tersenyum kaku lalu memindai wajah Tiara sejenak. “Bagaimana keadaanmu?”

“Sudah baik.” Tiara berucap singkat karena merasa terlalu gugup bertemu dengan mamanya tanpa persiapan kata-kata.

Helmia hanya mengangguk tipis dan mengalihkan pandang.

“Mama tahu aku ada di sini? Alfa yang memberi tahu?”

Helmia beralih menatap Tiara lagi. “Bukan, Jeni yang memberitahuku. Dia bilang Alfa sudah memesan jam konsultasi tetapi kau malah pingsan di ruang tunggu.”

Pingsan? Ah ya benar, ia kemarin merasakan pusing hebat dan tak ingat apa-apa lagi, lalu dirawat di ruangan ini.

Tiara berusaha keras mengingat-ingat.

“Di mana Alfa?”

“Ia sedang membeli makanan di luar. Mungkin sebentar lagi datang.”

“Mama membawakanmu buah-buahan.” Helmia menaruh plastik putih kecil dari tangannya ke meja nakas. “Makanlah. Biar tubuhmu cepat pulih.”

Tiara mengangguk dan tersenyum.

******

Dokter Jeni mengangsurkan satu amplop coklat ke atas meja dan mendorongnya mendekat ke jangkauan Alfa.

“Hasil tes darah Tiara.”

Wanita itu berkata dengan ekspresi muram. Alfa memandang Dokter Jeni dengan penuh tanya. Firasat buruk sempat melintas di angannya sebelum ia meraih amplop coklat itu, membuka, dan membaca perlahan dengan teliti. Dokter Jeni menunggu dengan sabar sambil membuka kertas-kertas yang sedari tadi sudah berada di mejanya.

“Anemia?” Alfa menatap lurus ke arah dokter itu lalu bertanya kembali. “Dia pingsan karena anemia?” Imbuhnya dengan pertanyaan lebih lengkap.

“Ya. Dia terkena anemia defisiensi besi. Hemoglobinnya sangat rendah. Tetapi bukan itu sepertinya penyebab utamanya.” Dokter Jeni menghela napas sejenak sebelum melanjutkan. “Aku lebih menunjuk ke kandungan Klomifen Sitrat yang ada di tubuhnya. Jadi sepertinya benar, Tiara telah mengkonsumsi obat.”

“Obat?”

“Itu salah satu obat penyubur kandungan. Ada banyak sekali macamnya. Tetapi sepertinya tubuh Tiara tak menerima kehadiran zat itu ditubuhnya, sehingga efek sampingnya sangat terasa. Pusing, mual, perut kembung ... seperti itu, ditambah ternyata ada Anemia yang menyerangnya.” Ia menatap Alfa. Melihat reaksi lelaki itu.

Alfa tampak bergelut dengan pikirannya sendiri.

“Apa baru kemarin itu dia pingsan?” tanya dokter itu.

“Sudah beberapa kali.” Alfa menjawab cepat. “Tapi waktunya tidak berdekatan. Hanya ketika kelelahan yang amat sangat.” Mengingat-ingat tentang kejadian dimana Tiara pingsan saat mereka belum menikah.

“Akan ada pemeriksaan lanjutan nantinya mengingat kalian ingin segera memiliki momongan, bukan begitu?” Tanyanya lagi dengan tersenyum.

Alfa sedikit tergugu mendengar pertanyaan itu dengan rona merah yang nampak di pipinya.

“Apa tidak ada masalah … maksudku ... apakah Tiara bisa hamil dengan normal jika kondisinya seperti itu?”

Dokter Jeni mengembuskan napas panjangnya, seperti sedang menyusun kata yang tepat untuk diucapkan. Menatap ke arah meja, tetapi hanyut ke alam pikirannya sendiri.

“Kau tahu? kurangnya zat besi pada tubuh penderita anemia bisa menyebabkan seorang wanita tidak bisa berovulasi dan menghalangi peluang untuk hamil hingga 60 persen.”

Alfa mengangkat sebelah alisnya.

“Tiara mengalami anemia prakehamilan. Berbeda lagi dengan anemia yang dialami saat sudah hamil. Seperti yang kubilang tadi, masih akan ada pemeriksaan lanjutan. Kau jangan terlalu khawatir dulu. Yang paling penting, Tiara harus banyak-banyak mengkonsumsi makanan bergizi yang banyak mengandung zat besi. Aku juga nanti akan memberikan suplemen dan vitamin agar badannya tetap sehat.”

Alfa menganggukkan kepala. Merasa resah akan kabar mengejutkan yang baru saja diterimanya.

“Dan satu lagi Gheo, untuk mengkonsumsi obat penyubur kandungan, harus melalui pemeriksaann terlebih dahulu. Jadi sebaiknya, jangan lagi diminum agar tidak memperpanjang masalah," tukasnya.

“Iya. Akan kuberi tahu Tiara nanti. Terima kasih banyak.” Alfa langsung berdiri dari duduknya, berpamitan dan keluar dari ruangan.

Pikirannya penuh dengan bayangan wajah Tiara yang sedang pucat. Sekelebat ekspresi mamanya dan segala hal kemungkinan yang harus ia jalani esok hari.

Dengan berat, ia berjalan ke ruang di mana Tiara dirawat, menenteng amplop coklat dan tas kertas berisi makanan yang sudah ia belikan untuk Tiara tadi sebelum ia bertemu Dokter Jeni.

Lelaki itu mengembuskan napas panjangnya berkali-kali untuk menenangkan pikirannya yang sedang kalut.

Terpopuler

Comments

es dawet

es dawet

hadehhh...apa sih maksud si mamanya🙄

2020-06-11

1

lihat semua
Episodes
1 Episode-1 Pernikahan
2 Episode-2 Rumah Baru
3 Episode-3 Keinginan
4 Episode-4 Perhatian Mama
5 Episode-5 Sakit
6 Episode-6 Kejutan Menyedihkan
7 Episode 7 - Lukisan Wajahmu
8 Episode-8 Kembali Bekerja
9 Episode-9 Kemarahan Alfa
10 Episode-10 Kegembiraan Bersama
11 Episode-11 Periksa Kandungan
12 Episode-12 Bertemu Mantan
13 Episode-13 Sebuah Rencana
14 Episode-14 Teka Teki
15 Episode-15 Kehilangan
16 Episode-16 Air Mata
17 Episode-17 Tersenyum Kembali
18 Episode-18 Gallery
19 Episode-19 Kesempatan
20 Episode-20 Bersekutu
21 Episode-21 Tanpa Sadar
22 Episode-22 Kedua Kali
23 Episode-23 Pertengkaran
24 Episode 24 - Melukis Harapan
25 Episode 25 - Lebih Dekat
26 Episode 26 - Pulang
27 Episode 27 - Kepedihan
28 Episode 28 - Melepas Rindu
29 Episode 29 - Lemah
30 Episode 30 - Bertahan
31 Episode 31 - Mati Bersamamu
32 Episode 32 - Tak Terduga
33 Episode - 33 Kecewa
34 Episode-34 Kembali Pulang
35 Author Menyapa
36 Episode-35 Merawatmu
37 Episode-36 Dilema
38 Episode 37 - Wonder Woman
39 Episode 38 - Hidroterapi
40 Episode 39 - Bukan Kejutan
41 Episode 40 - Kolam Renang
42 Episode 41 - Wanita itu
43 Episode 42 - Berbeda
44 Episode 43 - Menemani
45 Episode 44 - Asisten?
46 Episode 45 - Tanda Kehamilan
47 Episode 46 - Tempat Terbaik
48 Episode 47 - Balas Budi
49 Episode 48 - Bertemu Lagi
50 Episode 49 - Ayah Sejati
51 Episode 50 - Kabar Buruk
52 Episode 51 - Salam Perpisahan
53 Episode 52 - Sepercik Rindu
54 Episode 53 - Rencana Terselubung
55 Episode 54 - Keputusan
56 Episode 55 - Bersandiwara
57 Episode 56 - Menunggu Kabar Baik
58 Episode 57 - Lelaki Penggoda
59 Episode 58 - Mengintai
60 Episode 59 - Permintaan
61 Episode 60 - Bersabar
62 Episode 61 - Langkah Terbaik
63 Episode 62 - Tak Ada Pilihan
64 Episode 63 - Emosional
65 Episode 64 - Wanita dan Cinta
66 Episode 65 - Rencana Terakhir
67 Episode 66 - Kucing Persia
68 Episode 67 - Bahagia
69 Episode 68 - Mencari Kebenaran
70 Episode 69 - Kamuflase
71 Episode 70 - Muara Rindu
72 Episode 71 - Nadia
73 Episode 72 - Mendekap Luka
74 Episode 73 - Secercah Harapan
75 Episode 74 - Romantika
76 Episode 75 - Titik Balik
77 Episode 76 - Melepas Beban
78 Episode 77 - Bertamu
79 Episode 78 - Restu Mama
80 Episode 79 - Antipati
81 Episode 80 - Panik
82 Episode 81 - Memulihkan Diri
83 Episode 82 - Penerimaan
84 Episode 83 - Mimpi Itu
85 Episode 84 - Persiapan
86 Episode 85 - Memaksa Diri
87 Episode 86 - Menjemput Waktu
88 Episode 87 - Akhir Penantian
89 Episode Penutup - Mencintaimu
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Episode-1 Pernikahan
2
Episode-2 Rumah Baru
3
Episode-3 Keinginan
4
Episode-4 Perhatian Mama
5
Episode-5 Sakit
6
Episode-6 Kejutan Menyedihkan
7
Episode 7 - Lukisan Wajahmu
8
Episode-8 Kembali Bekerja
9
Episode-9 Kemarahan Alfa
10
Episode-10 Kegembiraan Bersama
11
Episode-11 Periksa Kandungan
12
Episode-12 Bertemu Mantan
13
Episode-13 Sebuah Rencana
14
Episode-14 Teka Teki
15
Episode-15 Kehilangan
16
Episode-16 Air Mata
17
Episode-17 Tersenyum Kembali
18
Episode-18 Gallery
19
Episode-19 Kesempatan
20
Episode-20 Bersekutu
21
Episode-21 Tanpa Sadar
22
Episode-22 Kedua Kali
23
Episode-23 Pertengkaran
24
Episode 24 - Melukis Harapan
25
Episode 25 - Lebih Dekat
26
Episode 26 - Pulang
27
Episode 27 - Kepedihan
28
Episode 28 - Melepas Rindu
29
Episode 29 - Lemah
30
Episode 30 - Bertahan
31
Episode 31 - Mati Bersamamu
32
Episode 32 - Tak Terduga
33
Episode - 33 Kecewa
34
Episode-34 Kembali Pulang
35
Author Menyapa
36
Episode-35 Merawatmu
37
Episode-36 Dilema
38
Episode 37 - Wonder Woman
39
Episode 38 - Hidroterapi
40
Episode 39 - Bukan Kejutan
41
Episode 40 - Kolam Renang
42
Episode 41 - Wanita itu
43
Episode 42 - Berbeda
44
Episode 43 - Menemani
45
Episode 44 - Asisten?
46
Episode 45 - Tanda Kehamilan
47
Episode 46 - Tempat Terbaik
48
Episode 47 - Balas Budi
49
Episode 48 - Bertemu Lagi
50
Episode 49 - Ayah Sejati
51
Episode 50 - Kabar Buruk
52
Episode 51 - Salam Perpisahan
53
Episode 52 - Sepercik Rindu
54
Episode 53 - Rencana Terselubung
55
Episode 54 - Keputusan
56
Episode 55 - Bersandiwara
57
Episode 56 - Menunggu Kabar Baik
58
Episode 57 - Lelaki Penggoda
59
Episode 58 - Mengintai
60
Episode 59 - Permintaan
61
Episode 60 - Bersabar
62
Episode 61 - Langkah Terbaik
63
Episode 62 - Tak Ada Pilihan
64
Episode 63 - Emosional
65
Episode 64 - Wanita dan Cinta
66
Episode 65 - Rencana Terakhir
67
Episode 66 - Kucing Persia
68
Episode 67 - Bahagia
69
Episode 68 - Mencari Kebenaran
70
Episode 69 - Kamuflase
71
Episode 70 - Muara Rindu
72
Episode 71 - Nadia
73
Episode 72 - Mendekap Luka
74
Episode 73 - Secercah Harapan
75
Episode 74 - Romantika
76
Episode 75 - Titik Balik
77
Episode 76 - Melepas Beban
78
Episode 77 - Bertamu
79
Episode 78 - Restu Mama
80
Episode 79 - Antipati
81
Episode 80 - Panik
82
Episode 81 - Memulihkan Diri
83
Episode 82 - Penerimaan
84
Episode 83 - Mimpi Itu
85
Episode 84 - Persiapan
86
Episode 85 - Memaksa Diri
87
Episode 86 - Menjemput Waktu
88
Episode 87 - Akhir Penantian
89
Episode Penutup - Mencintaimu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!